Kuroko no Basuke belongs to Tadatoshi Fujimaki Sensei.

Genre : Romance,, i hope so !

Rated : T

Pairing : Akakuro, always !

Warning : Typos. OOC. !Kuroko

This is Yaoi Story, it means boy x boy. If you hate Yaoi, just leave it and click back. Don't Like, Don't Read. It's Simple !

Summary: Bahkan Akashi Seijuuro, kapten bertitel raja iblis pun bisa bertingkah seperti halnya remaja biasa saat sedang jatuh cinta !

Happy Reading minna~


Chapter 1: What's happened ?

"Hari yang cerah, bukan ?"

Sebaris kalimat yang terlontar dari pemuda bersurai merah itu sukses memunculkan kerutan samar di dahi berkulit tan itu. Aomine Daiki mengalihkan pandangannya ke arah jendela kaca yang terdapat di gym tempat mereka sedang berlatih basket. Mengucek matanya untuk memastikan tidak ada kotoran yang mungkin saja menghalangi pandangannya dari melihat cuaca 'cerah' seperti yang di katakan Akashi Seijuuro.

Tapi mengingat berita ramalan cuaca yang-tumben- ditontonnya tadi pagi, jelas dikatakan bahwa Kota Tokyo kemungkinan besar akan mengalami hujan lebat dalam beberapa hari kedepan. Maka jelas mata Aomine masih cukup sehat untuk bisa melihat bahwa awan kelabulah yang sejak tadi menyelimuti langit. Lantas kenapa Akashi mengatakan hari ini cerah, padahal fakta menunjukkan bahwa langit gelap itu identik dengan mendung. Yang berarti jika di negasikan menurut hukum Matematika, maka kalimat Akashi harusnya berbunyi 'hari yang tidak cerah'.

"Err.. Kau baik-baik saja Akashi ?" Aomine bertanya dengan nada yang diusahakan agar tidak terdengar sarkastik. Bisa-bisa bukan Akashi yang menjawab, melainkan gunting keramatnya.

Maaf saja, Aomine menolak jadi daging cincang dadakan. Dia masih memiliki janji kencan dengan Mai-chan, model cantik dengan tubuh sexy yang sering mengunjungi mimpi basahnya. Dasar pervert !

"Aku baik-baik saja, Daiki." Akashi menjawab dengan nada tenang. "Terima kasih atas perhatianmu." Ditutup dengan senyuman teramat manis yang terkembang di bibir pemuda beriris scarlet itu.

Aomine harus kembali mengucek matanya. Dia tidak salah lihat kan ?

Akashi sedang tersenyum manis.

Akashi. Sedang. Tersenyum. Manis.

Tersenyum..

Manis ?

Bolehkah Aomine membenturkan kepalanya ke tembok terdekat ? Pasalnya Akashi itu nyaris mustahil memasang senyuman. Jangankan senyuman manis, senyuman ikhlas saja nyaris susah terkembang di wajah tampan itu. Yang ada, pemuda coretpendekcoret kapten tim basket mereka itu lebih sering menyunggingkan seringai sadis.

"Midorima-cchi, aku menang-ssu." Teriakan cempreng terdengar dari pemuda bersurai pirang yang tengah berada disisi lain lapangan itu. "Kau harus mentraktirku di Maji Burger sesuai perjanjian."

"Aku tidak pernah menyetujui perjanjianmu, Kise." Pemuda dengan surai hijau klorofil itu menatap kesal ke arah si pirang bernama Kise Ryota itu. Tangannya yang terbalut perban itu bergerak menaikkan kembali kacamata yang sebenarnya tidak melorot itu.

"Traktir aku juga, Mido-chin." Pemuda bersurai ungu dengan tubuh yang luar biasa besar menimpali. Ekspresi malas masih betah bertahan di wajahnya. Murasakibara Atsushi sama sekali tidak tertarik dengan perjanjian apapun itu yang disebutkan Kise. Tapi mendengar kata 'traktir', pemuda itu tentu tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Sebagai teman seperjuangan, tentu pahit manisnya-makanan, kalau bisa yang manis saja sudah cukup- harus sama dirasakan. Dasar perut karet !

"Aku tidak akan mentraktir kalian, nanodayo." Empat sudut siku-siku tercetak imajiner di kening Midorima Shintarou. Dirinya itu anak baik yang selalu mengingat nasihat orangtua-jangan samakan dengan si kulit hitam, Aomine Daiki. Dan ibunya pernah berpesan-entah beberapa tahun yang lalu- untuk tidak pernah bertaruh, apapun itu bentuknya. Dan jelas perjanjian itu termasuk dalam kategori bertaruh. "Dan kau, Kise. Aku tidak pernah mengatakan 'ya' untuk taruhan bodohmu itu, nanodayo." Telunjuknya mengarah tepat ke kening si pirang.

Aomine menatap ke arah Kise dan Midorima, juga Murasakibara yang tengah bertengkar sebelum melirik ke arah Akashi. Biasanya, pemuda bersurai merah itu akan segera menghampiri mereka dan memberi latihan berkali lipat dari biasanya-jika tidak mau dibilang hukuman sebenarnya.

Namun yang terjadi sungguh berbeda. Akashi hanya menatap lurus ke arah teman-temannya itu, dan segera menghampiri mereka dengan tenang. Tanpa ada aura suram yang seharusnya menyelimuti tubuh pemuda itu. Well, Itu hanya perumpamaan.

"Aku senang melihat kalian semua akur seperti ini."

Tiga kepala berbeda surai itu sontak menoleh ke arah datangnya suara. Akashi menatap mereka dengan tangan yang terlipat di depan dada. Senyuman masih tersungging di wajah tampannya.

Tunggu-

Senyuman ?

Sepertinya bukan hanya Aomine Daiki yang ingin membenturkan kepalanya. Bahkan Midorima yang mengaku sebagai manusia paling waras-kedua setelah Akashi, karena tidak mungkin Midorima menduakan(?) Akashi- merasa ingin sesegera mungkin membenturkan kepala seseorang. Midorima tentu enggan untuk mengorbankan diri sendiri. Itu merepotkan !

"Aka-chin. Kau tersenyum ?" Murasakibara bertanya dengan nada kelewat polos. Sekalipun tubuhnya sering disamakan dengan titan dari sebuah anime-yang katanya akan segera merilis season kedua, ehemm-, tetapi pikirannya masihlah sepolos anak kecil. Maka tak heran jika Akashi selalu memperlakukan Murasakibara dengan baik.

"Tentu saja, Atsushi." Sepasang mata beriris merah itu mengalihkan pandangannya ke arah sekumpulan pemain yang tengah berlatih basket dan melanjutkan, "Latihan cukup untuk hari ini. Terima kasih atas kerja kerasnya." Dan Akashi segera berlalu meninggalkan teman-temannya yang masih terdiam di tempatnya. Heran melihat tingkah sang kapten yang sungguh berbeda dari biasanya itu.

"Err.. Apa Kapten serius ?" seorang pemuda berambut cepak bertanya pada temannya yang tengah mengelap keringat yang masih mengalir di keningnya.

"Entahlah." Pemuda yang satunya menjawab dengan bahu terangkat.

"Kalau begitu lebih baik kita pulang sekarang. Kapan lagi Kapten akan membiarkan kita pulang lebih awal." Dan pemuda-pemuda itu segera beranjak meninggalkan gym. Menyisakan pemuda-pemuda tampan Kiseki no Sedai yang masih bertahan di ruangan itu.

"Perasaanku saja, atau Akashi-cchi memang berbeda hari ini ?" ucapan Kise memecah hening yang sejak tadi menyelimuti mereka. Alisnya terangkat, menatap temannya satu persatu.

"Mungkin.. Akashi lelah." Aomine mengeluarkan pendapatnya-mengikuti kalimat yang sedang trend di sebuah Negara-uhukk.

"Sudahlah, lebih baik kita juga pulang, nanodayo."

Dan pemuda-pemuda tampan itu segera beranjak meninggalkan gym.


"Midorima-cchi, Aomine-cchi, Murasakibara-cchi." Kise melambai riang ke arah teman-temannya yang tengah berjalan menuju meja tempatnya berada. Tadi begitu bel tanda istirahat berbunyi, Kise segera meluncur secepat mungkin ke kantin sekolah. Meninggalkan sang guru yang bahkan belum mengucapkan kalimat penutup beserta beberapa nasihat tentang betapa pentingnya belajar untuk kesuksesan masa depan mereka. Maaf saja, bahkan tanpa belajar pun Kise sudah sukses. Dia model terkenal, ingat !

Alasan Kise berada di kantin jauh lebih cepat dari Murasakibara juga bukan karena dia kelaparan. Hei, jangan samakan dirinya dengan Murasakibara yang motto hidupnya adalah 'makan untuk hidup, dan hidup untuk makan' ! Ada hal lain yang lebih penting dari sekedar makan.

Ini menyangkut Kapten mereka. Si kaisar bergunting !

Maka pemuda-pemuda tampan bersurai pelangi itu sepakat untuk melakukan konferensi meja kotak-di kantin berhubung mereka juga sedang kelaparan, pengecualian untuk Murasakibara yang mana selalu merasa lapar- untuk membahas perihal kelakuan kapten mereka yang berbeda beberapa hari belakangan ini.

Bagaimana tidak ? Akashi menyelesaikan latihan basket jauh lebih cepat dari biasanya. Belum lagi jumlah korban akibat lemparan gunting Akashi kian berkurang dari hari ke hari. Di tambah lagi dengan senyuman yang tidak pernah absen hadir di wajah sang kapten bersurai merah itu. Bahkan tatapan sadis yang biasa hadir di sepasang iris merah itu kini tergantikan oleh binar-binar menyilaukan.

Midorima yang semula berkeinginan menjadi dokter umum setelah lulus sekolah pun rela merubah cita-citanya menjadi dokter jiwa demi menyembuhkan Akashi yang-mungkin saja- sakit jiwa.

"Jadi," Kise mengambil burger yang ada di piringnya sebelum memasukkannya ke mulut. "Apa kalian juga merasakannya ?" lanjutnya setelah memastikan burger itu masuk ke kerongkongannya dengan lancar.

"Telan makananmu lebih dulu, Kise." Aomine mengernyit jijik. Sekalipun dirinya sering dijadikan sebagai contoh manusia jorok, tapi tentu Aomine mengerti adab makan yang baik. Ternayata Aomine cukup mengerti tata karma juga.

"Kurasa memang ada yang salah dengan Akashi, nanodayo." Midorima menyahut. Tangan kirinya yang terbalut perban tengah menggenggam panci yang pantatnya sehitam Aomine, lucky itemnya hari ini-yang entah mengapa Midorima lebih merasa sangat sial membawanya.

"Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres." Kise melanjutkan. Ibu jari serta jari telunjuknya menjepit dagunya yang runcing. Membuat pose seperti para detektif yang tengah memecahkan kasus pembunuhan. Sayangnya ini bukanlah kasus pembunuhan.

"Bagaimana jika kita mencari tahu apa yang terjadi pada Aka-chin ?" Murasakibara berkata dengan mulut yang dipenuhi remah-remah keripik kentang. Ekspresinya masih terlihat seolah dia tidak peduli pada apapun.

Kise, Aomine, dan Midorima menganggukan kepala setuju. Meski aneh rasanya mendengar Murasakibara berkata seperti itu. Namun mereka benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi pada Akashi Seijuuro.

"Sudah diputuskan. Kita akan melaksanakan misi 'Mencari Tahu Penyebab Perubahan Akashi Seijuuro'." Kise mengepalkan tangan kanannya dan mengangkatnya setinggi mungkin. Sudah lama dia ingin berperan sebagai detektif. Sayang, Kise lebih berbakat di bidang modeling ketimbang seni peran.

"Tidakkah menurutmu itu nama yang terlalu panjang, nanodayo." Midorima berujar sarkastik. Jika bukan karena rasa penasarannya yang begitu besar terhadap perubahan Akashi dari seorang iblis kejam menjadi malaikat yang menawan(?), Midorima tidak akan sudi duduk bersama dengan manusia berkelakuan aneh seperti Kise.

"Biarkan saja, Midorima-cchi." Kise mengibaskan tangan tidak peduli. "Yang pasti-" senyuman misterius terkembang di wajah tampannya.

"-Mission one, started !"

TBC


DN: sumimasen,, bukannya ngelanjutin fic, Daana malah bikin fic baru /jedotinjidat/

Apalah daya, Daana nggak bisa menahan ide ini lebih lama lagi /mewek/ Tapi Daana akan usaha untuk update as soon as possible /bow/

Untuk yang bersedia baca fic ini, Arigatou ne~

Saran dan kritik akan selalu di terima di kotak review.

AkaKuro Forever ! ^^