Summary ::
Persaudaraan ialah hal yang sangat indah untuk dijalani. Namun, yang namanya takdir itu memang tidak dapat dihindari lagi. Perpisahan memang sangatlah menyedihkan untuk dilewati, apa lagi jika perpisahan itu hanya karena kecerobohan kecil semata. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka kembali.


Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Kizuna © Seicchin
Warning : Maybe Typos, OOC, OC(s), dsb.
Genre(s) : Family / Friendship / Angst / Hurt/Comfort *pokoknya nano-nano(?)*
Rate : T


Chapter 1


"Tetchuya! Ayo tangkap aku!" ujar Seijuurou, anak berusia 3 tahun yang memiliki surai rambut warna merah yang senada dengan warna kedua iris matanya itu. 'Tetchu' yang ia maksudkan ialah Tetsuya, tepatnya Akashi Tetsuya, adik kecilnya yang tepat 3 minggu yang lalu, genap berusia 2 tahun. Adiknya itu memiliki surai rambut dan iris mata aquamarine yang sama dengan ayahnya, Akashi Yutaka. Sedangkan Seijuurou sendiri memiliki surai rambut dan iris mata yang sama dengan ibunya, Akane Keiko, yang sejak 4 tahun yang lalu memakai nama keluarga Yutaka -suaminya-, menjadi Akashi Keiko.

Seijuurou lalu berlari beberapa meter di depan Tetsuya. Ia menepuk tangannya agar adik kecilnya itu memperhatikannya kemudian berlari ke arahnya. Dan benar saja, usahanya itu berhasil. Melihat aksi kakaknya itu, Tetsuya langsung berlari ke arah Seijuurou sambil tertawa riang, kemudian memeluk anak bersurai crimson itu. Seijuurou pun ikut memeluk adik kecilnya.

"Pintal! Tetchuya cudah bica menangkapku!" ucap Seijuurou seraya mengelus rambut aquamarine Tetsuya.

"Ara~, ada apa ini? Kenapa dua jagoan ibu saling berpelukan seperti ini?"

Tetsuya yang mendengar suara khas sang ibu, langsung melepas pelukannya dari Seijuurou dan berlari ke pelukan ibunya itu.

"Kaa-chan! Tadi Tetchuya menangkapku! Tetchuya hebat!" ujarnya lagi sambil bertepuk tangan.

Yutaka yang sedari tadi berada di belakang istrinya, kini mulai melangkah menghampiri anak bersurai crimson tersebut, lalu menggendongnya.

"Hm. Rupanya Seijuurou mau belajar menjadi kakak yang baik. Bagus! Ayah bangga padamu, nak." puji Yutaka yang langsung membuat Seijuurou tersenyum malu.

"Tentu saja, Tou-chan! Ceijuulou mau jadi kakak yang baik! Bial Tetchuya bica tetap mengingatku caat dia becal nanti! Kalena itu, Ceijuulou akan celalu menjaga Tetchuya. Di saat apapun itu!"

"Ahaha. Apa kau bisa pegang kata-katamu itu, Sei-kun?"

"Hu'um!" angguknya mantap. "Ceijuulou janji!"

"Bagus. Dan ingat, sekali kau berjanji, janji itu adalah kewajibanmu seumur hidup. Kau tidak boleh melanggar janjimu sendiri, Seijuurou." ujar Yutaka, seraya menasehati anak sulungnya itu. Ucapannya tadi dibalas dengan anggukan mantap Seijuurou, tanda bahwa ia mengerti akan maksud ayahnya itu.

**Setting Skip**

"Nah, kalian tinggal di sini. Ayah dan ibu akan kembali lagi sekitar jam 10 malam. Jangan nakal selagi kami pergi, Seijuurou. Kau tidak boleh menyusahkan bibimu."

Seijuurou mengangguk pelan.

"Mouu~, Yutaka-niisan, Keiko-nee, kalian pergi saja. Sei-chan tidak pernah menyusahkanku kok! Dan kalian tidak perlu khawatir akan hal itu. Toh, Sei-chan 'kan keponakan bibi tercinta?"

"Dasar, kau ini. Ah! Titip Tetsu-kun juga ya, Kiyomi." ucap Keiko seraya menyerahkan anak bungsunya itu pada saudaranya, yang merupakan bibi Tetsuya dan Seijuurou, bernama Akane Kiyomi. Mereka berdua merupakan saudara kembar, tampang mereka juga benar-benar mirip. Layaknya duplikat. Kecuali warna iris matanya. Kiyomi memiliki iris mata berwarna citrine, sama seperti ibu mereka. Selain itu, sifat mereka sangat berbeda. Kiyomi, kalau bicara apa adanya alias ceplas-ceplos. Beda dengan Keiko. Keiko selalu berpikir terlebih dahulu sebelum ia bicara, takut kalau-kalau perkataannya itu menyakiti lawan bicaranya. Kiyomi lebih ceria dibandingkan dengan Keiko. Kiyomi juga sangat berbakat dalam bidang olahraga dan seni. Sedangkan Keiko, dia lebih menguasai seluruh mata pelajaran yang memerlukan pemikiran yang logis, hafalan atau pun hitung-hitungan. Tapi, yah, mereka berdua sama-sama jago memasak, jago bela diri dan juga sama-sama tidak suka berlaku feminim. Tidak seperti perempuan pada umumnya.

"Kyaaaaa~! Tet-chan~! Kau tambah imut~! Suki dayo, Tet-chan~!" ujarnya sambil mendekap anak bersurai aquamarine itu dengan erat, sangat erat.

Melihat adik kecilnya itu diam memucat, sontak, Seijuurou langsung menarik tangan Tetsuya.

"Lepaskan dia, Kiyomi-bachan! Tetchuya tidak bica bernapas!"

"A-Ah, gomen, gomen~. Maafkan aku, Tet-chan! Bibi tidak bermaksud melukaimu." ucap Kiyomi yang dengan sigap, melepaskan pelukannya dari Tetsuya, agar Tetsuya bisa bernafas kembali.

"Ugh, Kiyomi! Aku jadi ragu menitipkan mereka padamu."

"E-Ehh~?! Gomen, Keiko-nee. Tadi aku hanya refleks memeluknya karena baru melihat Tet-chan lagi~ . . . Ah ya! Bibi punya hadiah untuk kalian berdua! Tunggu yaa~"

Yutaka mendesah melihat tingkah laku adik iparnya itu.

'Untung saja Keiko tidak seperti Kiyomi. Kalau sifat mereka juga sama, aku sama sekali tidak akan pernah mau menikahi Keiko juga.' batinnya.

"Tadaaaa~~!"

"Eh? Itu-"

"Kalung?"

Kiyomi mengangguk semangat.

"Ini edisi khusus untuk Sei-chan dan Tet-chan saja~! Ini 'kan buatan bibi tercintanya~. Nee~, Sei-chan, Tet-chan?"

"Ya ampun.."

"Tidak apa, 'kan? Anggap saja ini hadiah ulang tahun dariku! Lagipula aku juga belum memberikan hadiah saat ulang tahun mereka yang lalu." ujarnya sambil memasangkan kalung tersebut pada kedua anak itu.

Di mulai dari Seijuurou, Kiyomi memasangkannya kalung dengan mainan yang terbuat dari batu giok merah yang terukir di atas lapisan besi putih berbentuk persegi. Giok tersebut berbentuk huruf ' A.S ', melambangkan nama Akashi Seijuurou.

Sedangkan Tetsuya, kalungnya mirip dengan kalung Seijuurou, namun gioknya berbentuk huruf ' A.T ', melambangkan namanya, Akashi Tetsuya.

"Selesai! Bagus 'kan?"

"Hem... Boleh juga."

"J-Jyma cachi (Terima kasih)... oba-chan."

"Hu'um!"

.

.

.

.

"E-EEEEEHHHHHH?! TET-CHAN SUDAH BISA BICARA?!"

"Tentu saja! Belum berapa lama kok."

"Ta-Tapi, bukannya dia baru 2 tahun? Pa-paling tidak, dia hanya bisa meniru perkataan kita, bukan?"

"Lain halnya dengan mereka, Ki-yo-mi. . Dulu Sei-kun juga sama seperti Tetsu-kun. Bahkan Sei-kun sudah bisa berbicara seperti ini sebelum ia berumur 2 tahun."

"Hoaaa~! Hebaattt! Kalian berdua memang hebaaaaat~! Benar-benar keponakan kesayangan bibi! Ahahaha~."

"Nee~, kaa-chan, tou-chan. Aku lacha kalian halus pelgi cekalang juga."

"Seijuurou benar, Keiko. Kita harus bergegas, atau bos akan marah."

"Uhm. Kalau begitu, kami pergi dulu! Dan Sei-kun, bantu bibi untuk menjaga Tetsu-kun, ya? Da-dah!"


Rumah Kiyomi cukup besar dan luas untuk ia tinggali seorang diri. Ya, Kiyomi belum memiliki suami, tidak sama seperti Keiko. Walau rumahnya tidak seluas rumah kembarannya itu, rumah Kiyomi juga memiliki ruang keluarga, ruang tamu, dapur, 2 kamar tidur serta kamar mandi di tiap kamar, 1 kamar mandi di dekat ruang tamu, ruang makan, bahkan ruangan khusus untuk menaruh piala-piala dan juga hasil karyanya itu. Belum lagi, ada halaman di setiap sisi rumahnya. Meski demikian, tidak mengurungkan niatnya untuk lebih memfokuskan diri pada berbagai macam pertandingan di bidang seni dan olahraga daripada mencari pasangan hidupnya.

Setelah ayah dan ibu dari kedua anak itu pergi, mereka berkumpul di ruang keluarga. Sejak tadi, mereka bertiga hanya duduk diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Semua seperti berada di dunianya masing-masing. Sampai pada akhirnya, Kiyomi mulai buka mulut.

"Naah, sekarang, bagusnya kita ngapain?"

"Kejal-kejalan? Tetchuya cangat chuka kejal-kejalan."

"Heeeem... O-Oke..! Tapi setelahnya, kita main lempar-tangkap bola ya~?"

"Tapi Kiyomi-bachan tidak boleh culang!"

"Ta-tapi, Sei-chan~.. Bibi tidak bisa main sambil tutup mata, bukan? Lagipula, itu tidak termasuk pelanggaran, kok. Toh, ini bukan kemauan bibi. Tapi sudah dari sananya seperti ini. " ujar Kiyomi memelas. Memang benar, mata bibinya yang satu ini, berbeda dengan mata orang lain pada umumnya. Mata Kiyomi dapat memprediksi masa depan, dimana orang yang dapat memprediksi masa depan merupakan hal yang sangat jarang ditemui.

"Tidak ditelima."

"Mou~, Sei-chan. Ayo lah~. Nanti kalau sudah main, bibi akan buatkan kalian puding vanila! Bagaimana?"

Mendengar kata 'puding vanila', Seijuurou langsung gelisah. Rupanya, Seijuurou sangat suka makan puding rasa vanila, sama seperti adik kecilnya itu. Terutama puding buatan bibinya.

"Ji ceyima (Di Terima)!" Tetsuya yang sejak tadi hanya diam memperhatikan kedua orang bersurai merah itu, kini bersuara.

"Yatta'! Tet-chan menerima usulanku~!" ujarnya sambil melompat kegirangan.

"Nah, Sei-chan. Dua lawan satu. Kali ini, kau kalah~."

"Biyalchan chaja, onii-chan. Ini chemua demi pujing panyiya! (Biarkan saja, Onii-chan. Ini semua demi puding vanila)"

"Ya chudah! Telcelah kau chaja, Tetchuya. "

"Yossha~! Ayo~, kita mulai~!"

Dengan segera, Seijuurou dan Tetsuya melompat turun dari sofa tempat ia duduk tadi. Mereka lalu berlari ke halaman belakang untuk mencari tempat persembunyian. Mereka benar-benar bersembunyi dengan baik, terutama Tetsuya. Bahkan Seijuurou sendiri tidak mengetahui tempat persembunyian adik kecilnya itu.

"Aku menemukanmu, Sei-chan~." Kata Kiyomi sambil tersenyum lebar pada anak beriris crimson itu.

"Ugh."

Seijuurou mencoba untuk melarikan diri, namun sayangnya, tangan bibinya itu terlalu panjang untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Sehingga ia berhasil tertangkap dan sukses digelitik oleh bibinya.

Melihat tawa geli kakaknya itu, Tetsuya, yang sejak tadi bersembunyi di balik semak-semak, juga ikut tertawa geli. Suara anak bersurai biru muda itu langsung hinggap di telinga Kiyomi. Dan tanpa membuang waktu, Kiyomi berlari menghampiri asal suara tersebut. Dan sama seperti Seijuurou, Tetsuya juga berhasil digeitik bibinya.

Setelah puas tertawa, kini waktunya bagi mereka untuk main lempar-tangkap bola. Meskipun Kiyomi dapat memprediksi arah lemparan mereka, ia tetap saja terkecoh oleh arah lemparan Tetsuya yang sering kali tiba-tiba berubah. Ditambah lagi, teknik bermain Seijuurou sangat baik untuk anak seusianya. Hal itu menjadikan mereka, pasangan tag team terbaik di mata Kiyomi.

Lelah bermain, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat.

"Tet-chan~, dari mana kau belajar soal lemparanmu tadi? Dan Sei-chan, kenapa kau bisa bermain lempar-tangkap bola sehebat itu? Padahal 'kan, bibi belum mengajari kalian." ujar Kiyomi sambil mengembungkan kedua pipinya.

"Lepleks Tetchuya memang cangat bagus, Kiyomi-bachan. Dia memang adik Ceijuulou yang paling hebat!"

"Hum, sepertinya kalian berdua adik-kakak yang hebat. Bibi salah kalau meremehkan kalian. Ahaha~"

"Tentu chaja, Kiyomi-bachan!"

"Nah, kalian tunggu di sini yah. Bibi akan buatkan puding kesukaan kalian!"

Kedua bocah itu mengangguk. Kiyomi lalu berdiri kemudian berjalan menuju ke dapur. Ia mulai mengambil beberapa bahan seperti beberapa biji telur, bubuk vanila, gula pasir, susu bubuk dan bahan lainnya, serta peralatan-peralatan yang akan ia gunakan untuk membuat puding.

Saat mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan, ia merasa seperti mencium bau yang aneh yang belum pernah ia cium sebelumnya.

'Mungkin sampah tetangga? Biasanya 'kan mereka menaruh sampah-sampahnya di samping tembok pembatas rumah.' pikir Kiyomi, mengingat tetangganya itu sering keluar kota namun lupa untuk membuang sampah yang biasa mereka letakkan di dekat tembok pembatas antara rumah Kiyomi dan tetangganya itu.

CKLEK CKLEK

''Hm? Gasnya habis? Perasaan aku baru isi gas 2 hari yang lalu, deh." ujarnya seraya memeriksa meteran gas lalu mulai mencoba untuk menyalakan kompornya lagi.

Tapi, tiba-tiba saja, firasat buruk menghantuinya.

'Ja-Jangan-jangan?!'

"SEI-CHAN, TET-CHAN, CEPAT PERGI DARI SINI!"

BLAARR!

"Eh? Kiyomi-bachan? Ada apa?" seru Seijuurou sambil melangkah masuk menuju dapur. Namun, baru saja saat ia membuka pintu tersebut, ledakan si jago merah langsung menyambutnya, yang menyebabkan pecahan kaca dari mangkuk dan gelas yang berada di atas meja yang tak jauh dari pintu tersebut, mengenai mata dan pipi kirinya.

Seijuurou tidak berteriak kesakitan, melainkan lebih memilih untuk menyuruh Tetsuya pergi dari rumah bibinya ini. Ia menutup matanya yang terluka dengan tangan kirinya, berusaha untuk mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

Sayangnya, asap mulai memenuhi rumah tersebut, membuat Seijuurou mulai merasa sesak. Secara perlahan, ia mulai hilang kesadaran dan akhirnya jatuh pingsan.

"SEI-CHAN! Uhuk! BERTAHANLAH NAK!"

Kiyomi lalu menyirami sekujur tubuh Seijuurou dengan air, agar badan Seijuurou tidak ikut dilahap oleh panasnya kobaran api. Beberapa bagian tubuh Kiyomi sendiri sudah terkena api. Hanya suatu keajaiban saja kalau saat ini, ia masih bisa meloloskan diri. Walaupun sebenarnya, tubuhnya itu serasa tidak kuat lagi.

Dengan menggunakan sisa tenaganya, Kiyomi mengangkat tubuh mungil anak beriris crimson itu. Ia berusaha sekuat tenaga agar bisa membawa Seijuurou keluar dari lautan api. Kiyomi juga mencari keberadaan Tetsuya, namun semuanya itu sia-sia saja. Tetsuya tidak ia temukan dimanapun.

Kiyomi menyerah. Sampai saat ini, ia masih belum menemukan Tetsuya. Tubuhnya sudah mencapai batas akhir. Ia tidak kuat lagi untuk mencari anak bersurai aquamarine itu. Seraya melindungi Seijuurou, ia melangkah dengan gontai menuju ke pintu keluar terdekat. Lebih baik menyelamatkan satu daripada tidak sama sekali, bukan?

"MASIH ADA YANG SELAMAT! CEPAT! BAWA MEREKA!"

"CEPAT! PADAMKAN APINYA!"

"KIYOMI!"

"Seijuurou, untunglah kau selamat, nak! Syukurlah."

"Tou.. chan.. Uhuk huk!.. Kaa-chan.. Ma-mataku.. "

"Tidak apa-apa nak. Sekarang, tutup saja kedua matamu. Ibu ada di sini. Tidak apa-apa. Ibu akan menemanimu." ujar Keiko sambil memeluk anaknya itu dengan erat, namun hangat.

"Ma-Maafkan Ceijuulou, Tou-chan, Kaa-chan. Ceijuulou tidak bica melindungi Tetchuya. Maafkan Ceijuulou.."

"Sudahlah, Seijuurou. Ini bukan salahmu, nak. Ini hanyalah kecelakaan, bukan salahmu, atau salah siapa saja."

"Ugh.. Hiks.. Maafkan.. Hiks.. Ceijuulou.."

"Ke-Kei.. ko.. nee.."

"Kiyomi! Jangan bicara dulu! Biarkan mereka merawatmu terlebih dahulu."

"Ma-Maafkan.. aku.. Keiko.. nee.. chan.. A-Aku.. ti.. dak bi.. sa.. m-menemukan Tet-chan. I-Ini.. semua.. sa-salah.. ku.. Uh."

"Diamlah! Kiyomi! Sudah kubilang, ini bukan salahmu! Ini hanyalah sebuah kecelakaan!"

"Ti-Tidak.. s-seandai.. nya.. da-dari a.. wal aku.. tahu kalau se.. lang gas.. ku.. b-bocor, pas.. ti.. tidak a.. kan ja.. di seperti i-ini.."

"Kumohon! Diamlah dulu. Biarkan mereka merawatmu dulu, Kiyomi. Kami memaafkanmu kok. Lagipula, kau memang tidak sengaja, bukan? Jadi, tidak apa-apa. Kau masih harus disembuhkan dulu, Kiyomi."

Kiyomi menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tidak, Keiko-nee.. Aku.. t-tidak bi.. sa.. melihat.. la-lanjutan da.. ri kisah.. hid-upku i-ini.. BE-BEDA DE.. Aha.. haa.. se-semuanya.. terlihat.. ge-"

"KIYOMI!"


(Lama tak berjumpa minna..
kembali lagi dengan Seicchin, istri tercinta Akashi Seijuurou *digampar massa*
XD
Mungkin di Fict ini juga banyak Typo atau apalah..
*maaf ya u.u
Jadi, kritik dan saran masih sangat kuperlukan.. :)
Makasih udah mau membaca.. :D)
RnR Please?