Disclaimer : La Corda D'Oro © Yuki Kure
Warning : AU, OOC (maybe)
.
.
Sequel One Sweet Day
.
.
This Love We Breathe
Enjoy Yourself!
.
.
Chapter 1
.
.
"Engh..."
Suara lenguhan itu keluar dari bibir tipis seorang lelaki berambut ice blue itu. Len Tsukimori, terbangun dari tidurnya. Dengan setengah sadar, hal yang pertama ia tangkap adalah gelap. Ya, keadaan kamarnya yang gelap gulita. Ia melirik jam alarm yang berada di atas meja kerja sebelah kanan tempat tidurnya. Pukul satu lebih lima belas menit.
Ia mengerang. Ia masih lelah sekali setelah pagi hingga sore ia menyambut para tamu dan tersenyum tipis yang membuat wajahnya menjadi lebih kaku dari biasanya. Badannya terasa pegal dan menolak untuk bergerak. Kepalanya terasa pusing. Ia melirik kesebelahnya. Rasanya ada sesuatu yang kurang.
Ia mengerutkan keningnya. "Kahoko."
Ia menghela napas berat. Kemana dia? batinnya. Ia paksakan badannya untuk bangun dan duduk di tepi ranjang. Ia mengusap wajahnya yang terlihat lelah dan mengantuk. Perlahan ia bangkit dan melangkah keluar kamarnya.
Sinar rembulan dan lampu taman belakang menyelusup masuk melalui celah kaca jendela yang tak ditutup gorden. Penerangan memang remang-remang, tapi ini sudah cukup bagi Len untuk dapat melihat. Len baru saja akan berjalan ke dapur saat di lihatnya seseorang tengah duduk di ayunan yang berada di depan kolam renang.
"Kahoko!" ucapnya. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur dan berjalan menghampiri Kahoko.
Setelah sampai di sana ia segera mengambil tempat duduk di sebelah Kahoko. Ayunannya itu memang berbentuk panjang seperti kursi dan empuk. Diliriknya Kahoko yang terpejam.
Len menghembuskan napasnya. "Dasar! Kupikir kau pergi kemana. Malah tertidur di sini," gumamnya.
Ia pandangi wajah Kahoko lama. Jemarinya mengusap lembut wajah Kahoko yang tertidur pulas. Lalu jemarinya menyibakkan sedikit rambut merah yang menutupi wajah Kahoko.
Ia mendekatkan wajahnya dan perlahan bibir tipis dan dingin itu mendarat lembut di kening Kahoko.
Len menyandarkan punggungnya di senderan ayunan. Ia menengadahkan wajahnya menatap langit pagi yang masih gelap itu. Bukannya jam satu itu sudah pagi, kan?
Perlahan-lahan kelopak mata Len menutupi iris dark warm brown itu.
.
.
.
Kicauan burung-burung yang hinggap di dahan-dahan pepohonan dan sinar matahari yang silau, membuatnya terbangun. Dengan agak terpaksa ia membuka kelopak matanya. Silau. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali hingga retina matanya dapat terbiasa dengan sinar matahari.
Ia melirik ke sebelahnya. Kahoko Hin―maksudnya Kahoko Tsukimori masih terlelap. Tanpa disadarinya, sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman tipis.
"Kahoko, bangun!" Suaranya terdengar serak di telinganya sendiri. Ia mengusap lembut bahu Kahoko.
"Engh..." Suara erangan keluar dari bibir Kahoko. Ia membuka kedua kelopak matanya dan menampilkan iris hazelnya. Hal pertama yang ia lihat. Buram. Lalu ia memejamkan matanya sejenak dan membukanya lagi.
Lalu ia menengok ke sebelahnya. Seketika kedua pipinya bersemu merah saat didapati wajah Len yang sangat dekat dengannya.
"Eh? L-Len. Lho, kenapa kita ada di sini?" ucapnya bingung dan gugup.
"Saat aku terbangun malam hari. Kau tak ada. Jadi aku mencarimu, kau ada di sini. Tertidur." Len mengacak-acak rambut Kahoko gemas.
Kembali wajah Kahoko bersemu merah. "Aa... Aku ingat!" ucap Kahoko sembari tersenyum. "Ehm... Selamat pagi, Len!"
"Selamat pagi juga, istriku!" ucap Len lalu mencium kening Kahoko.
"Ehm... Len!" panggil Kahoko.
"Ya?"
"Kau―bau!"
Len terdiam. Dua buah kedutan tertera di keningnya. Ia menghela napas. Lalu mencubit pipi Kahoko kesal hingga Kahoko meringis kesakitan.
"Aku 'kan belum mandi," ucapnya kesal.
Kahoko hanya tersenyum polos. "Kau mandi dulu! Aku akan menyiapkan sarapan."
Len lalu beranjak dari tempatnya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.
.
.
.
Menjadi pengantin baru memang menyenangkan. Begitu pula dengan Kahoko dan Len. Setelah Len mandi kemudian Kahoko. Kini mereka tengah duduk berdua di ruang makan dan memakan sarapan pagi mereka yang dibuat Kahoko.
Kahoko agak sedikit khawatir. Wajahnya terihat resah. Ia melirik heran Kahoko yang sedari tadi belum menyentuh sedikit pun sarapannya. Len menghentikan kegiatannya. Ia menatap Kahoko bingung.
"Ada apa, Kahoko?" tanya Len.
Kahoko tersentak kaget. Ia menatap Len dan menyembunyikan kegugupannya. Ia tersenyum sedikit dipaksakan.
"Ti-tidak apa-apa, kok!" ucapnya.
Len mengangkat sebelah alisnya, "Lalu, mengapa kau tak menyentuh sarapanmu?" tanyan Len.
"Aku―"
"Kau khawatir aku tak menyukai masakanmu, Kaho?" potong Len.
Perkataan Len tepat pada sasarannya. Kahoko terdiam, ia menatap Len ragu-ragu dan menganggukkan kepalanya.
Len menghela napasnya. Jadi itu yang membuatnya khawatir? pikir Len.
"Kau ini. Apa aku terlihat tak menyukai masakanmu?" tanya Len.
Kahoko menggelengkan kepalanya. "Kupikir tidak."
"Nah, berarti aku menyukai masakanmu. Jadi, makanlah!" ucap Len sembari tersenyum tipis.
"Ta-tapi, apakah itu enak?" tanya Kahoko memberanikan diri.
"Hm―ya."
"Apakah tak terasa aneh?"
"Tentu saja tidak, Kahoko!"
"Tapi aku... Kalau kau tak suka katakan saja!"
"Sudah kubilang aku suka!"
"Tapi rasanya tidak enak, kan?"
"Ya tid―tentu saja enak, Kahoko. Ya ampun, kau ini. Sudah cepat makan!" Karena kesal, ia tak sadar jika ia telah membentak Kahoko.
Kahoko menundukkan wajahnya. Ia menggigit bibirnya. Ugh, ia merasa bersalah.
Len menghela napasnya. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Kahoko. Ia mengangkat wajah Kahoko. Iris warm brownnya bertemu dengan iris hazel milik Kahoko.
"Maaf. Tadi aku membentakmu, Kaho!" ucap Len menyesal. "Tapi, sungguh. Masakanmu enak. Kau tak usah khawatir, Kaho."
Kahoko tersenyum. "Ya, tak apa, Len. Lagipula, aku saja yang terlalu khawatir."
Len tersenyum. Lama mereka berpandangan. Seperti ada magnet yang kasat mata, membuat wajah mereka perlahan-lahan mendekat. Kini, hidung mereka sudah bersentuhan. Len dan Kahoko memejamkan matanya. Hingga bibir mereka bertemu. Rasa manis dan lembut yang Len dan Kahoko rasakan.
Setelah dirasa pasokan udara menipis. Mereka menjauhkan wajahnya. Pipi mereka bersemu merah. Tanpa berkata apa-apa, Len kembali lagi ke tempatnya. Melanjutkan lagi kegiatan menyantap sarapannya yang sempat terhenti. Begitu pula dengan Kahoko, ia menyantap sarapannya dengan pipi yang masih bersemu merah dan jantung yang berdebar-debar.
Hei, bukankah pagi ini menyenangkan? Ck, ck, ck, dasar pengantin baru!
.
.
.
Siang hari, matahari terasa menyengat. Bulir-bulir keringat membasahi badan Len yang sedang duduk di teras belakang rumah. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Diliriknya layar ponsel.
Kazuki Hihara calling...
Len mengangkat sebelah alisnya bingung. Tumben sekali senpainya yang satu ini menelepon. Dengan agak malas ia mengangkatnya.
"Tsukimori!" sapa suara di seberang sana.
"Iya, ya. Ada apa?" tanya Len malas.
"Ugh... kau masih saja tetap dingin. Hei, bagaimana malam pertama kalian?"
Glek. Pertanyaan ini sukses membuat wajah Len memerah. Ia mengumpat Hihara kesal.
"Dasar senpai bodoh!"
"Ne? Kau memanggilku bodoh?"
"Tentu saja. Mengapa kau bertanya hal yang tak perlu kau tanyakan, senpai?" tanya Len kesal.
Di seberang sana Hihara tertawa mendengarnya, "Hei, aku 'kan penasaran, Tsukimori. Jadi, bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Malam pertamamu. Ck, kau ini yang bodoh!"
Wajah Len tambah memerah karena kesal dan malu. "Sudah kubilang itu bukan urusanmu!"
"Lho? Memangnya kau pernah berkata seperti itu?"
"Tadi, bodoh!"
"Ah, kau ini. Ya sudah, kau tak usah kesal, Len. Hei, apakah Kahoko ada di dekatmu?" tanya Hihara.
"Tidak. Dan jangan coba-coba. Kau. Bertanya. Hal seperti itu. Pada. Kahoko!" ucap Len penuh penekanan.
Hihara menghela napas, "Iya, iya. Tapi, aku masih penasaran. Jadi, bagaimana ras―"
"Dasar kau senpai MESUM!" potong Len sembari memutuskan hubungan dengan Hihara.
Ia menarik napasnya. Ngomong-ngomong soal malam pertama, Len jadi teringat. Ia bahkan belum apa-apa dengan Kahoko.
Eh?
"Sial! Dasar senpai mesum!" umpatnya. Ia menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk pipinya.
"Tapi, apa malam ini saja ya?" gumamnya sembari membayangkan.
Wajahnya lebih tambah memerah dari tadi.
See? Siapa kali ini yang mesum?
To be continued
Author talk's :
Hei, Rie balik lagi. hehe... kali ini, Rie bikin sequel dari One Sweet Day. Em... Rie bikin multichap.
Apakah ini cukup memuaskan? Semoga. ^^
Kendala dalam membuat fict ini. Pengkarakteran chara yang susah. Len, Kahoko, sama Kazuki pasti melenceng dari karakter aslinya. Maaf ya. Susah banget bikin mereka gak melenceng jauh. hehe... ^^ Tapi, karen kebutuhan plot, jadi gak apa-apa, kan? atau ini emang udah melenceng jauh?
tapi, semoga suka. ^^
Kritik dan saran? Sampaikan di kolom review. ^^
Terimakasih untuk yang mereview fict OSD. ^^ Terimakasih banyak.
Kazuma B'tomat
hana 'natsu' phantomhive
Misyel
Maaf belum bisa bales reviewnya. hehe... ^^
Terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca ^^
