Chapter 1: Morning
Cast:
BTS member and Other
Disclaimer:
BTS and other belongs to their parents, but this fanfic is mine!
Pair:
Official Couple ^^v
WARNING!
Typo(s) bertebaran, author masih amatiran ._.v
YAOI or BoyxBoy
v
v
v
v
Seoul, Korea Selatan.
Matahari perlahan menampakkan dirinya diantara kelamnya langit menjelang pagi. Dingin menusuk membuat beberapa orang kembali membungkus tubuh mereka dengan selimut hangat. Suasana sunyi masih meyelimuti, mengiringi kembalinya orang-orang dari alam mimpi untuk membuka mata. Cahaya menyilaukan dari sang surya semakin menyorot, burung-burung berkicau semakin keras, dan tampaknya inilah awal dari hari baru di bulan November.
"TaeTae~~~"
Kim Taehyung menepis tangan familiar yang menarik-narik selimutnya agar terbangun. Ia semakin menenggelamkan tubuhnya di balik selimut agar tetap berada di kasur empuknya itu. Namun lagi-lagi suara khas dari sang kakak memaksa sebuah decakan keluar dari mulut Taehyung, membuatnya terbangun dari pose tidurnya.
"Namjoon hyung, astaga! Jam berapa ini, huh?" kata Taehyung dengan suara seraknya.
"Setengah enam pagi, tentu saja."
Taehyung melempar bantal yang dipeluknya. Ia mendelik malas. "Jam setengah delapan bel sekolah baru berbunyi. Demi Tuhan kau menyuruhku bangun sekarang?"
"Hem, yeah. Bangun sekarang, pemalas!" Namjoon menarik sepenuhnya selimut yang digunakan Taehyung.
"Pemalas? Aku biasa bangun jam enam, dan itu normal!" Taehyung membantah kesal.
"Ini masih pagi, Tae. Terlalu awal untuk berargumen panjang. Bangun dan cepat bersiap. Umma dan appa menunggu dibawah," kata Namjoon lagi. Ia menghampiri jendela Taehyung dan membuka tirainya, menampakkan pemandangan pagi dari lantai atas rumah mereka.
Taehyung yang awalnya kembali menutup mata, kini melonjak girang. "Jinjjayo?! Aaa~~" buru-buru Taehyung bangkit dari rebahannya. Ia duduk dikasur sambil mengucek matanya, senyuman terpatri di wajah bangun tidurnya.
Namjoon tersenyum kecil melihat tingkah sang adik. Ia berjalan menghampiri ranjang Taehyung, dan menggusak rambut sang adik dengan sayang sebelum akhirnya keluar dari kamar adiknya itu. Meninggalkan Taehyung yang akan bersiap-siap, mungkin saja. Taehyung menghela nafas. Senyumannya semakin lebar ketika ia menatap ke langit-langit kamarnya. Tak lama, mata sipitnya beralih menuju meja belajar. Lebih tepatnya, bingkai foto di meja belajar.
"Hei, kau."
Hening. Tentu saja. Taehyung tidak gila untuk menyadari bahwa ialah satu-satunya makhluk hidup di kamarnya. Namun ia juga tidak merasa bodoh untuk berbicara kepada bingkai foto disana. Bahkan senyumannya tidak hilang.
"Sebentar lagi musim dingin, lho. Aish, aku tidak sabar untuk turun bermain salju lagi! Aaah... andai saja rumah pohon didepan sana masih muat untuk menampung tubuhku dan tubuh Namjoon hyung, aku pasti akan senang sekali!" Taehyung tersenyum kecil membayangkannya.
"Haaahhh! Aku tidak sabar! Oh iya, aku harus mandi." Taehyung buru-buru turun dari kasur dan masuk kamar mandi, meninggalkan kegiatannya yang sebelumnya begitu saja, tanpa peduli apapun.
-0-0-0-
Langkah Taehyung memelan begitu ia sampai di lantai bawah. Senyumannya kembali terkembang melihat keadaan dapur dan ruang tengah cukup ramai. Pasti ada umma-nya didapur, dan appa juga Namjoon di ruang makan. Taehyung menyukai saat-saat dimana ia dan keluarganya dapat berkumpul bersama. Taehyung sama sekali tidak menolak atau bahkan menentang hubungan orangtuanya yang bisa dibilang agak berbeda. Ayah ibunya sesama namja, namun Taehyung mencintai keduanya. Dan Taehyung tidak ingin keluarga harmonisnya pecah karena apapun.
Dengan senang Taehyung berjalan menuju dapur. Harum masakan rumah tercium bahkan sebelum Taehyung mencapai ambang pintu. Inilah yang Taehyung sukai dari keadaan rumahnya. Harmonis dan penuh cinta. Taehyung sejak kecil terbiasa hidup damai. Ia tidak suka bertengkar walau kenyataannya hampir setiap hari ia merasa jengkel pada Namjoon yang mengerjainya. Tapi Taehyung tahu, pertengkaran kecil seperti itulah yang membuat hubungan antarkeluarga kian kuat.
"Umma?" Taehyung berseru kecil memanggil namja cantik yang sibuk menata piring diatas meja. Namja cantik yang merasa terpanggil itu mengangkat wajahnya.
"Aigoo~~ anak umma, apa kabarmu, chagiya?" namja cantik itu beringsut memeluk Taehyung yang dengan senang hati membalas pelukan sang umma.
"Baik, umma. Lihat kan, aku semakin tampan?"
Kim Ryeowook tertawa kecil mendengarnya, kembali memeluk sayang anaknya tersebut, memberi kecupan singkat di dahi sang putra sebelum kembali sibuk menata piring-piring. Taehyung mengambil salah satu tempat duduk disamping sang umma yang sedang bekerja.
"Tumben sekali kau mau di bangunkan sepagi ini? Apa Namjoon menarikmu dengan kasar?" tanya Ryeowook sembari menaruh sepiring besar nasi goreng kimchi di meja.
Taehyung mempout-kan bibir ketika mendengarnya. Ia mendengus kecil. "Aniya, umma. Lagipula jika Namjoon hyung melakukannya, aku akan baik-baik saja. Aku sudah besar, umma!" rengeknya dengan suara imut.
Ryeowook menggeleng sambil tertawa. "Arraseo, arraseo. Anak umma sudah besar, ya~" katanya geli. Sedangkan Taehyung hanya mengulas senyum kecil melihat wajah senang sang umma.
"Ryeo baby, ada apa? Ah, Taehyungie chagi sudah bangun, ne?" Yesung menurunkan koran yang sedang dibacanya. Lelaki itu menyeruput kopi yang telah disediakan sebelum kembali menatap Taehyung. "Bagaimana tidurmu?"
"Annyeong, appa! Tentu saja tidurku nyenyak."
Kim Ryeowook dan Kim Jongwoon. Keduanya merupakan orangtua kandung Namjoon dan Taehyung. Ryeowook bekerja sebagai penerus cafe keluarganya di dekat perusahaan sang suami. Sedangkan Jongwoon atau Yesung adalah CEO sebuah perusahaan.
"Mana Namjoon? Ia bilang ingin mengambil tasnya?" Ryeowook kembali ke ruang makan, mengambil tempat duduk disebelah suaminya.
"Itu Namjoon hyung. Hyungie... cepat kesini!"
"Waeyo? Apa ada hal penting yang ingin kau sampaikan kepada kami, huh?" Namjoon muncul dari belakang Taehyung. Ia menyeringai menjahili Taehyung.
"Mwoya? Hal penting apa itu?" tanya Ryeowook ketika ia telah duduk disamping Yesung.
"Taehyungie ingin mengatakan bahwa ia telah..." Namjoon kembali mengerjai Taehyung.
"ANIYA! Umma, appa, jangan dengarkan Namjoon hyung!" sergah Taehyung.
"Oh, kau punya kekasih, ya?" tebak Yesung.
Ryeowook mendelik mendengarnya. "Mworago?! Tae chagi punya kekasih?! Kyaaa~~~ chukkae, nae aegya!"
Taehyung meringis mendengarnya. Ia melirik tajam pada Namjoon yang hanya mengangkat bahu sambil tetap tersenyum jahil. Namjoon menggerakkan mulutnya, mengatakan 'rasakan' dengan senyum anehnya.
"Ummaa~~" Taehyung menggoyangkan lengan Ryeowook yang tenggelam pada euforia-nya sendiri. "Umma, jangan percaya! Namjoon hyung berbohong, tuh. Dia menjahiliku lagi! Appa juga jangan percaya!"
"Ne, appa tahu. Itu sudah rutin dilakukan setiap hari oleh kalian," kata Yesung kalem. Sudah mainstream melihat segala macam candaan Namjoon dan Taehyung untuk saling menjahili.
Taehyung mempout-kan bibirnya lagi. Ia mengambil jatah sarapannya dan meneguk air yang disodorkan Ryeowook. "Aku belum punya pasangan!"
"Yeah, lagipula memangnya kau akan cepat-cepat dapat pasangan?" seru Namjoon.
Taehyung hampir saja tersedak air yang sedang diminumnya. "Yak! Hyungie, aku pasti dapat kekasih! Memangnya hyungie, yang jelas lebih tua dariku namun belum dapat pasangan?"
Tawa Ryeowook dan Yesung terdengar ketika Taehyung menyelesaikan kalimatnya. Skakmat. Taehyung berhasil membalikkan keadaan. Namjoon mencibir melihat Taehyung yang mencuri gaya senyum jahil khas dirinya. Namja itu kembali melanjutkan makannya yang tertunda.
"Awas kau, nae dongsaeng!"
-0-0-0-
Taehyung membuka pintu rumahnya perlahan. Angin sejuk pagi menerpanya. Dengan semangat Taehyung menyandang tas sekolahnya dan segera berlari menuju halaman rumah. Menjejakkan kakinya diantara rerumputan yang masih basah karena embun.
"Hei TaeTae, kau sedang apa? Cepat pakai hoodie-mu, ini masih dingin!" suara Namjoon terdengar dari ambang pintu. Taehyung melambaikan tangannya dan menjawab tak kalah nyaring.
"Aku tidak apa-apa! Ini sejuk, hyung!" ujarnya keras.
"Terserah apa katamu, pakai ini." Namjoon mengulurkan hoodie biru Taehyung kepada sang pemilik. "Aku harus berangkat sekarang, ada urusan penting—"
"Hyung masuk BK, ya?" Taehyung menunjuk wajah Namjoon dengan sorot wajah polosnya.
"Hah? Apa-apaan! Aku bukan anak berandal seperti itu! Aku ada urusan membuat lirik rap di klub," jelas Namjoon tak mau dituduh.
"Oooh..." mulut Taehyung membulat lucu. Namjoon mengacak rambut Taehyung sebelum berjalan melewati Taehyung menuju pagar rumah.
"Kau mau berangkat bersama hyung?" tanya Namjoon sebelum menutup pintu pagar.
Taehyung menatap jam tangannya. Ia tersenyum menanggapi. "Kajja, hyungie. Aku ingin mencoba berangkat pagi!"
Taehyung berlari menghampiri kakaknya. Keduanya keluar rumah bersama. Saat membalikkan badan, Taehyung menangkap siluet tubuh seorang namja yang sangat dikenalnya. Senyum Taehyung mengembang, itu sahabatnya, sahabat sejatinya. Dan sepertinya, namja itu menyadari jika seseorang sedang berdiri tak jauh darinya. Maka ia mengangkat wajahnya dan ekspresinya pun tak jauh berbeda dengan Taehyung. Sumringah.
"Annyeong!" namja itu melambaikan tangannya. Berlari kecil menghampiri tempat Taehyung.
"Ah, annyeong, Jungkook-ah." Namjoon membalas sapaan Jungkook. Sedangkan Taehyung beralih memeluk sahabatnya.
"Kookie, apa kau selalu berangkat sepagi ini? Pantas saja otakmu jenius begitu..." keluh Taehyung.
"Yeah, dia jenius karena setiap hari menghirup udara sejuk seperti ini, jadi otaknya fresh. Kamu bagaimana?"
"Jangan mulai lagi, hyungie." Taehyung mengirim death glare untuk sang kakak yang hanya tertawa tidak jelas.
"Tumben hyung bangun sepagi ini?" tanya Jungkook ketika pelukan mereka telah usai.
"Yeah, Namjoon hyung membangunkanku lebih awal. Kebetulan juga umma dan appa ada dirumah, jadi kami sarapan bersama." jelas Taehyung.
"Waaah... Kookie juga tadi sarapan bersama! Kookie senang sekali, umma memasak enak hari ini!" Jungkook tertawa kecil hingga matanya membentuk bulan sabit.
Taehyung tersenyum melihat tingkah Jungkook. Yah, sahabatnya itu memang polos. Tapi jangan salah, dia memiliki otak yang jenius sehingga ia bisa mengikuti akselerasi dan akhirnya pada saat kuliah seperti ini dia satu angkatan dengan Taehyung. Namun mereka berbeda klub di kampus. Taehyung mengikuti klub seni sedangkan Jungkook klub IT. Klub yang cocok untuk prang jenius semacam Jungkook.
Jungkook adalah sahabat pertama Taehyung. Pertemuan pertama mereka pada saat musim dingin bertahun-tahun lalu begitu membekas diingatan keduanya. Taehyung yang antusias bermain salju dan Jungkook yang polos. Mereka bertemu dikala Taehyung merengek karena boneka salju buatannya gagal, dan Jungkook datang memberikannya boneka salju mungil sekepalan tangan orang dewasa. Taehyung kecil menerimanya dan tentu saja itu membuat keduanya dekat. Di musim salju, di malam Natal, dan di hari ulang tahun Taehyung, keduanya menghabiskan waktu sore di rumah pohon Taehyung dengan guyuran salju diluar sana.
"Hei, Tae? Kenapa senyum-senyum sendiri?" suara teriakkan Namjoon menelusup ke indra pendengaran Taehyung. Membuat yang dipanggil tertarik dari bayangan masa lalunya.
Taehyung mengerjapkan matanya. Lalu melihat ke arah Namjoon dan Jungkook yang sudah berjalan beberapa meter didepannya. Ia berlari kecil menghampiri keduanya, tak mau ditinggal sendirian.
"Ayo jalan, pemalas! Kami tinggal, ya?" ancam Namjoon mengambil ancang-ancang berlari.
"YAK! Namjoon hyung, Kookie... jangan tinggalkan aku!"
-0-0-0-
Skip Time
Helaan nafas bosan berkali-kali terdengar diseluruh penjuru kelas Taehyung. Pelajaran Kwon seonsaengnim benar-benar membosankan, guru Sosial itu kerjaannya hanya membacakan dan membacakan tiap materi dibuku, sama sekali tidak terdengar seperti sedang mengajar. Beberapa dari mereka bahkan sudah memasuki alam mimpi tanpa mempedulikan dongeng super bosan dari guru yang mulai memasuki kepala empat itu.
Taehyung sendiri tak jauh berbeda, namun ia masih sanggup menahan berat matanya. Kalau saja ia tak ingat untuk menjadi mahasiswa yang baik, ia pasti sudah akan mendengkur. Rasakan saja angin semilir yang menembus dari jendela-jendela kelas, apalagi bangku Taehyung tepat berada disebelah jendela. Maka dengan segenap tekadnya, Taehyung lebih memilih menggambar doodle di halaman belakang buku tugasnya. Sama saja tetap tidak memperhatikan, tapi Taehyung tidak peduli.
"Begitulah dampak yang akan dihasilkan. Mengerikan, bukan? Jadi, untuk mengurangi dampak negatif—"
KRING!
Taehyung mengepalkan tangannya diudara, mengerang tertahan seperti murid-murid yang lainnya. Bel akhir dari pelajaran Senin ini. Saatnya mengikuti klub! Kwon seonsaengnim meninggalkan kelas setelah mengucapkan salam. Anak-anak sekelas dengan semangat mengemas barang-barang mereka. Lalu satu per satu meninggalkan kelas untuk masuk ke ruangan klub mereka masing-masing.
Beginilah keadaan Big Hit University. Kampus itu unik, tidak seperti kebanyakan kampus lainnya. Selain mengajarkan pelajaran umum, mereka juga menunjang tinggi kreativitas dan kegemaran mahasiswa. Setiap harinya, mereka akan melaksanankan pelajaran umum dari jam setengah delapan hingga jam dua belas. Lalu di potong waktu makan siang, dilanjutkan dengan kegiatan klub hingga jam tiga sore. Semua mahasiswa disana mengikuti klub sesuai kemauan mereka, tanpa paksaan. Klub yang ditawarkan juga tak kalah menarik. Jadilah hampir seluruh mahasiswa disana mengikuti klub yang diinginkan.
Kebanyakan dari mereka yang famous di kampus banyak yang terkenal lewat talenta mereka di klub, bukan hanya dari pelajaran umum. Karenanya Big Hit University sama sekali tidak keberatan jika klub dilakukan setiap hari setelah pelaajaran umum usai. Nyatanya itu bisa dijadikan sebagai penghibur, mengerjakan aktifitas yang sesuai dengan kesukaan kita itu menyenangkan, bukan?
Seperti saat ini, Taehyung menyusuri halaman kampusnya untuk mencapai gedung yang dijadikan sebagai Gedung Kelas Seni. Gedung khusus seni yang terdiri dari 4 lantai. Klub seni sendiri masih dibagi menjadi beberapa cabang. Ada Seni Melukis, Seni Vokal, Seni Vokal Rap, Seni Dance, dan banyak lagi. Awalnya tidak ada Seni Vokal Rap dan Seni Dance. Namun karena kemajuan zaman, maka pihak sekolah memunculkan cabang seni tersebut. Dan hasilnya banyak yang mengikuti kelas itu. Di gedung seni, bagi Taehyung tidak ada yang namanya kebosanan. Ia selalu bahagia disana, mungkin karena sejak kecil ia telah memiliki bakat seni?
Taehyung berhenti melangkah ketika ia menangkap sosok sahabatnya diujung sana. Dengan tangan kanan memegang permen, tangan kiri memegang HP, memakai headset dan menyandang tas, sahabatnya itu pasti akan menuju gedung untuk klub lainnya. Maka Taehyung memutar tubuhnya menuju arah jalan Jungkook, berniat menyapa sahabatnya sebentar.
"Kookieee~~"
Jungkook yang merasa terpanggil menoleh. Tangan kanannya yang memegang lollipop melambai membalas panggilan Taehyung. "Tae hyungie!"
"YA! Apa kau hanya membeli lollipop hanya untukmu? Mana untukku?" Taehyung menyodorkan tangannya dengan mulut pout ketika ia sampai dihadapan Jungkook.
"Hah? Ini Kookie mendapatkannya dari teman karena tadi sudah membantunya," jawab Jungkook sambil mengerjap lucu.
"Apa dia mencontek kepadamu?" nada Taehyung berubah menjadi datar. Matanya menyipit mengintrogasi.
"Hmmm... iya."
"Kenapa kau beritahu jawabanmu kepadanya begitu saja? Ini penyogokkan, Kook!" Taehyung dengan gemas mencubit pipi Jungkook.
Jungkook nyengir. "Aku tahu, aku tidak bodoh. Tapi Tae hyung sendiri juga sering begitu, kok..."
Taehyung membuka mulutnya seketika, namun tak ada suara yang keluar dari sana. Ia tak bisa membalas perkataan Jungkook. Alhasil, namja polos nan jenius itu tertawa kencang melihat ekspresi Taehyung.
"Aish! Aku yang bodoh apa bagaimana?" rutuk Taehyung mengacak rambutnya.
"Aniya, Kookie juga bodoh disini." Jungkook menepuk bahu Taehyung.
Taehyung menoleh mendengar tanggapan Jungkook. Ia dan Jungkook saling melempar senyum jahil. "Kau yang memulai,"
Dan itu artinya, taruhan konyol antara kedua sahabat ini akan dimulai. Mereka memang sahabat.
-0-0-0-
Setelah berdebat kecil dengan Jungkook, Taehyung kini berjalan menyusuri lorong gedung seni lantai satu. Hal yang sering ia lakukan, namun ia sama sekali tidak bosan. Disini penuh warna, begitulah tanggapan Taehyung. Dilantai satu ini ada ruang kelasnya, melukis. Taehyung suka melukis atau lebih tepatnya, menggambar. Namjoon pun mengaku bahwa Taehyung mahir memainkan pensil untuk menggambar sejak kecil.
Langkahnya terhenti begitu ia sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan 'TEATER'. Oke... itu adalah salah satu tempat yang menarik menurut kebanyakan orang. Pintu merah khas ruang teater sekolahnya sedikit terbuka, dan ketika Taehyung mengintip yang terlihat adalah jajaran-jajaran manusia dengan rapi dipanggung. Juga beberapa murid kelas seni yang duduk dibangku penonton. Oh, itu klub vokal. Tampaknya mereka memakai teater kali ini karena klub aslinya sedang berkumpul dikelas.
Taehyung yang tertarik akhirnya memasuki ruangan itu. Ia mengambil duduk dibarisan paling depan. Banyak juga yang menonton klub vokal berlatih paduan suara. Dan Taehyung penasaran, akan seperti apakah suara paduan suara klub vokal. Yang kali ini berlatih paduan suara adalah para sunbae. Taehyung bisa mengetahuinya dari sosok Byun Baekhyun, berdiri paling tengah. Juga sosok Xi Luhan disebelah kanan Baekhyun.
"Kita mulai lagi. Tolong perhatian nadanya baik-baik. Jangan mengecewakan, harap serius!" seru Yoon seonsaengnim tegas. Wanita itu berdiri memperhatikan anak muridnya dengan seksama. "Kita akan mencoba kembali nada tinggi yang sebelumnya. Hana, dul, set..."
"Oh, happy day~~"
Spontan senyuman Taehyung terkembang. Suara mereka sungguh merdu bukan main. Apalagi lagu yang dibawakan terkesan easy dan happy. Taehyung tahu lagu ini karena merupakan lagu kesukannya saat kecil. Mulutnya bergerak-gerak mengikuti nada lagu tersebut. Tak lama, lagu tersbeut akan mencapai nada tinggi.
"Oh~ Happy~ Daaaayyyy—hmpft! Hahaha!"
Taehyung cengo mendengarnya. Suara nada tinggi yang harusnya harmonis jugakeren itu mendadak sumbang dan... apa mereka tertawa saat paduan suara? Yang benar saja! Itu bisa menghancurkan suasana. Yoon seonsaengnim bergegas menghampiri anak-anak di barisan belakang yang tadi tertawa. Ia terlihat menahan amarah.
"Apa kalian tidak bisa serius?!" teriaknya kesal.
Oke. Seram. TapiTaehyung masih dengan wajah blank-nya menatap mereka.
"Kalian jangan main-main! Jika nafas kalian tidak kuat, berhenti perlahan ditengah-tengah lagu! Jangan mengganggu konsentrasi yang lainnya!" tambahnya lagi, masih dengan gurat kesal diwajahnya. "Aku akan menghukum kalian yang tadi tertawa! Lari keliling lapangan sepuluh kali!"
"Aniya! Seonsaengnim, kami tidak tertawa!" bantah seorang murid.
Jelas mereka membantah. Di siang terik seperti ini lari 10 putaran? Siapa yang mau melakukannya. Bahkan anak-anak klub olahraga pun hari ini berlatih di aula olahraga, tidak di luar ruangan. Tapi Yoon seonsaengnim hanya membuang muka acuh. Ia berjalan ke tengah-tengah panggung tanpa mempedulikan beberapa dari anak-anak barisan belakang yang memprotes.
"Kamu."
Taehyung semakin cengo. Telunjuk guru vokal itu teracung tepat didepan wajahnya. "N-ne, seon?"
"Siapa yang bercanda? Katakan dengan jujur!" tegasnya lagi.
Taehyung menatap barisan anak-anak belakang yang tampak gugup. Tapi Taehyung memang tidak bisa berbohong. Maka ia membuka mulutnya dengan pasti. "Semua dari mereka,"
Decakan tertahan keluar dari mereka. Yoon seonsaengnim menepukkan tangannya dengan tongkat kecil yang dibawanya. Ia menatap tajam murid-murid yang bercanda tersebut. "Aku tidak menerima protes dan penolakan. Kalian, yang di barisan belakang, turun dan lari!"
Tapi Taehyung menyadari satu hal. Maka ia buru-buru menyela lagi. "Kecuali dia," telunjuk Taehyung mengarah pada sesosok tinggi paling kanan dari barisan belakang tersebut. Semua mata sontak menatap kearah yang dtunjukkan. Kearah sosok yang akan dengan beruntung terhindar dari hukuman Yoon seonsaengnim.
"Dia?"
"Ne, dia tidak bercanda." Taehyung meyakinkan pernyataannya.
"Coba kau ulang nada tinggi itu." Yoon seonsaengnim menunjuk orang tersebut dengan tongkatnya. Memberi perintah untuk mengulang.
Langsung saja Taehyung menahan nafas. Ia tidak tahu apakah perintah Yoon seonsaengnim yang tadi merupakan bencana bagi si 'paling kanan' atau merupakan pertanda baik baginya. Ia berpikir anak-anak barisan belakang tadi tertawa karena tidak terlalu kuat mencapai nada tinggi dengan pas. Tapi tampaknya sosok itu tidak keberatan. Dengan segala kharismanya di mata Taehyung, ia menarik nafas dan mulai bersuara.
"Oh~ Happy~ Day~"
Merdu, indah, dan menyenangkan. Senyuman bak malaikat mengakhiri nada tinggi yang barusan dicapainya. Dan Taehyung hanya bisa berharap waktu seolah berhenti disaat senyuman itu terulas. "He is so damn charismatic!" batin Taehyung menjerit.
"Good job, Kim Seokjin."
TBC! ~~~~~
A/N:
ANNYEONG HASEYO! *bow*
Aku author baru disini, yeay! Benar-benar amatiran di dunia FF. Akhir-akhir ini tau kenapa suka banget baca FF, jadi greget pengen coba bikin dan inilah hasilnya! Aneh bin Ajaib dengan penuh typo bertebaran. Aku pilih main cast-nya BTS, lagi demam juga sama ni HipHop BB. Apalagi sama kopel VJin~ .
Ya okelah, gatau mesti ngomong apalagi. Review juseyo? Amatiran masih butuh banyak masukan mendukung supaya lebih baik! ^^
Thank You So MUCH!
