Summary: Haruno Sakura, gadis yang berusia melarikan diri dari rumah. Alasan dia meninggalkan rumah yang sekarang karena tidak mau dijodohkan oleh orang aneh. Ketika dia meninggalkan rumah, Sakura tidak tahu harus pergi ke mana dan ingatan tentang masa kecilnya terus mengalir. Di sanalah Sakura berada di asrama laki-laki.
Princess Version 1
.
.
Disclaimer: Naruto © Kishimoto Masashi
Warning: OOC and typo (mungkin saja?), AU, deskripsi minim, semoga jelas, terinspirasi dari manga dengan judul yang sama. Dedicated for iSakura Haruno1 and Floral White.
Happy Reading, all!
.o.X.X.o.
Chapter One
Paman, bibi... terima kasih telah membesarkan aku. Tapi, aku belum ingin menikah jadi aku akan melarikan diri dari rumah. Dari Haruno Sakura.
Sepucuk surat itulah menandakan Haruno Sakura, gadis berusia lima belas tahun lari dari rumah karena tidak mau menikah dengan orang aneh pilihan bibinya. Dan gara-gara inilah Sakura terdampar di kota yang dia tidak tahu. Sepertinya anak ini benar-benar nyasar.
"Aneh. Aku pikir di sekitar sini," kata gadis berambut soft pink tengah berada di sebuah kota yang tidak diketahuinya. Baru kali ini Sakura berada di sini berkat kertas yang ada di tangannya. Malam hari yang dingin sambil memegang koper yang di dalamnya ada pakaian seadanya.
Sakura melihat alamat kertas itu dari ayah dan ibunya. Dulu di kota ini, Sakura tinggal bersama dengan ayah dan ibunya sebelum kecelakaan yang menimpa mereka sebelas tahun silam di tempat ini. Sakura tidak mengingat apa pun tentang kejadian waktu kecelakaan itu terjadi. Dan sekarang gadis ini tidak punya tempat lain untuk pulang. Bibinya saja menyuruhnya cepat menikah dan mendengar apa yang dikatakannya.
"Kamu tidak dengar apa yang aku bilang? Cepatlah menikah!"
Aku hanya tidak mau. Aku tidak punya pacar selama lima belas tahun. Aku tidak mau cepat-cepat menikah dengan orang aneh, pikir Sakura gelisah memikirkan permintaan bibinya kepadanya. Dia tidak tahu apa-apa. Namun, memikirkan itu membuat perutnya lapar. "Tapi, tidak ada tempat untuk tidur malam ini." Ada sosok laki-laki berseragam datang ke arahnya dan itu membuatnya kaget. "Ada polisi?! Gawat! Pasti sekarang dia tahu kalau aku kabur dari rumah. Aku harus pergi dari sini.
Dan... di sinilah dia berdiri di sebuah ruangan... berantakan. Banyak sampah menumpuk, baju berserakan, buku-buku seenaknya berhamburan, dan semua benda-benda yang ada di ruangan ini sangat hancur lebur seperti kapal pecah.
"Apa-apaan tempat ini?" tanya Sakura melihat kamar berantakan. Namun, tadi dia tidak berpikir telah masuk ke gedung tidak dikenal. Mendengar suara dari belakang, suara laki-laki, Sakura lari sekuat tenaga. Tapi, di setiap lorong dia temui hanyalah laki-laki, laki-laki dan laki-laki. Tempat apa ini? Kenapa semuanya anak laki-laki?
Setiap dia bertemu laki-laki, gadis berambut panjang ini terus berlari bersembunyi dari laki-laki yang ditemuinya. Tiba-tiba dia menemukan jalan buntu. Mau berputar balik, ada dua orang pemuda berjalan ke arahnya. Tidak ada tempat lagi, Sakura menemukan satu pintu. Dibukalah pintu itu.
"Aku selamat," napas Sakura memburu. Dia mengatur napasnya dan membuka mata. Matanya terbuka lebar. Bukan tempat bersembunyi yang baik melainkan ruang ganti khusus laki-laki. Ada tiga pemuda yang dilihatnya, ada yang bertelanjang dada. Sungguh mengejutkan. Rona muka Sakura memerah. "A..."
Laki-laki berambut cokelat berantakan ini dengan garis segitiga di pipinya kaget melihat seorang perempuan masuk ke ruangan mereka. "A-ada seorang gadis!"
Berkat Sakura, keributan telah terjadi. Semua anak laki-laki pada ribut dan ingin mengetahui siapa perempuan itu. Sakura keluar dan melarikan sekuat tenaga. Dia tidak mau ditangkap atau di bawa pulang ke rumahnya demi menikah dengan orang aneh pilihan bibinya.
"Aku harus keluar dari sini," ucap Sakura berlari menutup mata. Diingatnya tadi adalah sesuatu hal tidak pantas dilihat. Laki-laki bertelanjang dada. Terus berlari, Sakura menemukan jalan keluar yaitu jendela yang terbuka. Dia meloncat keluar, tapi Sakura tidak tahu kalau di bawahnya ada seorang pemuda berambut biru malam melihatnya melompat turun.
BRUK!
Jadilah mereka bertubrukan dan jatuh di hamparan rumput kering nan hijau. Pemuda berambut biru ini kesakitan dan tertindih tubuh seorang gadis di atasnya.
"Apa yang kamu..." tidak ada jawaban, Sasuke menggoyangkan tubuhnya tapi tidak bereaksi. "...Oi!"
"Aku lapar." Itulah jawaban dari Sakura yang bergumam pingsan karena kelaparan.
Di malam hari di gedung asrama laki-laki, Sakura bermimpi tentang orangtua yang memanggilnya.
"Sakura... Sakura..."
Sakura menoleh ke belakang dan melihat orangtua tersenyum memanggilnya. Gadis berambut merah muda berteriak, "ayah! Ibu!" Sakura kecil berlari ke arah mereka untuk memeluknya. Setelah berhasil memeluk mereka dengan senangnya, kepala Sakura diangkat ke atas. "Aku di sini. Aku pulang sudah pulang." Tapi, bukan orangtua yang dipeluknya melainkan seorang bocah laki-laki. Siapa?! Wajah anak laki-laki yang datar dan berambut biru memiliki bola mata warna hitam. Terkejut. Sakura membuka kembali kedua matanya secara perlahan. Dilihat langit-langit tidak diketahuinya. Di mana aku?!
"Akhirnya kamu bangun," ucap seorang pemuda berambut biru itu menunggu Sakura bangun. Sakura tersontak kaget dan mundur secepat yang dia bisa malah menabrak dinding di belakangnya sambil menyelimuti dirinya memakai selimut. "Aku Cuma bilang, tapi satu-satunya orang yang datang memelukku di mana kamu melompat jatuh."
I-ini kamar laki-laki?!
Pemuda bersurai biru ini mengambil makanan di meja makan, "sini. Kamu lapar, 'kan?"
Pandangan mata emerald Sakura tertuju pada makanan di tangan pemuda di depannya. Sebuah makanan onigiri. Perutnya berbunyi keroncongan. Tadi sore saat dia kabur dari rumah, Sakura belum makan sampai sekarang. Hal ini diketahui oleh Sasuke bertampang dingin menatap Sakura yang kelaparan.
Di-dia membuatkannya untukku?
"Sesudah kamu memakannya, keluarlah dari sini," kata pemuda berambut biru tersebut memasang wajah biasa namun merona. Seakan-akan baru pertama kali lihat anak perempuan masuk ke kamarnya.
"Terima kasih," jawab Sakura memegang onigiri dan mulai memakannya. Suara hatinya berkata bahwa pemuda berambut biru ini sangat baik hati dan tidak buruk. Wajahnya yang tampan terkesan dingin di matanya. Tapi, hati tidak menunjukkan begitu malah sebaliknya. "Umm... dan... gedung apa ini?"
"Ini asrama laki-laki, asrama Konoha."
Apa? Asrama laki-laki?! Suara hati Sakura kaget apalagi matanya yang membulat. Aku datang ke tempat mengerikan.
"Itulah kebodohan kenapa malah masuk ke sini. Kata anak-anak asrama, ada seorang anak perempuan menyelinap masuk," keringat dingin keluar di pelipis wajah Sasuke. Sasuke takut kalau akan ada orang mengetahui Sakura ada di sini. Bisa berabe. Dilirik gadis berambut merah muda, menyelidiki apa dia-lah orangnya. "Kamu bukan seseorang yang menyelinap itu?"
"Te-tentu saja bukan!" teriak Sakura kalau dia bukanlah orangnya. "Aku melarikan diri dari rumah!"
Akhirnya Sakura mengatakan juga. Dia keceplosan bilang seperti itu sambil teriak-teriak lagi. Sasuke kaget dengan kalimat terakhir Sakura.
"Melarikan diri?" Sakura menutup mulutnya akibat keceplosan. Ingin mengetahui lebih lanjut lagi, tiba-tiba ada suara langkah kaki berlari. Sepertinya langkah itu terdengar keras. Dan pintu pun dibanting terbuka. Muncullah sosok pria berperawakkan tua sambil marah-marah tidak jelas.
"Sasuke, kamu mencuri nasiku?!" teriak pria tersebut. Rambutnya hitam, tapi matanya mirip dengan Sasuke. Walaupun sifatnya tidak sama sih. "Aku butuh waktu lama untuk memasaknya."
"Berisik."
Gadis ini kaget ada seorang pria masuk tanpa mengetuk pintu terdahulu. Karena mereka terlalu sibuk memarahi, Sakura menatap tanda nama di pergelangan kirinya. Eeh? Pengurus rumah tangga? Astaga, aku harus sembunyi dari tempat ini! Sakura mundur selangkah karena takut ketahuan. Penjaga rumah itu mendengar degup jantung Sakura, melirik ke samping.
"Kamu..." wajah kaget pria ini membuat Sakura takut. Kemudian, tubuhnya bergetar dan maju secepat kilat sambil mengatakan, "Putriiii!" Bola birunya berkilat-kilat memancarkan cahaya seperti mengetahui benda milik majikannya yang hilang. "Ini putri Sakura, 'kan? Saya adalah pengurus rumah tangga, Uchiha Fugaku. Senang bertemu dengan Anda."
"Pu-putri?" tanya Sakura bingung mendengar kata panggilan tersebut.
"Ya! Sebelumnya tempat ini adalah milik keluarga Haruno. Dan saya adalah Uchiha Fugaku, pembantu keluarga Anda." Fugaku mengangkat tangannya benar-benar terhormat memperkenalkan dirinya kepada gadis soft pink tersebut. "Sejak tuan meninggal dunia, tidak ada satu pun bisa kami layani. Kita tidak ingin meninggalkan tempat ini, jadi saya sekarang tinggal di sini." Fugaku mengelap air matanya karena terharu lewat sapu tangan. "Tapi, sekarang sudah senang karena tuan putri telah kembali. Sebelum itu, perkenalkan pembantu Anda, Uchiha Sasuke." Fugaku mendorong punggung Sasuke sekalian memperkenalkan siapa Sasuke sebenarnya.
"Hei, tunggu sebentar!" Sasuke kesal pada kalimat ayahnya tentang dirinya yang merupakan seorang pembantu. Sasuke mencekik sang ayah. "Jangan seenaknya!"
Fugaku juga tidak takut pada tingkah Sasuke yang seenaknya. "Beraninya kamu tidak mengikuti aturan kami!"
Sakura Cuma berdiri mematung melihat kelucuan antara ayah dan anak. Menundukkan kepala. "Umm... sebenarnya aku tidak ingat apa-apa tentang itu. Ketika aku sadar, aku tinggal bersama kerabatku. Dan keluargaku mati karena kecelakaan."
"Jadi, kenapa kamu melarikan diri?" tanya Sasuke berwajah datar. Sedangkan ayahnya, Fugaku kaget mendengar kalau Sakura kabur dari rumah.
Wajah Sakura terlihat sedih. Mengingat kembali masa-masa kelam saat itu. Saat bibinya menyuruhnya menikah setelah usianya mencapai enam belas tahun dengan orang yang tidak dikenalnya. Sampai-sampai sang Bibi menyuruhnya membayar biaya selama Sakura tinggal di rumahnya. Apa saja. Boleh memakai tubuhnya untuk membayar biaya tersebut.
"Aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, jadi belum merasakannya. Tapi, aku ingin menikah dengan orang paling saya cintai."
Mendengar kisah Sakura, Fugaku terharu dan menggenggam tangannya. "Putri... Kita akan melindungi Anda. Saya akan mencari ruangan Anda."
"I-itu baik-baik sajakah?" tanya Sakura ragu-ragu namun di dalam hatinya dia lega sekali.
"Aku menolak."
Apa? Sakura menoleh ke arah Sasuke memasang wajah tidak suka. Aliran darah Sakura keluar karena takut akan tatapannya yang mengerikan. Emerald melawan Onyx.
"Kamu melarikan diri karena kamu pergi demi diri sendiri, 'kan? Dan kemudian kamu meminta pertolongan kepada orang yang kamu tidak kenal."
Kata-kata Sasuke langsung membuat dirinya terdiam sesaat. Sakura sedih. Dia tersenyum sedih. "Ya, kamu benar." Sakura berjalan ke arah jendela dan membukanya.
"Putri!?" panggil Fugaku tidak percaya anak majikannya akan pergi untuk kedua kalinya.
Berhenti sejenak. Sakura tersenyum memandang mereka berdua. "Terima kasih. Onigiri-nya enak sekali." Sakura meloncat jendela dan keluar. Berlari secepat mungkin.
Kesal pada perilaku Sasuke, Fugaku mencengkram kerah baju Sasuke. "Beraninya kamu melakukan itu padanya?!"
Terlihat dari wajah Sasuke yang menyesal atas apa yang dilakukannya tadi membuat berpikir ulang. Apa dia akan mengejarnya?
Aku harus pergi atau semuanya tidak akan berubah. Dan aku pun tidak menemukan satu-satunya cinta sejati. Sakura mengatur napasnya setelah berlari. Dirinya mengusap air mata yang menempel di pelupuk mata emerald-nya itu.
Derap langkah kaki mendekati Sakura. Dua sosok laki-laki berbaju hitam berkacamata menghampirinya. "Apa Anda bernama Haruno Sakura?" Sakura terkejut melihat mereka apalagi penampilan mereka itu. "Kata bibimu, kami harus mencarimu. Kamu akan diam saat kami membawamu kembali, 'kan?"
"Tidak!" Sakura menggeleng takut. Keringat dingin turun. Tubuhnya gemetar. Dia tidak mau pulang ke tempat neraka itu. Seenaknya saja mengatur hidupnya tanpa mengetahui perasaannya terlebih dahulu. Dua sosok laki-laki itu memegang tangannya agar tidak kabur lagi.
"Jika kamu bilang 'tidak'. Dia akan menahan kami apabila kami tidak membawamu pulang!"
Lepaskan aku! Tangisan dari Sakura mencuat. Dalam hati dia meminta pertolongan. Dia tidak sanggup bertahan bersama bibinya. Dia ingin sekali ada orang menyelamatkan dirinya dari dua orang aneh ini.
Tendangan muncul. Sasuke menendang dua orang aneh tersebut. Sakura kaget karena Sasuke tiba-tiba datang dari belakang dan menendang dua orang berpakaian hitam berkacamata tersebut.
Sasuke?
Pukulan telak dari Sasuke membuat dua orang itu K.O. Sasuke mengamit tangan Sakura mumpung dua orang tersebut tidak berdaya. Sasuke serba salah makanya dia segera datang. Namun, melihat keadaan Sakura dipaksa begitu oleh mereka. Akhirnya Sasuke menghajar mereka satu per satu. Sasuke mengamit tangan Sakura menariknya jauh dari mereka dan berseru, "LARII!"
Sakura masih terkejut melihat kedatangan Sasuke yang tiba-tiba membuat hatinya berpikir bahwa tangannya sangat besar untuk digenggam. Sasuke membawanya ke suatu tempat dikenal Sakura. Walaupun agak samar-samar buat Sakura untuk mengingatnya. Langit berbintang dan pemandangan kota dihiasi cahaya lampu di setiap rumah membuat Sakura bertanya-tanya.
"Tempat ini?"
"Tempat ini sudah berubah. Tapi, ini masih tetap sama seperti sebelas tahun yang lalu," sahut Sasuke menjelaskan. Dia duduk di atas rumput rindang. Suasana malam membuat dia tersenyum kecil. Sakura tidak henti-henti bertanya, kenapa dia membawanya ke tempat ini?
Namun, wajah sedihnya tidak terurai. Sekarang dia tidak mampu bertahan dengan kondisi digelugutinya. Apalagi dia yang tidak bisa mengingat apa-apa. Dia duduk bersampingan dengan Sasuke. Memeluk lututnya dan berbicara sendu, "kenapa aku tidak ingat apa-apa? Ayahku di sini. Ibuku di sini. Aku masih ingat saat kami bersenang-senang bersama. Tapi, jika hal itu tidak terjadi, aku tidak mampu mengingatnya kembali."
"Akulah yang akan membagi ingatanku kepadamu," sahut Sasuke menjawabnya membuat Sakura tidak berkata apa-apa. "Apapun aku tahu tentang sebelas tahun lalu, aku akan berbagi bersamamu."
Perasaan apa ini? Sakura memegang dadanya yang berdetak cepat. Baru kali ini dirinya merasakan apa itu getaran di dada. Ini seperti pernah aku rasakan sebelumnya.
"Ayo pulang." Sasuke bangkit berdiri. Sebelum Sasuke pergi, Sakura memanggilnya.
"Tunggu! Bolehkah aku tahu siapa namamu?"
Sasuke berbalik badan. Kaget, merona kemudian tersenyum. Dia menatap Sakura sambil tersenyum. Wajah tampannya megoda hati Sakura membuat dirinya jatuh cinta untuk pertama kalinya dalam seumur hidup. Getaran ini mengingatkannya akan sesuatu yang dulu dia rasakan sejak kecil. Entahlah apa itu. Mendengar nama pemuda itu, Sakura merasakan debaran sangat hebat.
"Namaku Uchiha Sasuke. Usia enam belas tahun."
Malam berbintang menandakan malam sudah larut. Kedua orang berbeda jenis kelamin ini menyelinap masuk seakan-akan mereka itu pencuri(?). Mumpung tidak ada orang menjaga tempat itu yaitu halaman menuju kamar Sasuke.
Sakura ragu-ragu masuk ke dalam asrama laki-laki yang dulunya tempat tinggal keluarganya. "Apa baik-baik saja jika tinggal di sini?"
"Ya. Untuk malam ini, kamu akan tidur di kamarku. Aku akan menemukan kamar lain," jawab Sasuke berjalan sambil memasukkan tangan di saku celananya.
Sakura masih ragu-ragu dan cemas bila ketahuan anak-anak asrama yang lain. Mengingat kata-kata ayahnya. "Bagaimana dengan ruangan ayahmu?"
"Tidak." Sasuke membuka jendela sekeras mungkin. Namun, mereka kaget dan terkejut melihat barang-barang Sasuke tidak ada pada tempatnya. Kosong. Seperti habis kemalingan. Mata keduanya terbelalak kaget dan heran, kenapa semua barang-barang dan perabotan Sasuke menghilang. "A-apa?!"
Pintu terbuka menampilkan Fugaku menyeringai lebar, "kamu sudah pulang. Aku telah memindahkan barang-barangmu ke ruangan sebelah ruangan ini. Mulai hari ini, kamar ini menjadi milik tuan putri. Jadi, harap dimaklumi." Sasuke terkejut mendengar pengakuan dari ayahnya. Seenaknya saja menentukan kamar mereka ada di mana tanpa sedikit pun mendengar ucapannya. Sama saja dengan perkataan bibinya Sakura. Hohoho...
"Ap-apa..."
"Tenanglah. Selain itu ada mereka yang juga punya kamar yang sama denganmu," kata Fugaku menyuruh tiga orang tersebut datang ke 'mantan' kamar Sasuke. Tiga langkah kaki tiga orang tersebut masuk. Mereka adalah pemuda manis, cakep dan imut. Tidak lain adalah Akasuna Sasori, Hyuuga Neji dan Uzumaki Naruto.
Naruto, pemuda berambut kuning keemasan merangkul pundak Sasuke sambil mengedipkan mata. "Yo Teme! Mulai sekarang, kita satu kamar!" dilirik Sakura sambil tersenyum polos. "Terima kasih untuk sebelumnya, tuan putri."
Sakura mengingat kembali masa-masa di mana dia masuk tanpa pikir panjang ke kamar ganti laki-laki. Itu sungguh memalukan apalagi dia mengingat anak laki-laki membuka pakaian seenaknya. Yeah, biarpun itu tidak dilarang. Toh ini 'kan asrama laki-laki.
Ah! Orang-orang yang aku lihat tadi sedang berganti baju! Keringat dingin kembali keluar. Sungguh malu deh buat Sakura apalagi dengan polosnya Naruto mengatakannya.
"Ada perempuan bersembunyi di tempat ini. Tampaknya menyenangkan," nyengir Naruto tertawa terbahak-bahak seolah-olah itu memang mudah bagi Sakura untuk tinggal di asrama laki-laki.
Pemuda berambut merah, tersenyum manis. "Kami bisa menolong jika dia ada masalah."
Neji seorang pemuda berambut cokelat panjang hanya diam memandang salam perkenalan itu. Dia hanya menyeringai melihat mereka. Sepertinya akan terjadi hal menyenangkan di tempat ini. Apalagi mereka berdua. Untuk gadis itu dan Sasuke.
"Apakah aku akan baik-baik saja di asrama laki-laki ini?"
To be continued...
.o.X.o.
A/N: Tidak tahu apa judul chapternya membuat kepala saya pusing tujuh keliling. Ini adalah karya saya, MC ke berapa kalinya (entahlah). Mungkin sebulan dua kali meng-updatenya. Soalnya saya harus menuntaskan fict MC saya yang lain. Jika ada persamaan, saya memang melakukannya tapi saya menambahkannya sedikit. Ini buat iSakuraHaruno1 yang meminta request fict. Harap dimaklumi jika ada OOC dan konyol. Saya kasih sedikit humor. Selain itu, saya akan meng-updatenya di awal bulan Juni. Dimohon menunggu. Thanks.
From,
Sunny Blue February
Date: Makassar, 21 Mei 2013
