Pairing: 1827
Title: Of Line Application, Tsuna's Dumbness and Hibari's Temper
Rating: PG-13
Summary: Hanya cerita dimana Hibari mengalihkan perhatian Tsuna dari ponselnya.
A/N: Drabble setelah sekian lama berhenti membuat cerita KHR... :') kuharap ini dapat tanggapan positif dari pembaca :') Oh, berhubung KHR sudah terbit di Indonesia dan (akhirnya) ada translasi resmi yang bisa menjadi patokan, maka aku menggunakannya di drabble ini. Selamat menikmati :)
Alis Tsuna mengernyit dan bibirnya manyun. Sudah sekitar lima menit ekspresi anak remaja itu bertahan. Hibari terus memerhatikan dari kursi kerjanya di ruang penyambutan dengan mata dan mulut setengah terbuka. Mungkin Hibari harus merekam adegan itu untuk bahan menindas Tsuna dilain waktu. Tapi dia bukan tipe yang mau repot menyiapkan video kamera dan memegangnya selama lima menit lebih; itu tugas Kusakabe.
Hibari bangkit dari kursi dan berjalan ke arah Tsuna. Dia sengaja berdiri di belakang kursi sofa tempat Tsuna duduk dan mengintip apa yang sedari tadi dikerjakan Tsuna. Mata Hibari melebar seketika melihat Tsuna berkutat dengan apa selama lima menit terakhir.
Aplikasi Line. Aplikasi yang memperbolehkan penggunanya berkomunikasi dengan gratis dan menawarkan stiker-stiker lucu dan tema-tema yang lucu itu. Yang membuat Hibari naik pitam adalah ternyata Tsuna membaca 'Terms and Conditions' dengan cermat.
Hibari langsung merebut ponsel itu dari tangan Tsuna, membuat remaja berambut coklat itu panik dan berseru kecil, "Hibari-san, aku sedang membaca Terms and Conditions-nya! Belum selesai!"
"Hal seperti ini tak perlu kaubaca, bodoh. Cukup langsung pilih saja option 'I Agree'." Hibari berdecak kesal melihat kebodohan kekasihnya yang tak kunjung sembuh. Untung saja dia memiliki hati yang baik. Atau mungkin naif. Atau mungkin di antara kedua itu. Hibari kadang bingung apa yang sudah membuatnya suka pada Tsuna hingga mau pacaran dengan anak se-telmi ini.
Setelah selesai Hibari kemudian menyodorkan ponsel Tsuna kembali ke pemiliknya. Tsuna mengamati aplikasi baru itu dan menyadari satu hal.
"Hibari-san langsung meng-add account Hibari-san di Line-ku?"
Hibari beranjak dari belakang sofa dan duduk di sebelah Tsuna, "Tentu saja. Kamu yang bodoh itu mungkin akan menghabiskan waktu 10 menit untuk mencari account-ku. Lebih baik langsung ku-add saja."
"Asyiiik, terima kasih Hibari-san. Dengan begini Hibari-san jadi yang nomor satu di list kontakku." Tsuna tersenyum lebar begitu bahagia. Senyuman yang selalu berhasil membuat hati Hibari ciut dan bunga-bunga serasa bermekaran dengan indahnya. Senyuman yang selalu membuatnya jatuh hati, lagi dan lagi.
Memang benar Tsuna orang yang polos. Anak yang naif. Telmi. Bloon. Tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi senyumannya itu selalu membuat hati Hibari hangat dan garis bibirnya naik membentuk sebuah senyuman.
"Ah. Hibari-san tersenyum," Tsuna pun ikut tersenyum, kali ini terlihat lebih bahagia dan bersinar dengan matanya yang membentuk bulan sabit. Hibari paling menyukai senyuman yang ini. Senyuman yang tidak ditahan dan seluruh garis wajah Tsuna terlihat. Tanpa sadar Hibari sudah menarik kepala Tsuna mendekat ke arahnya; bibir mereka bertemu.
Hibari baru melepaskan sentuhan di bibir itu untuk keduanya menarik napas, namun tangannya masih membelai rambut Tsuna. Mereka hanya terpisahkan jarak sedikit. Mata saling bertemu mata. Hibari bisa merasakan hembusan napas Tsuna mendarat di atas bibirnya.
"Sebentar lagi libur musim panas... aku ingin menghabiskannya bersamamu." Hibari mengecup bibir Tsuna, "Kita bisa ke pantai..." Hibari mengecup Tsuna di keningnya, "ke kolam renang..." di kelopak mata, "ke festival di kuil," di pipi, "atau ke mana pun. Selama kita berdua saja." Berhenti di depan bibir Tsuna.
Mulut Tsuna menganga lebar, pipi bersemu merah pekat. Dia memang tidak pernah terbiasa dengan tindakan kasih sayang yang diberikan Hibari. Selalu. Tsuna hanya terus menatap Hibari dengan mata lebar tidak percaya dan badan bergetar. Mulut komat-kamit tapi tidak mengeluarkan suara apapun. Hibari menyeringai kecil, "Kuanggap kaujawab 'iya'." Setelah itu dia kembali mengecup bibir Tsuna dan berjalan ke arah meja kerjanya lagi. Pekerjaannya memang belum selesai. Dia masih harus memeriksa laporan kegiatan pasca pesta olahraga. Yah, tapi isi baterai sudah selesai. Dengan ini dia bisa menyelesaikannya tanpa perlu menunda-nunda lagi.
Dari sudut matanya, Hibari memerhatikan Tsuna membenamkan wajahnya di bantal, menghindari tatapan Hibari. Melihat itu Hibari tersenyum sambil berpikir bahwa betapa manis kekasihnya itu, dan...
...yah, dengan begini, Tsuna tidak akan langsung meng-add account Hayato Gokudera atau Yamamoto Takeshi atau Kozato Enma atau yang lebih parah si mesum Rokudo Mukuro dan berbincang-bincang dengan salah satu dari mereka. Hibari sukses membuat Tsuna hanya memikirkannya untuk seharian ini (dasar Hibari, pacar yang suka cemburuan).
End.
A/N: aduuuuhh aku merasa superbodoh sudah membuat cerita seperti iniii,,, sangat bertolak belakang dengan apa yang dulu-dulu kutulis ahahahaha. Aku juga masih payah dalam urusan cerita roman yang manis-manis dan lucu-lucu. Semoga cerita ini setidaknya bisa menghibur yang sudah baca :') Terima kasih sudah membaca :)
uhm, ngomong-ngomong, mungkin setiap chapter akan berbeda keadaannya. Latar belakang cerita dsb. Pokoknya mungkin melibatkan various pairing di sini. kuharap kalian mau menunggu chapter selanjutnya :D
