When I Was Your Man

YUNJAE

Main Cast :

Jung Yunho

Kim Jaejoong

Disclaimer :They are belongs to them selves, family, Elite Minority Cassiopeia, and shipper.

Author : Alyse Shanidas

Genre : AU, OOC, BL, Slight Humor, Drama, Family, Mpreg(maybe)

Rating : T-M

Warning : DON'T LIKE DON'T READ. Author Newbie, Typos, Slash

Chapter1

- Mempunyai orang tua yang saling bermusuhan dan berambisi untuk menjadi yang terhebat, membuat Yunho dan Jaejoong mengambil langkah ekstrim demi membuat keduanya berdamai. Akankah cara itu berhasil mereka lalui semudah mengedipkan mata?-

The New Story Just Begin.

Jaejoong menatap jengah lantai ballroom yang kini mulai ramai oleh hiruk pikuk beberapa pasangan dansa. Lampu temaran di iringi alunan musik romantis semakin membuat semua orang terlena dalam pelukan pasangannya. Bergerak seirama, saling menatap penuh cinta dan bersentuhan mesra.

Kecuali dirinya, ia tidak nyaman berada lebih lama di ruangan ini. Kalau bisa ia ingin berlari menjauh dan menghilang di belahan bumi bagian utara. Ohh, astaga ia bisa membeku kalau menghilang disana. Tidak, ia tidak mau di makan beruang kutub yang ada disana. Sekarang saja hidupnya akan ditemani oleh beruang madu. Hyaa, ia ingin menenggelamkan tubuhnya ke sungai han saja, rutuknya dalam hati.

Lelaki cantik itu mendengus kesal sebelum kakinya melangkah menuju toilet. Saat ini hanya toilet yang bisa membantunya bersembunyi dari acara yang sama sekali tidak di nikmatinya itu. Ya, lebih baik bersantai di dalam toilet saja. Siapa tahu saat keluar nanti semua yang ada disini sudah berubah menjadi kamarnya yang paling nyaman dan serasa memanggil-manggilnya untuk segera merebahkan tubuh. Hahh, semoga saja seperti itu.

Jaejoong segera melonggarkan ikatan dasi dan juga dua kancing jas slim fit yang membuatnya sesak serasa tidak cukup bebas bernafas. Selain itu punggungnya jadi terasa pegal karena ia harus menegakkan tubuhnya di setiap kesempatan. Jaejoong menggerakkan kepalanya kesamping kanan dan kiri, guna melemaskan otot lehernya yang terasa kaku. Kalau saja ia bisa merebahkan tubuhnya sebentar saja, pasti keadaannya jauh lebih baik.

Tanpa sengaja mata bulatnya yang jernih melihat bathtub yang kosong. Kedua tangannya segera membekap bibirnya yang hampir saja mengeluarkan pekikan bahagia. Matanya ikut berbinar senang seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Konyol bukan? Tapi ia tidak peduli dengan itu. Sekarang keinginannya untuk merebahkan tubuh akan terlaksana.

"Kau mau bersembunyi ehh? Kucing nakal?."

Baru saja Jaejoong ingin melangkah memasuki bathtub teriakan keras itu sudah membuatnya terdiam kaku. Bagaimana bisa ketika ia sedang terbang menapak awan, suara itu seketika menghancurkan awan yang dipijaknya sehingga membuatnya terhempas ke tanah berlumpur menjijikkan dengan cukup keras. Hyahhh, kapan suara itu tidak mengganggunya?.

"Yahh! Apa yang kau lakukan disini? Jangan bilang kau menguntitku?" Dengan cukup kasar Jaejoong segera menyentak pintu kamar mandi agar terbuka lebar. Mata bulatnya memicing tajam menatap lelaki tampan yang tampak santai menyandarkan tubuhnya di dinding samping pintu kamar mandi sambil bersiul pelan.

"Apa kau lupa? Setelah sumpah pernikahan yang kita lakukan tadi secara otomatis signal milikmu sudah terkoneksi dengan signal milikku. Kemanapun kau pergi, aku cukup menjangkau mu." Yunho kembali bersiul pelan setelah mengucapkannya. Kedua tangannya di masukkan kedalam kantong celana hitam yang ia pakai. Tetap terlihat tampan meski posenya seperti seorang playboy genit.

Jaejoong yang mendengarnya dibuat melongo hebat. Kata ajaib apa itu? Signal katanya? Lalu disini siapa operatornya? Hahhh, yang benar saja. "Kenapa? Kenapa kau kesini? Bukankah kau lebih suka menggoda para wanita berbaju sexy itu huh?" Jaejoong mencibir. Entah kenapa rasa kesal mulai menggelitik hatinya. Ia tidak suka Yunho tertular sifat genit milik Yoochun.

"Ouch.. Yahh! Sakit." Jaejoong mengusap keningnya yang berdenyut sakit karena jitakan Yunho. Uhh, apa lelaki itu tidak bisa menjitak dengan lebih pelan dan lembut saja? Sekarang rasa panas mulai menjalar di sekitar keningnya. Untung saja tidak benjol, tapi sepertinya akan menimbulkan bekas yang memerah. 'Yahh. Jung Yunho sialan.'

"Makanya, gunakan kepala mungil mu itu untuk berfikir yang lebih sehat. Jangan hanya berfikiran buruk dan suka mengumpat orang di dalam hati. Tsk, Semua orang sedang berdansa merayakan pesta kita, bagaimana mungkin pasangan pengantinnya tidak ikut berdansa?".

"Jangan bilang-..."

"Kita berdansa."

"APA KATAMU?"

"Sekarang Jung Jaejoong."

"Yahh!.."

"Sekali lagi kau berteriak, aku akan menciummu."

Yunho menyeringai kecil saat melihat Jaejoong dengan refleks segera membekap bibir plumnya yang beberapa waktu lalu telah ia cium untuk pertama kalinya. Mata bulat lelaki cantik itu semakin membulat lucu, terlihat sangat imut dan menggemaskan. Ahh, ia tidak percaya sudah menikahi lelaki cantik itu saat ini.

"Aku tidak percaya itu."

"Bagaimana mungkin mereka bisa bersatu secepat itu?"

Kim Heechul dan Jung Siwon dibuat melongo hebat dengan wajah konyolnya saat melihat Yunho dan Jaejoong yang tampak berpelukan intim sembari berdansa. Meski terlihat sedikit kaku dan banyak kesalahan tapi mereka saling menutupi kekurangan masing-masing. Seperti partner dansa profesional saja. Dan sekarang mereka jadi pusat perhatian pasangan dansa lainnya.

"Ohh, anakku yang malang. Bagaimana bisa kau mencintai lelaki berkepala kecil itu ehh? Hahh, kau mengecewakan umma sayang." Heechul mendesah dramatis melihat pasangan muda di lantai dansa. Lebih tepatnya menatap Jaejoong yang tampak berbisik mesra dengan Yunho. Tak jarang setelah berbisik mereka saling tersenyum satu sama lain.

Siwon mendelik tajam. Tidak terima jika anak kesayangannya dijuluki kepala kecil oleh wanita cerewet yang duduk diseberangnya ini. Pandangannya ikut mengedar menatap pasangan pengantin baru yang semakin merapatkan tubuhnya. Entah apa yang dibisikkan Yunho ke telinga Jaejoong hingga membuat lelaki mungil itu memukul pundak lebar Yunho cukup keras. Sepertinya mereka saling bercanda membicarakan tentang malam pertama nanti, lalu Jaejoong malu dan memukul Yunho. Ahh, itu sungguh manis.

"Ohh putraku yang tampan. Harusnya kau bisa mendapatkan wanita cantik yang memiliki S line dengan dada besar. Tapi kenapa kau lebih memilih lelaki datar itu huh? Bagian tubuh mana coba yang bisa diremas sensual?" Siwon menggeleng pasrah sambil berpura-pura menutup kedua matanya. Ber-akting miris seperti baru saja mendapatkan kesialan yang tak terelakkan.

"Yahh! Jaga bibir kecil mu itu Jung Siwon. Putra ku tidak sedatar itu, dia sexy seperti ummanya. Tapi karena pernikahan konyol inilah yang membuatnya kehilangan berat badan dan jadi seperti itu. Dan kau tahu? Itu semua karena ulah putra mu yang berkepala kecil itu!."

"Yahh! Kau tidak bisa mengatai putraku seperti itu. Memang putramu yang bertubuh datar itu saja yang tidak mempunyai badan sexy."

"KAU.."

"APA?"

"Appa/Umma hentikan. Aishh, kalian kekanakan sekali." Yunho dan Jaejoong berucap serempak sembari memandang Mr. Jung dan Mrs. Kim dengan tatapan jengah. Apa dua orang paruh baya itu tidak sadar jika ucapan kerasnya yang saling bersahutan itu sudah menyita banyak perhatian orang?. Aishh, memalukan.

"DIAM."

Hening.

Siwon dan Heechul menatap kesekitarnya yang tampak sunyi. Dansa itu berhenti, musik romantis yang mengiringinya pun berhenti berputar. Semua tamu undangan kini menatap kearah mereka dengan pandangan bingung dan tak jarang ada yang tersenyum geli. Keduanya serempak tersenyum kikuk satu sama lain, menyadari jika perbuatan konyol yang mereka lakukan tadi berhasil menyita perhatian semua orang dan membuat keduanya semakin meringis malu.

"Ahh haahaa, kami tadi hanya bercanda. Benar bukan Heechul-shi?" Siwon tersenyum paksa kearah Heechul. Yang mana tingkahnya itu di balas Heechul dengan tatapan tajam dihiasi dengan senyum sinis.

"Ahh, ya itu benar. Sekarang ayo kita lanjutkan pestanya."

Siwon dan Heechul duduk kembali di kursi mereka dengan perasaan dongkol yang memuncak. Setelah itu musik romantis kembali mengalun memenuhi ruangan. Beberapa pasangan kembali berdansa, tak terkecuali Yunho dan Jaejoong yang kembali terhanyut dalam gerakan intim mereka.

Tapi sepertinya kalau di telusuri lebih dekat lagi, mereka tidaklah benar-benar menikmati dansa intim itu. Terlihat sekali Yunho yang sedikit mencengkeram pinggang ramping Jaejoong, seperti takut jika partner dansanya itu akan melarikan diri. Sedangkan Jaejoong terlihat sekali kalau kakinya bergerak-gerak gelisah tidak nyaman, kedua tangannya yang melingkar di leher Yunho juga terlihat meremas jemarinya dengan gelisah. Itu cukup membuktikan kalau mereka tidaklah menikmati dansa intim itu bukan?.

"Yahh!.." Jaejoong memekik pelan. Tidak ingin jika mereka menjadi pusat perhatian sekali lagi.

"Ohh, mian." Yunho tersenyum tipis. Badan mereka yang bisa dibilang sangat dekat membuat benda kebanggaan mereka saling bersentuhan.

"Jae, lebih merapatlah." Yunho berbisik pelan, kepalanya yang sedikit menoleh kearah Jaejoong tampak menyunggingkan senyum. Lebih tepatnya ringisan konyol karena ia memaksakan senyumnya.

"Jangan bilang kalau ini hanyalah trikmu untuk mencari kesempatan di dalam kesempitan." Jaejoong ikut mendesis pelan. Wajahnya yang menghadap Yunho dan melihat ringisan konyol lelaki itu akhirnya ikut menyunggingkan senyum paksa.

"Kenapa harus? Ini memang sudah sangat sempit. Hanya saja mereka itu melihat kearah kita, jadi biar mereka tidak berfikiran buruk bukankah lebih baik kita berakting mesra?".

Dan tubuh mereka akhirnya merapat dengan sempurna. Gerakannya pun terlihat seirama dan saling mengimbangi. Tapi tahukah? Mereka saling memberikan komando langkah kaki mereka diam-diam. Setiap Yunho mengucapkan kanan maka bergeraklah kaki mereka ke kanan, begitu seterusnya. Jadinya Jaejoong yang sangat tidak cukup mengetahui tentang dansa tampak gemulai dalam rengkuhan Yunho.

"Apa yang akan kita lakukan di malam pertama kita nanti?" ucap Yunho berbisik pelan ke lubang telinga Jaejoong.

"Ouchh, sakit!. Kenapa kau memukul ku lagi huh?" Yunho memekik pelan ketika sekarang kepalanya lah yang menjadi sasaran pukulan Jaejoong. Memangnya ada yang salah dengan pertanyaannya tadi? Aishh. Kepalanya jadi sedikit pening gara-gara pukulan itu.

"Hentikan kata-kata mu yang mengandung unsur mesum itu. Dari tadi yang kau bahas hanyalah itu-itu saja. Sekali lagi kau bertanya seperti itu, aku akan menendang selakanganmu kau tahu?".

Yunho yang mendengar ancaman itu jadi bergidik ngeri. Sepertinya Jaejoong memang tidak pernah main-main dengan perkataannya, dan itu cukup mengerikan. Haahh, sebenarnya ia tadi hanya ingin bertanya apa yang akan mereka lakukan setelah sampai di dalam kamar. Bukankah nanti mereka akan menginap di hotel berbintang ini? Dan bukankah mereka belum menyusun rencana sebelumnya tentang ini? Mungkin kalau di apartemen mereka, ia tidak akan bertanya seperti itu. Karena jelas saja mereka memiliki dua kamar di dalamnya. Tapi disini? Astaga.

Jaejoong terbangun dengan rasa pegal luar biasa disekujur tubuhnya. Kedua tangannya merentang ke atas merilekskan otot-otot tubuhnya yang terasa sedikit kaku. Menggeliat memang cukup mampu membuat tubuhnya sedikit lebih baik. Namun setelahnya ia terperanjat kaget ketika tanpa sengaja tangan kiri dan kaki kirinya yang sedang merentang bebas sepertinya menendang sesuatu lalu disusul dengan suara debuman cukup keras.

"Ommo. Buntalan apa itu?" Jaejoong menatap penasaran buntalan panjang yang terjerembab di bawah ranjang. Kepalanya yang bertumpu di atas punggung tangan kanannya tampak mengamati dengan serius erangan dan pergerakan dibalik selimut putih itu.

"Errgghh.. Hyahh! Jung Jaejoong apa yang kau lakukan huh?" Yunho menjerit kesal ketika tubuhnya yang sudah sangat lelah harus bertambah sakit karena terjerembab dengan tidak elitnya. Mata musangnya memicing tajam menatap Jaejoong yang membulat shock karena pekikannya barusan. Dengan kasar dilemparnya selimut yang masih melilit tubuhnya tadi keatas ranjang.

"Astaga, keningmu memerah dan sedikit...bengkak."

"Apa?.." Yunho mengernyit bingung. Ia masih berkacak pinggang sambil menatap Jaejoong yang tadi tersentak kaget hingga membuat tubuh lelaki cantik itu sudah berada di ujung ranjang. Perlahan jemari Yunho terulur meraba keningnya. "Aww,, shhh." Dengan langkah kaki lebar Yunho segera menghampiri meja rias, menatap prihatin keningnya yang mulai memerah dan sedikit benjol. Ahh tidak, kening mulusnya kini bak kening Hellboy. Ini mengerikan.

"Yahh! Jung Jaejoong apa yang kau lakukan dengan kening ku huh?". Yunho berteriak kesal. Matanya menatap nyalang sosok cantik yang memalingkan wajahnya sambil meringis menutup sebelah telingannya.

"Tidak perlu berteriak histeris seperti itu. Kalau kau mau, aku bisa mengobatimu." Jaejoong mengangkat bahunya cuek.

Yunho terdiam dengan bibir yang membulat lucu. Ditatapnya Jaejoong yang hanya bersedekap sambil bersandar santai pada headboard. Seolah lelaki cantik itu tidak pernah melakukan kesalahan hingga merugikan pihak lain. Ini memang bukan masalah besar, tapi tetap saja disini ia lah yang jadi korban karena keningnya jadi membengkak sakit. "Apa kau tidak bisa mengucapkannya dengan sedikit penyesalan? Setidaknya, katakanlah kau mengobatiku sebagai permintaan maaf."

"Kenapa harus?"

Yunho menggertakkan giginya menahan kesal, kedua tangannya pun mengepal erat. Astaga. Kalau seperti ini terus ia bisa terkena serangan darah tinggi di usia muda. Kim Jaejoong sungguh menyebalkan. Double bonus karena mertuanya pun juga memiliki sifat tak kalah menyebalkan. Jadi kemungkinan tidak hanya darah tinggi saja yang akan mengancamnya, tapi kejiwaannya pun mungkin akan terancam. Aishh, ia bisa gila.

Suara ketukan pintu yang cukup berisik membuat Yunho dan Jaejoong segera mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Keduanya saling balas melotot untuk menyampaikan maksud mereka seperti Kau-saja-yang-membukanya. Setelahnya Yunho memutar bola matanya kesal mendapati Jaejoong yang melipat tangannya cuek sambil memalingkan wajah menghadap jendela besar. Seolah menegaskan ia tidak akan mau membuka pintu itu. Hahh, Yunho hanya bisa mendengus keras sebelum tergesa membukakan pintu karena ketukannya semakin bertambah berisik.

Alangkah terkejutnya Yunho ketika melihat Kim Heechul, sang mertua berdiri dengan angkuhnya di depan pintu. Tubuh tegapnya sedikit terhuyung ke belakang ketika mertuanya itu menerobos masuk ke dalam kamar, disusul dengan sang appa yang ikut mengekor dibelakangnya. 'Aishh, Apa lagi ini?' Yunho mengacak surai hitamnya dengan frustasi.

Melihat kehadiran sang umma dan Jung abeonim yang tak terduga, dengan cepat Jaejoong segera merapikan piyama tidurnya yang kusut dan mulai berdiri. Lalu sedikit membungkuk sopan ke arah dua orang paruh baya tersebut. Kedua tangan Jaejoong mencengkeram ujung piyamanya ketika mendapat tatapan intens dari sang umma yang mengamati penampilan kusutnya. Jelas saja kusut, bukankah ia baru bangun tidur tadi?.

Mata Heechul membulat horror ketika pandangannya jatuh ke atas ranjang king size yang tampak tak berbentuk lagi. Bedcover yang acak-acakan, sprei yang kusut, hingga bantal dan guling yang terjatuh di lantai. Melihat itu tubuhnya mendadak lunglai dan terhuyung hampir jatuh. "Aigoo, ini petaka. Ohh astaga, aku bisa gila." Heechul meracau tidak jelas sembari memegangi tengkuk lehernya.

"Tidak bisa dipercaya." Siwon yang juga melihat keadaan itu tanpa sadar menjatuhkan kaca mata hitam yang tadinya bertengger manis di atas hidungnya. Pandangannya segera memutar ke arah Yunho yang berdiri di samping Jaejoong sambil mengernyit heran ke arahnya.

"Katakan pada appa, apa yang sudah kalian lakukan semalam?"

"Ohh, Jaejoongie jangan katakan kau sudah melakukan 'itu'. Arghh, aku bisa gila." Heechul menjerit histeris sambil mengacak tatanan rambutnya yang tadinya sudah rapi. Seperti baru menyadari sesuatu, Heechul segera melangkah mendekati Yunho. Diamatinya wajah sang menantu yang diakuinya memang cukup tampan. Namun mengingat bahwa lelaki ini adalah putra dari musuh bebuyutannya rasa kesal dan benci menyeruak dalam hatinya.

"Dan kau, tidak seharusnya melakukan hal itu pada putraku." Tuding Heechul sembari melotot marah ke arah Yunho.

Mendengar itu Yunho dan Jaejoong saling berpandangan bingung. Sebelum kemudian keduanya saling menyeringai dan mengedipkan sebelah mata. Seolah sudah saling membagi dan mempelajari skenario dengan baik Yunho kemudian bertindak duluan. Lengan kanannya segera memeluk pinggul ramping Jaejoong, membuat lelaki cantik itu merapat dengan tubuhnya.

"Ahh, omeonim. Bukankah itu memang sudah sewajarnya dilakukan oleh pengantin muda yang selalu dipenuhi gairah cinta?." Ucap Yunho sambil tersenyum malu. Jaejoong yang ada disampingnya pun ikut terkikik geli mendapati wajah ummanya yang memerah menahan kekesalan.

"Eoh? Kenapa dengan keningmu Yunho-ah?" Tanya Siwon sambil mendekat kearah putranya. Memperhatikan lebih jelas memar merah yang ada di kening Yunho.

"Ahh, itu abeonim, semalam kami terlalu bersemangat melakukan itu, hingga tanpa sadar kami terjatuh dari ranjang dan membuat kening Yunnie terbentur lantai. Iya kan sayang?" Jaejoong menekankan kata 'itu' dengan desahan sensual. Seperti ingin memberitahukan jika satu kata itu mempunyai makna yang sangat nikmat. Setelahnya ia menatap ke arah suaminya, mengerling genit dan mulai bertingkah manja.

"Ahaahaa, benar sayang. Melakukan itu bersamamu, membuatku serasa tak berada di dunia lagi. Aku benar-benar terbang ke nirwana."

Heechul menatap speechless ke arah pasangan pengantin baru yang kini sedang bertatapan mesra. Mengumbar kemesraan di depannya yang sedang berada di ambang batas kekesalan. Astaga, kepalanya terasa berat seperti tertimpa sesuatu yang besar hingga membuatnya harus mencengkeram tengkuknya yang mulai terasa kram. Kakinya mundur ke belakang beberapa langkah ketika lututnya ikut lemas menahan keterkejutan.

Siwon tertawa keras melihat musuh bebuyutannya hampir tumbang. Tawanya seketika berhenti ketika Heechul melempar salah satu bantal dan tepat mengenai wajahnya. Ia sebenarnya sudah ingin berteriak kesal, tetapi urung dilakukan saat dilihatnya Heechul melangkah menuju pintu keluar dengan kaki menghentak marah. "Tsk. Dasar wanita. Lebih mengutamakan prasangka hati daripada logikanya." Ucap Siwon mencibir kearah pintu yang kini sudah tertutup rapat.

"Kalian yakin sudah melakukan itu heumb?" Kini giliran Siwon yang berkata dengan menekankan kata 'itu', yang mana terdengar jelas nada mengejek dalam ucapannya barusan.

"Tentu saja." Yunho dan Jaejoong menjawab serempak.

Mendengar itu Siwon hanya tersenyum sinis. Tangan kanannya yang masih memegang salah satu bantal yang tentunya semalam dipakai mereka pun mengarahkan benda itu ke wajahnya. Bermaksud mencium bau aneh yang kerap kali muncul sehabis menghabiskan malam panas. Tidak cukup dengan itu saja, Siwon melangkah kearah ranjang, melihat keadaan sprei yang masih berwarna putih bersih dan tidak meninggalkan noda apapun. Itu cukup membuktikan bukan?

"Aku bahkan tidak melihat noda dan aroma sehabis bercinta di ranjang kalian. Asal kalian tahu itu." Ucap Siwon tenang sambil berlalu dihadapan mereka. Melangkah menuju pintu keluar. Menyisakan keterkejutan yang sangat kentara diwajah Yunho dan Jaejoong.

"Oh My, abeonim sudah seperti seorang detektif bercinta sungguhan." Jaejoong menggeleng tidak percaya. Mata bulatnya masih memandang takjub pintu kamar hotel yang sudah menutup rapat. Bibirnya bahkan masih membulat tak percaya. Astaga, appa mertuanya keren sekali.

"Yahh! Tidak ada istilah detektif seperti itu. Kenapa kau jadi terpukau dengan appa ku huh? Kau tahu, itu artinya bahaya Jung Jaejoong, kau dengar ? Ber-ba-ha-ya." Yunho memekik kesal. Kedua tangannya mencengkeram rambut dengan sedikit kasar, melampiaskan rasa kesal dan frustasi menghadapi kenyataan jika ia mempunyai seorang appa yang cerdik. Dan kenyataan bahwa sekarang ia juga memiliki seorang istri yang errr sedikit berlebihan, mungkin.

"Huwaaaa... Anak ku satu-satunya...Putra ku yang cantik...malaikat kecilku yang menggemaskan..kini.. Huwaaa..sudah ternoda." Heechul meraung-raung tidak terima dengan kenyataan yang baru saja dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Kenyataan jika Yunho sudah benar-benar merebut mahkota suci milik Jaejoong membuatnya ingin mencakar habis pemuda itu.

"Nyonya tenanglah, errr.. Lihatlah, banyak yang mulai memperhatikan anda." Choi Minki, asisten pribadi Kim Heechul melirik resah kearah beberapa orang yang memperhatikan tingkah Heechul yang meraung-raung tidak jelas.

"Aku tidak peduli! ...huuhuu apa kau tidak tahu bagaimana hancurnya harapanku tentang masa depan putraku heh? Persetan dengan mereka, mereka tidak tahu tentang perasaanku saat ini." Heechul mengusap kasar air matanya hingga membuat eye liner miliknya luntur dan sedikit belepotan.

"Menggelikan. Katanya seorang wanita terhormat dengan segudang prestasi di dunia bisnis. Tapi coba lihat sekarang? Dimana harga dirinya saat ini?" Ucap Siwon sinis. Bibirnya menyunggingkan seringaian melihat Heechul yang tampak berantakan seperti itu.

"Diam kau!" Sentak Heechul kasar. Kepalanya segera memutar menatap beberapa orang disekitar kamar hotel yang sedang memperhatikan ke arahnya. 'Dasar bodoh! Kenapa aku meraung-raung di depan kamarku seperti ini.' Rutuknya dalam hati.

Melihat situasi yang memang sudah sangat memalukan, Heechul segera berdehem. Bibirnya menyunggingkan senyuman manis sambil merapikan kemeja dan celananya yang tampak kusut. "Ahh, maafkan aku. Kalau aktingku tadi membuat kalian terganggu. Aku hanya terbawa suasana."

Mengetahui jika Kim Heechul adalah seorang pebisnis yang berkecimpung dalam dunia entertain sebagai seorang artis dan model, akhirnya membuat mereka mengangguk mengerti. Beberapa orang yang tadi mengerumuninya pun membalas Heechul dengan senyuman manis. Mereka kemudian membubarkan diri dan kembali berjalan layaknya tidak terjadi apapun sebelumnya. Melihat itu Heechul menghembuskan nafas lega. Meski perasaan dongkol dan emosi masih menyelimuti hatinya.

"Khhh, akting?. Harus ku akui kau memang pintar dalam hal itu Mrs. Kim. Ckckck." Siwon menggeleng pelan sambil berdecak meremehkan. Kedua tangannya bertepuk tangan seolah memuji kemampuan lawan bicaranya.

"Terimakasih sebelumnya Mr. Jung. Tapi kehadiran anda sudah terlalu menyita waktu saya yang berharga." Heechul tersenyum sinis sebelum membalikkan tubuhnya dan berlalu meninggalkan Siwon yang terpaku dengan rahang mengeras. Kalimat singkat yang begitu menusuk. 'Satu sama Mr. Jung.'

TBC.

Wanna next chapter?... Or discontinue until here?...

RnR... And...Wanna tell me what do you feel about this story? *bow*