Disclaimer: I don't own Harry Potter characters.
*
Koin
by Yukitarina Sisyphalbafica Degelkardia
*
Enam tahun di Hogwarts…
"Nol lagi, Potter!"
"Kau menyebalkan seperti ayahmu, Potter."
"Kau pembohong dan licik seperti ayahmu, Potter."
"Detensi, Potter!"
"Lima puluh angka dari Gryffindor, Potter."
"Kepalamu membengkak begitu besar, sama seperti ayahmu, Potter!"
*
Sedetik sebelum kematiannya…
"Lihat…lah…aku…"
*
Ada banyak cerita tentang anak dari seseorang yang dicintai. Lebih tepatnya, anak dari orang yang kita cintai tetapi tidak bisa kita miliki.
Ada yang tidak mempedulikannya. Ada yang membencinya. Ada yang bersikap biasa. Bahkan ada pula yang mencintainya, karena berpikir anak itu mengingatkannya pada wanita atau pria yang pernah singgah di hatinya.
Tapi yang terjadi pada ahli ramuan bermata hitam pekat dan berkulit pucat itu adalah sebuah emosi yang kompleks. Ia mencintai seorang wanita, dan tidak bisa memilikinya karena wanita itu menikah dengan pria yang sangat dibencinya. Wanita itu adalah sahabatnya satu-satunya, sosok yang tak pernah pudar walaupun puluhan tahun telah berlari seperti hempasan angin.
Wanita itu pun mempunyai anak. Anak laki-laki dengan wajah yang mirip sekali dengan ayahnya dan mata hijau cemerlang yang menyerupai mata ibunya.
Semua orang mengatakan bahwa perasaan datang tanpa diundang. Perasaan tidak bisa diperkirakan. Perasaan juga tidak dapat dihadang. Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa perasaan dapat dipilih.
Dan pria bermata hitam selayak lorong gelap itu pun memilih, memutuskan apa yang harus ia rasakan terhadap anak bernama Harry Potter itu. Ia memilih untuk membencinya. Setiap inci nadinya, setiap tetes darahnya, setiap detak jantungnya, setiap hentak ototnya, ia perintahkan untuk membenci anak itu.
Tetapi pada saat yang bersamaan, ia juga memilih untuk peduli padanya. Setiap gerak tangannya, setiap langkah kakinya, setiap kalimat yang diucapkannya, setiap sudut yang diterpa oleh sorot matanya, ia arahkan untuk menjaga dan melindungi anak itu.
Ia sangat membenci anak itu untuk wajah ayahnya. Dan pada saat bersamaan, ia menjaga dan melindungi anak itu untuk mata ibunya.
Dan ternyata, benci dan cinta sebenarnya terukir pada dua sisi mata koin yang sama: sisi kepala dan sisi angka.
Atau untuk kasus Severus Snape, terukir pada seorang anak laki-laki yang sama: wajahnya dan matanya.
Tamat
