REBORN
"Aku butuh pengawal baru," itu terdengar seperti hembusan angin di gurun pasir, tanpa aba-aba dan menyapa dalam selang detik beberapa saja. Langkah kakinya menapak tenang dengan iringan sol sepatu keras yang ia kenakan, menggema bersama kalimat miliknya.
"Muda dan tangguh." Ia menambahi.
Kedua belah daun pintu ruangannya terbuka lebar. Plankat di atas meja menuliskan sebait nama Byun Baekhyun ia hampiri dan menempatkan dirinya duduk di balik meja. Sipitnya menatap dingin sejurus sekretarisnya yang setia mengikuti dan berujar kembali.
"Aku membutuhkan seorang pengawal yang dapat mengawalku selama 24 jam penuh." Sambungnya. "Kau sudah harus memberiku beberapa nama dalam minggu ini."
Oh Sehun, sekretarisnya memberikan anggukan tanggap kepada majikannya itu.
"Saya mengerti," ucapnya tegas.
Byun Baekhyun lantas membawa pandangan di atas meja miliknya. Beberapa dokumen terbuka menyambut indera meraung dingin meminta perhatian. Pojokan kanan terbawah tersemat namanya dimana ia harus membubuhkan sebuah tanda tangan disana.
"Katakan apa jadwalku hari ini." Disela goresan tintanya, Baekhyun bertanya. Sehun cepat-cepat membuka tablet di tangan dan mulai merangkai kalimat penjelas akan jadwal Baekhyun. Pertemuan dengan Dewan di jam 10 yang di sambung dengan makan siang bersama dengan keluarga besar Byun.
"Tuan Yunho yang mengatur pertemuan ini." Jelas Sehun. Yunho merupakan saudara tertua Baekhyun sekaligus sulung dari keluarga besar Byun.
Baekhyun menghentikan teliti matanya pada teraan dokumen di meja, satu sudut bibir menarik satu kedutan kecut lalu meneleng kepalanya tak percaya.
Sehun melihatnya dalam diam tanpa bertanya pun tau apa maksud dari celah ejekan itu.
"Katakan jika aku tidak akan hadir," Baekhyun berujar setelahnya.
"Tapi Tuan Besar Byun juga akan hadir." Sehun tak ingin memberikan bantahan namun penolakan berulang Baekhyun hanya akan mencela posisinya sendiri. Ini pertemuan keluarga, bukanlah hal yang rutin terjadi. Hanya sesekali dan seharusnya Baekhyun memperhatikan sikap baiknya kepada anggota keluarga yang lain. Terlebih dengan adanya Tuan Besar, kiranya bisa membuat Baekhyun sedikit melunak dan menurunkan sedikit angkuh dirinya.
Namun Baekhyun adalah Baekhyun, si bungsu tidak tau diri—saudaranya menyematkan panggilan itu untuknya, beralasan bagaimana setiap tingkah juga lakunya selama ini.
"Aku harus pergi ke proyek Bungsal, itu hampir 70% benar?"
Sehun mengangguk, "Ya." Jawabnya. Lelaki dengan jabatan sebagai sekretaris itu tak lagi memberikan ujaran lanjutan alih-alih membaca jadwal Baekhyun selanjutnya.
Baekhyun mendengarkan dalam diam dan menyelesaikan dokumen yang harus ia tanda tangani bersamaan dengan penjelasan Sehun di depannya.
"Anggota Parlemen Yoon telah bergabung dengan perusahaan Daewon, mereka menyetujui kontrak lanjutan proyek terdahulu sampai akhir tahun depan. Beritanya baru saja dirilis pagi ini."
"Selalu saja mencampur adukkan politik dengan bisnis," sindir Baekhyun tak peduli. "Tentu saja dia harus melakukannya jika tak ingin terancap bangkrut seperti Jung."
Daewon merupakan perusahaan milik Siwon, saudara kedua Baekhyun. Pribadinya sama layaknya Yunho, merasa paling hebat namun bukan apa-apa tanpa nama Byun di belakang nama mereka.
Keduanya selalu bertingkah seperti dua saudara akrab yang mendukung satu sama lain. Jung Co. merupakan perusahaan Yunho dan Daewon milik Siwon selalu terlibat dalam projek besar dengan tepuk tangan publik menggelegar menyambut setiap keberhasilan yang mereka capai.
Publik hanya tak tau jika hutang melilit mereka dan lutut tertekuk memohon sekarung uang kepada saudara mereka yang lain.
Soojung bukanlah tujuan yang tepat, dia merupakan satu-satunya perempuan dalam silsilah Byun bersaudara. Tumpuan hidupnya hanya bergantung kepada suaminya Jongin, ia bahkan tak memiliki 20% pembagian warisan dari Byun. Soojung bukanlah apa-apa, kecuali senyum angkuh dan hidup gelamor yang ia pamerkan tiap detik.
Baekhyun terkadang merasa lucu. Saudara perempuan satu-satunya itu terlihat seperti tak punya harga diri, terkadang ia seperti sampah dengan modal lipstick merah menghiasi tiap kata tajam yang ia miliki. Itu adalah topeng, kulit topeng yang sama sampahnya untuk menutupi kenyataan sebenarnya.
Tidak ada yang tau, termasuk Yunho dan Siwon tentang apa yang Soojung miliki dibalik sarkasme hidupnya. Jongin adalah pria sempurna, muda dan kaya raya yang beruntung bisa Soojung miliki. Pernikahan mereka adalah ikatan klasik tentang perjodohan, Soojung menyukainya hanya dalam satu kali pandang. Sebenarnya Jongin pun terlihat seperti itu, keduanya terlihat sempurna, sesempurna berlian yang menghiasi lentik jemari Soojung di altar hari itu.
Namun semuanya melebur bagaimana Baekhyun mendapati Jongin yang lain. Pria itu urakan, sifatnya masih lebih baik daripada Soojung hanya saja gandengan tangan pria lain pada lengannya menghancurkan segalanya. Baekhyun melihatnya, berulang sampai di tahun kedua pernikahan sampah milik saudara perempuannya itu.
Sebagai seorang dominant, nyatanya Jongin memiliki ketertarikan lebih besar kepada submissive daripada wanita. Itu bukanlah hal yang mengejutkan di era sekarang, hanya saja keluarga Kim tak menyukai hal itu. Jongin masih di anggap menyimpang dengan aib bersamanya. Dan Soojung tak lebih masker yang ia pakai untuk menutupi aib mereka. Nyatanya walau mereka memakai cincin pernikahan yang sama, Jongin tetap berada di atas kamar apartemen kekasih prianya itu. Masih segar dalam ingatan Baekhyun sebeku apa Jongin hari itu, ia melihat Baekhyun seperti malaikat pencabut nyawa tanpa pasokan oksigen yang seharusnya mengisi paru-paru.
Itu kemudian menjadi sebuah perawalan yang lain. Jongin memohon seperti pengemis tak tau malu kepada Baekhyun yang memiliki umur 5 tahun di bawahnya. Sifatnya berubah menjadi perhatian tiba-tiba, pun semua investasi kepada perusahaan binaan Baekhyun. Dan itu masih berjalan hingga detik ini.
Baekhyun ingin tertawa, kadang sampai terbahak. Sebenarnya ia tak pernah tertarik dalam polemik rumah tangga saudaranya. Baekhyun melupakannya kadang-kadang namun Jongin memutar otak kotornya agar berubah semakin picik. Keadaan pelik adalah kesempatan dan Baekhyun benar mencintai situasi itu.
Inti dari segalanya adalah keluarga besar Byun adalah omong kosong. Kata keluarga hanyalah bungkus luar sedang kenyataan perseteruan internal seperti bom waktu yang meledak tanpa kontrol.
Dengki hati memenuhi semakin tinggi. Kesehatan memburuk satu-satunya orangtua yang dimiliki saudara itu harusnya mampu mengubah keras hati mereka menjadi lunak. Namun tidak seperti itu. uang adalah segalanya, persen adalah tujuan mengapa ramah tamah keakraban selalu mencoba mereka perlihatkan kepada Byun si Tuan Besar.
Keselamatan perlahan menjadi ancaman. Semuanya berjalan sehalus sutra, tak terbaca. Sayangnya mereka adalah iblis haus harta yang sama. Si bungsu Byun adalah bidikan utama, si bocah kurang ajar yang sialnya memiliki persen lebih besar diantara 3 saudara tertua.
Baekhyun mencoba untuk tak terkecoh, namun tapakan kaki kedua saudara laki-lakinya semakin dekat dan seharusnya Baekhyun tau jika nyawanya adalah incaran yang sebenarnya.
:::
Baekhyun benar melewatkan makan siang keluarga besar Byun hari itu. Ia meninggalkan ruangannya dan bergerak pergi menuju Bungsal tanpa sedikitpun peduli dengan manisan lidah yang mungkin tengah ketiga saudaranya itu lakukan. Baekhyun tidak peduli, sebenarnya ia tak pernah berpikir untuk melakukannya.
"Saya sudah memiliki 10 nama terbaik dalam kelas masing-masing." Pada perjalanan sekembali mereka dari lahan proyek Bungsal Sehun berujar bersama dengan satu map yang ia buka.
Baekhyun menaruh minatnya cepat dan menerima map itu dan mulai meneliti satu per satu profil yang tertera di dalam sana.
"Aku ingin melihat proses rekrutnya secara langsung." Kata Baekhyun. "Aku ingin dilakukan hari ini."
Sehun memberikan anggukan cepat dan berbicara pada ponselnya. Mobil melaju membelah jalanan kembali menuju gedung utama B&H Corp., perusahaan milik Baekhyun. Lantai 10 merupakan tujuan Baekhyun dengan proses rekrutmen yang ia minta dilakukan hari itu.
Para bawahan menyambut kedatangan CEO itu dalam bungkukkan badan hormat menyertai langkah Baekhyun menduduki satu-satunya kursi yang berada di dalam ruang luas itu.
Di depannya terdapat 10 pria berbadan tegap dengan picingan mata tajam pada depan pandangan mereka. Mereka adalah sosok pengawal sempurna dengan kemampuan bela diri terbaik pada kelas masing-masing.
Baekhyun memperhatikan lagi, satu per satu sembari sesekali melihat lembaran map di tangan. Pria dengan perawakan kecil itu membuka asal pada lembaran map dan membaca teraan profil di atas halaman.
Park Chanyeol, itu adalah profil nama yang tertera disana.
Alis Baekhyun berjengit satu menyadari betapa familiarnya nama itu. Ia melihat foto yang tersemat sebelum membawa pandangannya kembali pada jejeran pria bertubuh tegap di depannya itu.
Satu yang bertubuh paling tinggi memiliki paras yang sama akan lembar foto di atas kertas milik Baekhyun. Dia Park Chanyeol—
Park Chanyeol…
"Kau." Baekhyun menunjuk dengan dagunya kepada sosok tinggi itu. Sehun mengikuti arah pandang Baekhyun dan mengujarkan dengan cepat si pemilik nama yang atasannya itu tunjuk.
"Park Chanyeol!"
Pria bertubuh paling tinggi itu tersentak kecil namun dengan cepat mampu mengendalikan dirinya. Ia mengambil cepat selangkah maju—membiarkan Baekhyun memperhatikannya dengan leluasa.
Hening gaung ruang itu menyelimuti. Tak ada kecoh suara apapun dengan tanda tanya menyertai pikiran masing-masing tentang apa yang hendak pemilik B&H itu lakukan. Sehun melirik Baekhyun sesekali namun tak memiliki ide atas apa yang pikirkan oleh atasannya itu. Ia memilih diam dan membiarkan Baekhyun bersama telitian matanya akan sosok tegap bernamakan Park Chanyeol itu.
Baekhyun seolah terjebak dalam pikirannya seorang diri. Nama Park Chanyeol mengisi setiap penggalan memori miliknya, perlahan merambat naik dan mengingatkan Baekhyun segera untuk pemilik nama Park Chanyeol yang lain.
Itu hanya satu dari sekian banyak hal yang Baekhyun miliki dalam siklus hidupnya. Ketidaksengajaan yang sama merupakan hal yang wajar. Pun untuk nama Park Chanyeol, pun menjadi sama adanya.
Baekhyun menaikkan satu sudut bibirnya. Menarik, merupakan penilaian sepihak yang ia dapatkan. Sosok tegap itu terlihat menyakinkan benar namun Baekhyun ingin bukti yakin yang lain.
"1:9." Baekhyun mencetus tiba-tiba. Pelototan mata yang bersamaan menjadi reaksi yang sama. Itu merupakan hal yang gila, mengadu para tenaga keamanan yang sama untuk sebuah kompetisi merupakan hal yang normal di lakukan, tapi 1:9… itu diluar batas.
Namun Baekhyun sekali lagi tak peduli. Punggung sempitnya ia sandarkan pada sandaran kursi empuk yang ia duduki dengan jemari bertautan satu sama lain, sama akan sipitnya yang nyaris tak berkedip menatap Chanyeol di depan sana.
Pria itu tersadar cepat jika ia bisa menjadi kandidat yang terpilih. Itu adalah kesempatan dan yang harus Chanyeol lakukan adalah membuktikannya. Lantas Chanyeol memulainya pertama kali. Kepalan tangannya sekeras batu melayang pada satu per satu tubuh rekan sejawatnya di devisi keamanan B&H.
Tendangannya ia arahkan tanpa tarikan sedikitpun, begitu keras melayang di udara menghantam satu persatu teman-teman devisinya. Chanyeol hanya harus menjadi yang terakhir yang bertahan maka ia bisa mendapatkan posisi yang mereka perebutkan.
Baekhyun memperhatikannya tanpa suara. Baku hantan dan tubuh tumbang akibat pukulan Chanyeol di lantai bahkan tak menarik ibanya sama sekali. Beberapa terkapar, sebagain besar berdarah dan Chanyeol hanya satu-satunya yang berdiri dengan kepalan tangan batu yang sama.
Menarik, itu masih kesimpulan yang ia miliki untuk sosok tinggi yang tengah melayangkan pukulannya itu.
"Hentikan." Tenang suara Baekhyun menghentikan tinjuan Chanyeol di udara. Keluh sakit dari ke sembilan orang di lantai Baekhyun indahkan alih-alih bangkit dari duduknya dengan selembar profil Chanyeol yang ia genggam.
Tak harus bertanya, semua orang tau jika Park Chanyeol-lah yang terpilih.
:::
Tak ada yang bisa menggambarkan betapa bahagianya Chanyeol. Ia melompat seperti orang bodoh di antara nafas kepayahan temannya di lantai ketika pemilik B&H itu meninggalkan ruangan. Seruannya menggema sampai ke seluruh sudut dann lagi mengepalkan tinjunya ke udara.
Tulang sendi jemarinya terluka dengan lelehan darah miliknya berbaur dengan teman sejawatnya yang lain, rasanya perih luar biasa tapi Chanyeol terlalu sibuk meluapkan kebahagiannya disana.
Akhirnya setelah nyaris 5 tahun berada di devisi keamanan B&H kini Chanyeol memiliki kenaikan jabatan. Isunya jika berhasil ia akan di tempatkan pada kelompok pengawalan langsung CEO itu. Jika kinerjanya bagus tentu perannya akan di anggap penting dan buahnya adalah gaji berlimpah yang ia dapatkan sebagai imbalan.
Jadi yang Chanyeol harus lakukan sekarang adalah menunjukkan kinerjanya dan semua pundi dalam kepalanya itu bisa berakhir di dalam rekening miliknya.
"YES YES YESSSS!" Chanyeol berseru untuk kesekian kalinya lagi sebelum berlari keluar dari ruangan itu. Pemilik B&H yang menjadi atasannya telah menghilang pada ujung lorong menyisakan satu staff yang menuntun Chanyeol pada embanan pekerjaannya yang baru.
:::
Baekhyun memejamkan matanya lama bersama desak nafas lelah menderu di udara. Pinggulnya bergetar akan orgasme yang baru saja di raihnya. Peluh membanjiri wajahnya sedang surai peraknya lembab oleh keringat yang sama.
"Ahh…" Geraman itu terdengar diikuti lelahan panas yang Baekhyun rasakan di dalam tubuhnya. Sehun di atasnya menggulingkan tubuh cepat pada sisian tempat tidur lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang lelaki mungil itu.
"Pulanglah," Baekhyun berbisik nyaris tanpa suara. "Aku ingin sendiri malam ini." Ia menarik selimut lebih tinggi sembari memunggungi Sehun di belakangnya.
Lelaki berkulit pucat itu melihatnya dalam diam namun tak membantah segera turun dari tempat tidur. Pakaian miliknya di lantai ia pungut ogah-ogahan lalu mengenakannya setengah hati.
"Ah, ya…" Baekhyun berbalik badan lagi dan menatap Sehun. "Berikan jadwalku pada Park Chanyeol dan katakan padanya jika ia sudah mulai tinggal disini besok."
"Apa?" Sehun tersentak kaget. "Tinggal denganmu?" rahangnya jatuh—mencolos tak percaya.
"Mengapa? Kau ingin aku yang mengatakannya sendiri?" Baekhyun balik bertanya dengan nada tak suka.
"Kau tak bilang jika dia harus tinggal bersamamu juga."
"Kau pikir apa maksud mengawal selama 24 jam?" sarkasme itu membuat Sehun terdiam. Baekhyun telah berbalik badan kembali dan memejamkan mata.
Sehun mendengus tanpa suara dan mengancingi celananya dengan cepat. Ia melangkah menuju Baekhyun, membungkuk dan memberikan sebuah kecupan pada kening lelaki itu.
"Selamat malam Baekhyun…"
Baekhyun tak memberikan sahutan dan mengantar kepergian Sehun dalam dengkuran halus. Tanpa tau untuk sekedar peduli bagaimana raut kecewa memenuhi paras lelaki Oh itu.
bersambung
Waktu ngetik ini aku seperti déjà vu dengan drama K2, mungkin karna unsur pengawal-mengawalnya kali ya kkk~ ada yang nonton dramanya? :D
Terima kasih sudah membaca, sampai ketemu di chap 2!
