Disclaimer: Naruto by Kishimoto Masashi
Summary:
Sakura tidak bisa menerbangkan layang-layangnya. Setelah berguru pada Naruto dan Sasuke, Sakura masih belum bisa menerbangkan layang-layangnya. Lalu, apa yang akan Kakashi lakukan agar Sakura bisa menerbangkan layang-layangnya?
Kaito
Haruno Sakura mendudukkan dirinya di bawah salah satu pohon yang tumbuh di pinggir lapangan. Hampir semua anak-anak lelaki di desa Konoha sedang bermain layang-layang, menghabiskan hari di musim panas dengan riang gembira. Ada beberapa anak perempuan yang juga ikut bermain layang-layang, seperti Ino yang tadinya berjanji untuk tidak meninggalkannya sendirian.
"Sakura-chan, apa kau mau main layang-layang bersama?"
Sakura menolehkan kepalanya. Manik hijaunya bertatapan dengan mata biru yang penuh harap milik Naruto. Di belakang si pirang itu ada Sasuke yang membawa sebuah layang-layang, sama seperti Naruto.
"Tapi, aku tidak punya layang-layang." Sakura menundukkan kepalanya dengan malu. Di musim panas seperti ini, bermain layang-layang adalah hal wajib yang dilakukan anak-anak seusia mereka.
"Kau boleh memakai punyaku." Naruto tersenyum lebar sambil menunjukkan layang-layangnya yang penuh dengan corat-coretnya. "Kita juga akan mengajarimu memainkannya."
"Benarkah?" Sakura berdiri dan menghampiri Naruto dan Sasuke, menatap keduanya secara bergantian.
"Tentu saja, 'ttebayo!"
"Hn."
"Aku mau!"
Dan jadilah mereka bertiga kembali bergabung dengan teman-teman mereka di lapangan. Sasuke memainkan layangannya sendiri sambil mengawasi Naruto – yang masih belum menyerah untuk membantu Sakura bermain layang-layang.
"Sekarang, kau tarik layang-layangnya dan terus berlari ke depan, mengerti?"
"Umm."
"Aku hitung sampai tiga, ya! Satu, dua, tiga!"
Sekali lagi Naruto memegang dua sudut di pinggir layang-layangnya, berdiri sekitar empat meter dari Sakura yang memegang benang layang-layang. Tanpa pikir panjang, Sakura menarik benang layang-layang yang digenggamnya dan berlari sekencang-kencangnya. Sekali lagi pula Sakura gagal menerbangkan layang-layangnya.
Sakura menolehkan kepalanya, mencari layang-layang yang seharusnya terbang di atas kepalanya. Kenyataannya, si layang-layang malah terjatuh ke tanah. Lagi. "Ahhh! Tidak bisa lagi."
"Tenang saja, Sakura-chan, ayo kita coba lagi!" Naruto mencoba menghiburnya.
Sasuke sudah bosan melihat kejadian itu berulang-ulang. Layang-layang birunya ia turunkan, lalu benangnya ia gulung.
"Dasar, Naruto." Sasuke menarik tangan Sakura dan menyerahkan layang-layangnya. "Biar kuajari."
"Eh?"
"Sasuke! Biar aku saja!" teriak Naruto yang tidak terima.
"Hn."
Sasuke kembali manarik tangan Sakura, lalu mereka berdua berjalan sedikit menjauh dari Naruto yang masih memanyunkan bibirnya dengan sebal. Kemudian, Sasuke pun mengerti. Bukan Naruto yang tidak bisa mengajari Sakura bermain layang-layang dengan baik. Juga bukan layang-layang mereka yang rusak. Yang ada hanya Sakura, gadis desa berumur tujuh tahun yang tidak bisa menerbangkan layang-layang sama sekali.
Sore harinya, Sakura mengunjungi rumah Kakashi yang letaknya persis di sebelah rumahnya. Seperti biasa, Kakashi akan pulang sore ini. Dia akan mengabiskan akhir pekannya di rumah, lalu dia akan berangkat ke kota lagi pada hari minggu sore untuk kuliah. Biasanya dia akan membawa banyak makanan ringan untuknya. Sakura harap itu bisa menghilangkan rasa putus asanya karena tidak bisa menerbangkan layang-layang.
Benar saja, saat Sakura masuk rumah kediaman Hatake itu, ada Kakashi yang sedang memakan buah semangka segar – yang pasti baru saja dipetik dari kebun oleh Sakumo.
"Kakashi nii-san!" Sakura berteriak senang sambil memeluk Kakashi dari samping, wajahnya berseri-seri.
"Yo."
"Nii-san, mana oleh-olehnya?"
"Tidak sopan. Seharusnya kau menanyakan kabarku dulu, bukanya bertanya mana oleh-olehnya. Dasar."
Sakura tersenyum sambil menjulurkan lidahnya. Kakashi hanya menghela napas, lalu mengrahkan kepalanya ke tasnya yang ia letakkan di dekat meja depan televisi. Ada beberapa bungkus makanan ringan dan lolipop warna-warni yang ia beli untuk Sakura.
"Wah! Aku belum pernah makan yang ini!" pekiknya saat mengambil bungkusan snack yang baru kemarin ia lihat di televisi. "Sepertinya enak. Terimakasih, Nii-san!"
Kakashi melanjutkan memakan semangkanya sambil bergumam tidak jelas. Dibiarkannya Sakura yang berceloteh tentang hari-harinya seminggu terakhir ini dengan mulut yang terus ia jejali makanan. Sesekali ia menganggukkan kepala dan menimpali perkataan Sakura.
"Oh, ya, apa Nii-san bisa menerbangkan layang-layang?"
" Tentu saja. Dulu aku sering bermain layang-layang di sawah. Semua anak kecil pasti bisa memainkannya, yang perempuan juga."
Mendengar jawaban Kakashi membuat Sakura berhenti sejenak. Diulang-ulangnya perkataan Kakashi barusan dan kegagalannya tadi siang. Menyadari Sakura yang tiba-tiba diam, Kakashi segera mengamatinya.
"Memangnya ada apa?"
"Uhmm ..."
"Kau tidak bisa menerbangkannya, ya?"
Tepat sasaran. Wajah Sakura langsung memerah, benar saja. Tawa Kakashi yang sedari tadi berusaha ditahannya pun meledak. Sakura menundukkan kepalanya, wajahnya semakin memanas melihat tawa Kakashi yang belum menunjukkan tanda-tanda untuk mereda.
"Jangan tertawa!"
Sakura akhirnya bangkit dari dudukknya, lalu berlari ke luar rumah Kakashi dengan cepat.
Kakashi akhirnya berhenti tertawa saat Sakura melarikan diri, lengkap dengan semua makanan ringan dan lolipopnya. "Eh?"
"Kau sudah pulang, Kakashi?" Sakumo yang baru saja selesai mengurus ladang kini menghampiri Kakashi. "Kupikir Sakura ada di sini?"
"Memang." Kakashi kembali menahan tawanya yang hendak keluar. Ayahnya memandangnya agak lama, lalu menggelengkan-gelengkan kepalanya dengan pelan, tidak mengerti dengan sikap anak satu-satunya ini.
Di hari berikutnya, Kakashi menghampiri rumah Sakura, niatnya hendak mengajak Sakura bermain layang-layang bersama. Setelah beberapa kali dipanggil, akhirnya Sakura muncul juga.
"Aku tidak mau. Aku kan sudah bilang kalau aku tidak bisa main layang-layang." Sakura menggembungkan pipinya, membuat tatapan tajam matanya tidak mempan untuk Kakashi.
"Kan ada aku, kau pasti bisa."
Setelah dibujuk agak lama, akhirnya Sakura menurut juga. Saat berjalan menuju lapangan bermain, Kakashi berhenti sejenak di sebelah ladang jagung ayahnya untuk mengambil sebilah bambu yang diujungnya sudah terikat layang-layang. Sakura memandangnya aneh.
"Kenapa layang-layangnya diikat? Nanti akumainnya gimana?"
"Mudah saja."
Jadilah Sakura berlarian mengelilingi lapangan sambil menerbangkan layang-layangnya. Tentu saja bukan dalam sartian yang sebenarnya. Karena bagaimanapun, Sakura tetaplah gadis yang tidak bisa menerbangkan layang-layangnya. Makanya, Kakashi mengikat benang layang-layang miliknya ke ujung bambu yang panjangnya satu meter lebih. Lalu, Sakura tinggal mengangkat bambu dengan layang-layang itu. yang penting, kan, layang-layangnya tidak jatuh ke tanah.
Sakura dengan gembira berlarian bersama teman-temannya dengan model layang-layang terbarunya. Tetapi, lama-lama ia sadar. Walau tidak jatuh, layang-layangnya tidaklah setinggi milik teman-temannya. Lalu, ia menghampiri Kakashi yang menunggunya dengan sebuah buku di bawah pohon yang tumbuh di pinggir lapangan.
Sakura pun merengek. "Nii-san, layang-layangku kurang tinggi!"
"Eh? Tidak apa-apa, kan yang penting tidak jatuh." Jawab Kakashi sekenanya.
"Aku mau yang tinggi! Lebih tinggi lagi!"
"Nanti kalau bambunya terlalu tinggi, kau tidak akan kuat mengangkatnya."
"Aku tidak mau tahu!"
"..."
"Aku mau yang lebih tinggi lagi!"
Kakashi pun gagal mengacuhkan rengekan menutup bukunya dan meletakkannya dekat tempatnya duduk. "Iya, iya."
"Lebih tinggi!"
"Aku tahu."
Kakashi berjongkok memunggungi Sakura. "Naik ke pundakku."
"Eh!"
"Kau mau layang-layangmu lebih tinggi, kan? Ayo naik."
Sakura meletakkan bambu dengan layang-layangnya, lalu dengan hati-hati naik ke atas bahu Kakashi. setelah berpegangan dengan cukup erat, Kakashi berdiri dan menyerahkan bambu tadi kepada Sakura.
"Tinggi sekali!"
Sakura berteriak senang. Pemandangan dari atas memang terlihat menarik. Kakashi tersenyum tipis. Hilang sudah dunianya yang tentram tadi. Kakashi pun berlari kecil dengan Sakura yang duduk di atas bahunya sambil mengangkat bambu tersebut. Tentu saja layang-layang Sakura jauh lebih tinggi dari yang sebelumnya.
"Sasuke! Naruto!" Sakura meneriaki temannya itu, membuat pandangan mereka teralih ke arah Kakashi dan Sakura.
"Wah, tinggi sekali!" Teriak Naruto kagum, entah pada layang-layang Sakura atau pada Kakashi yang memang bertubuh tinggi.
"Cih." Sasuke kembali mengabaikan Sakura. Sepertinya ia juga ingin digendong Itachi seperti Sakura.
Kakashi yang terus berlari mengitari lapangan pun akhirnya menarik perhatian seluruh anak-anak yang juga sedang bermain layang-layang.
"Hahaha! Sakura digendong!"
"Kau tidak bisa menerbangkan layang-layangmu, ya?"
"Curang!"
Perkataan demi perkataan yang keluar dari mulut-mulut kecil itu tidak membuat kesenangan Sakura menyusut. Ia mengabaikannya. Yang pasti, ia menyukai suasana di atas bahu Kakashi seperti ini dan layang-layangnya bisa terbang.
Lama-lama, semua anak-anak itu pun berlarian mengikuti Kakashi, dipimpim oleh Naruto yang berteriak, "Serang!"
Alhasil, Kakashi yang tidak mau dikeroyok belasan anak kecil hanya bisa menambah kecepatan larinya. Sakura masih tertawa senang di atas sana. Dan Sasuke memainkan layang-layangnya sendiri di lapangan, seringai tipis tergambar di wajahnya saat melihat Kakashi yang lari pontang-panting dikejar pasukan Naruto.
Tiba-tiba saja ingat saat kecil dulu mai layangan. Karena diriku memang ga bisa menerbangkan layangan, jadilah aku pulang ke rumah dengan wajah cemberut. Berhubung bapakku itu tukang kayu, benang layanganku disambungin ke tongkat kayu yang panjangnya semeter lebih. Terus aku disuruh balik lagi ke lapangan, mainin layangan yang udah nyambung ke kayu tadi. Jelas layanganku ga bisa jatuh ke tanah kalau kayunya aku angkat. Waau ga tinggi-tinggi banget, setidaknya layanganku 'terbang'.
Intinya, kalau cara biasa ga berhasil, buat cara lain agar kita bisa berhasil!
*sok memotivasi ini
