"…Mereka yang pergi selalu bersama kita. Kalau bocah itu tidak bodoh."
.
Title: Black Riding Hood
Rated: T
Character(s): Kim JongIn (Kai), Do KyungSoo (D.O), Kim MinSeok (XiuMin), Wu Yi Fan (Kris Wu), and lil' bit Kwon YuRi.
Pair: Kim JongIn & Do KyungSoo.
Genre(s): Supernatural, Angst, Hurt/Comfort, lil' bit Gore, and Romance, Alternatif Universe [AU].
Disclaimer: SM Entertainmnent – EXO and Another Chara belongs to God and their family.
Warning: Out Of Character, Typo(s) maybe, Hancur, Gantung, Gak nyambung sama judul, Freak, Ficlet.
.
.
Ditinggalkan oleh sosok yang kita sayangi, tentu sangat menyakitkan. Terlebih lagi, orang itu adalah pasangan sehidup semati kita. Pemuda bersurai carmine itu masih mengingat betul, bagaimana pasangannya itu tersenyum, tertawa, marah, bersikap manja terhadap dirinya. Ia menundukkan wajahnya, menatap tetes – tetes air hujan yang meluncur deras dari atas sana. Pemuda itu menertawakan dirinya lemah, sayangnya ini bukan sebuah drama picisan yang selalu kekasihnya tonton di televisi—seolah hujan ikut berduka atas hilangnya nyawa sang terkasih. Lagi pula, ini musim penghujan, jadi itu sangat mustahil.
Suara derap kuda perlahan mendekati dirinya. Saat ini ia sedang berada di depan rumahnya—tidak—lebih tepatnya, ia tengah berdiri di pekarangan rumahnya. Menikmati aroma kekasih yang masih tertinggal bersama hujan, sebelum hilang terhembus angin hangat.
"Aku turut berduka atas perginya KyungSoo, Kai."
Lagi – lagi Kai hanya tertawa; nyaris terbahak, menambah guratan sedih di dahi pemuda di sampingnya. Tangan tannya mencengkram bajunya erat. Seharusnya saat KyungSoo menyuruhnya tidak berangkat ke istana, ia menuruti. Seharusnya saat KyungSoo memintanya untuk membawanya bermain di hutan, ia menyetujui. Seharusnya saat KyungSoo mengantarkan makanan ringan untuknya, ia menerimanya. Seharusnya—dia sadar. Saat itu KyungSoo telah memberinya tanda, bila ini terakhir kali baginya untuk menaruh semua perhatian itu. Hanya saja, Kai menganggap hal tersebut sebagai halusinasi semata. Bagaimana mungkin KyungSoo mengucapkan semua itu, jika saat itu saja KyungSoo masih sempat – sempatnya bernyanyi riang, dan mengajaknya menari, layaknya pasangan muda mudi yang tengah di mabuk cinta. Kai tidak sempat—bahkan tidak pernah, sekalipun memikirkan tentang semua makna pernyataan tersebut, yang berhujung pada tewasnya KyungSoo di pinggir hutan akibat tindakan para perampok.
Pemuda berwajah lucu itu—walaupun dia tetap menampik fakta tersebut, menundukkan wajahnya. Dia takut, Kai, pemuda yang telah di anggap sebagai adiknya ini berubah. Bagaimanapun juga, dirinya tahu, Kai begitu mencintai KyungSoo. Rasa bersalah semakin menjalar dalam hatinya, mengingat dia berdiri di sampingnya bukan hanya ingin mengucapkan bela sungkawa, melainkan memberikan tugas yang telah di berikan oleh raja, dan tidak dapat dia tolak. Darimana ia harus memulainya?
"Emm… Kai, aku tidak tahu apakah ini saat yang tepat atau tidak, tapi Raja Wu memerintahkanku untuk memberikan ini kembali kepadamu—" XiuMin melangkahkan kakinya ke arah kuda, dan kembali sembari menyerahkan sebuah pedang, belati, dan sebuah panah beserta busurnya. Kai hanya menatap tajam pada semua peralatan yang XiuMin berikan, seakan – akan semua benda itu adalah penyebab kematian KyungSoo. Semenjak kabar meninggalnya KyungSoo, Kai tidak banyak berbicara—jarang, dan XiuMin memaklumi itu. Dia tersenyum tipis, semoga saja besok keadaannya jauh lebih baik.
"Tidak terlalu penting sebenarnya, tapi lusa Raja Wu akan mengadakan perjalanan ke arah utara, dan kau tahu 'kan, bila daerah utara masih penuh dengan hewan liar, dan pencuri gelap, maksudku penyihir? Aku datang kemari sebagai kawan, bukan sebagai tinggi rendahnya pangkat. Yah, aku hanya berharap kau tidak terlalu terpuruk dengan perginya KyungSoo. Aku yakin, melihat kau muram seperti ini, bukanlah keinginan KyungSoo," tutur XiuMin. Dia meletakkan semua senjata itu di atas meja yang ada di beranda rumahnya, sebelum menepuk pundak Kai, dan pergi bersama kuda kesayangannya, moon.
.
.
Halaman istana penuh dengan segerombolan prajurit yang siap menemani sang raja menempuh perjalanan selama 2 hari. Mereka telah berdiri gagah dengan baju zirah dan pedang atau busur yang tersimpan apik di sarungnya. Beberapa diantara mereka adalah wanita yang beruntung, karena itu artinya mereka benar-benar tidak dapat di remehkan. Terbukti, salah satu komandan pertempuran jarak dekat adalah Kapten Kwon YuRi.
XiuMin bergerak gelisah di atas moon, yang membuat beberapa pasukannya menatapnya aneh. Biasanya komandan mereka ini tidak pernah gelisah karena masalah tertentu. Mungkin, kalau dirinya berasal dari masa depan, sejak tadi XiuMin pasti melirik jam tangannya. Apa Kai belum bisa sepenuhnya bangkit? Sedangkan sebentar lagi akan memasuki waktu siang, itu artinya mereka akan berangkat.
Seekor kuda bercorak putih hitam, perlahan mendekati moonnya. XiuMin mulai tersadar saat pasukannya mulai menghindar beberapa langkah dan pergerakan moon yang menggesek – gesek sisi kuda di depannya. "Apa ada yang mengganggumu, XiuMin?" Aneh rasanya jika rajanya yang berjalan menghampiri dirinya. XiuMin segera turun dari moon dan membungkuk; memberikan hormat. "Tidak, Raja."
Kris tersenyum tipis, dia memandang ke luar gerbang kerajaannya sejenak, kemudian mengusap – usap bulu kudanya—membuat kudanya terasa senyaman mungkin. "Kau tahu 'kan XiuMin, sesulit apapun burung terbang, lambat laun dia akan lancar juga—tentu dengan usaha. Apalagi mengetahui selalu ada induk mereka yang sejak dulu mendukung, walaupun pada akhirnya sang induk pergi meninggalkan mereka. Mereka yang pergi selalu bersama kita. Kalau bocah itu tidak bodoh." Lalu Kris terkekeh pelan, bersenda gurau seperti ini memang bukan keahliannya, "Semoga cerita singkat itu bisa menenangkanmu, aku tidak terlalu baik dalam bercerita, yah kau tahu itu." Hanya senyum lucu yang XiuMin sunggingkan. Raja Wu memang jarang menampakkan ekspresi berlebih, jadi XiuMin mengerti bagaimana anehnya perkataan rajanya. Tetapi paling tidak ceritanya cukup menghibur hatinya yang di landa kegelisahan. Kai datang—adiknya itu pasti datang.
Dan benar, tidak perlu menunggu lama, suara langkah kaki yang menghantam tanah mengalihkan seluruh perhatian prajurit dan orang lain. Napasnya terengah-engah, "Maafkan aku, sepertinya kuda jantan ini terlihat lebih manja dari pada sebelumnya." XiuMin tersenyum melihatnya. Paras Kai jauh lebih segar sekarang. Dia menghancurkan kesedihannya dengan positif. Saat itulah, Kris segera memulai perjalanannya, dengan keyakinan penuh. Berhubung peran Kai besar juga, dialah jenderal pasukannya.
.
.
Setelah menyusuri beberapa sungai dan mengambil jeda. Sampailah mereka pada pusat hutan, yang memiliki sebutan bang—karena pada titik itu, aura akan terasa lebih menegangkan. Kai segera melonjak turun dari kudanya, di ikuti beberapa kapten lain. Dia meminta izin sang raja untuk melangkah dengan pelan, dan Kris menyetujuinya. Dia masih ingat, dulu ketika mereka bertindak dengan cepat, rupanya tidak sedikit korban yang berjatuhan. Para hewan buas berlari dengan kekuatan penuh dan membabi buta, membanting dan menyerang prajuritnya, tidak lupa kikikan nyaring para penyihir yang tinggal di beberapa pohon dalam hutan itu. Sesungguhnya, jumlah mereka tidak banyak, namun perlu di waspadai benar. Sampai saat ini, bekas pertempuran itu masih ada; makanya mereka bisa mengingat di mana letak bang dengan tepat.
Suara gesekan semak – semak di sebelah tenggara mengalihkan perhatian mereka. JongIn menghentikan langkahnya, dia mengangkat tangan kanannya—meminta pasukannya berhenti membuat langkah tergesa.
SRK—SRAK!
Kai menatap Raja Wu, dan keduanya mengangguk—seakan keduanya memang di takdirkan untuk saling mengerti dan memahami. Mereka berdua memang telah berteman sejak kecil, bermain bersama, bertarung bersama, hingga saling membunuh; hanya saja setelah usia Kris menginjak 15 tahun, hidupnya tak sebebas dulu. Banyak peraturan kerajaan yang menekannya, melakukan ini itu, entah itu di sukainya atau tidak.
"XiuMin hyung, aku menyerahkan kau untuk melindungi pasukan ini, biar aku yang menelisik suara apa itu." Tanpa berpikir dua kali pun, XiuMin menyetujuinya. "Berhati – hatilah."
Dengan pelan, Kai melangkahkan kakinya menjauhi pasukannya dan mencari suara tersebut. Pandangannya menjelajah seluruh hutan. Sepintas dia melihat ada daun – daun yang bergoyang keras. Lambat – lambat, ia mendekati semak – semak tinggi itu. Lagi – lagi suara gesekan daun kasar tersebut terdengar jelas, menguatkan tekad Kai untuk mengetahui apa yang berada di baliknya. Penyihir kah? Atau hewan laknat yang tengah memakan daging dengan lahapnya? Jemari kurusnya meraih beberapa helai daun menyirip tersebut, dan menyingkirkannya dari hadapannya. Tangannya telah siap berada di sisi pinggangnya; meraih pedang.
Ini terlihat aneh.
Seseorang tengah meringkuk di dekat semak – semak itu. Tubuhnya mungil, namun belum di kategorikan kurus. Badannya bergetar, seolah – olah dia tengah menghadapi ketakutan terbesarnya. Tapi, yang membuat Kai lebih heran adalah pemuda itu menggunakan jubah bertudung hitam legam. Apakah dia tersesat? Setahunya dia pernah melihat hal seperti ini, tapi dia menggunakan jubah merah. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, mencari – cari keberadaan serigala atau hewan buas lain. Mungkin orang ini tengah mengantarkan makanan dan terjebak oleh binatang buas?
Sedikit ragu – ragu, akhirnya Kai memberanikan diri untuk mengulurkan tangannya. Dia memegang pundak pemuda itu, membuatnya menghentikan getaran pada tubuhnya. Perlahan, pemuda itu memutar kepalanya, yang membuat Kai jatuh terduduk dan melemparkan pedangnya. "K-kau! I-ni tidak mungkin! Kau—bagaimana bisa!"
Senyuman mengerikan terlukis tajam di wajah manisnya, menyebabkan siapa pun yang melihat mimik tersebut bergidik ngeri. Kedua matanya yang berbeda warna; merah dan coklat, telah mengartikan segalanya. Kuku – kuku di jarinya terlepas, dan di gantikan dengan cakar tajam. Dahinya memiliki lambang dua segitiga yang saling bertubrukkan, membentuk gambar bintang berujung 6, dengan titik hitam di tengah bintang tersebut. Dia adalah penyihir itu. Ini jebakan! Tetapi ada satu yang membuat Kai tidak berkutik sama sekali, walau penyihir tersebut mendekatinya dan menggoda kulit coklatnya dengan cakar tajam miliknya. Justru tangannya terulur ke pipi penyihir tersebut, membuat sang penyihir mengernyit tidak suka dan menepis kasar tangannya.
"Jangan-pernah-menyentuhku-daging-berjalan!" Sentaknya keras di depan Kai. Bahkan terdengar menggema sesaat.
"Rupanya kau masih hidup, dear. Aku benar – benar takut kau pergi meninggalkanku, KyungSoo-ah." Ketika itu, penyihir berwajah KyungSoo itu menyeringai. Dia tahu sekarang, kenapa pemuda di depannya ini tidak takut padanya. Penyihir sepertinya memang memiliki banyak keistimewaan, salah satunya mengubah wajah mereka sesuai dengan kesukaan mereka. Cakarnya yang tajam bergerak – gerak pelan di pipi Kai, dia membuat ukiran hangul bertuliskan nama 'KyungSoo' yang di hiasi darah di pipi tan tersebut.
"Sepertinya ada seseorang yang tengah di tinggalkan. Fufufu—sayangnya, aku D.O, tampan. Kau telah salah mengucapkan namaku, maka itu artinya kau harus menjual nyawa kepadaku." Tidak ada yang Kai takutkan saat penyihir itu mengatakan ancaman tersebut, ia terlihat tenang dan pasrah. Setidaknya ketika dirinya mati, orang yang terakhir kali dilihatnya adalah KyungSoo, atau siapapun itu yang memiliki wajah KyungSoo. D.O tertawa nista, manusia itu benar – benar bodoh karena cinta. Dia menjilat bibirnya yang kering, melihat jalur darah Kai yang terlihat jelas di matanya. Baru saja Kai merasakan cakar itu menembus kulit lehernya, tiba – tiba suara lain menginterupsi kegiatan sang penyihir.
"Kita pergi! Pasukan itu hampir menghancurkan hutan! Kalau seperti ini terus, tempat tinggal kita akan musnah!" Tukas salah satu penyihir, entah siapa itu. Kai masih setia memejamkan matanya, menunggu detik – detik terakhir orang berwajah kekasihnya itu mengambil nyawanya. Tetapi yang terjadi sebaliknya, lambat laun cakar itu menjauhi lehernya, D.O menautkan kedua alisnya, "Sialan! Aku baru mau makan!"
"Aku tidak peduli! Kalau kau mau, bawa saja dia pergi bersamamu, mudah 'kan?"
Hening, tidak ada suara selanjutnya, tapi ketika mendengar dengusa kesal D.O, Kai pun tersenyum. Tidak, ini bukan akhir hidupnya, ini adalah awal kehidupannya bersama KyungSoo 'baru'nya. Kemudian ia merasa dunianya menghitam.
.The End.
Ini pertama kalinya buat yang berbeda dari pairing kesukaan. Soalnya lagi mau buat yang berbeda aja.
Waks. Maafkan saya kalau agak aneh.
So, Mind to Review?
Regard,
-Arcoffire-Redhair-
