L

Disclaimer : Aoyama Gosho

L for Lies

Rumah besar itu tampak meriah dengan siraman cahaya lampu. Belasan pasang tamu dengan busana couture tampak saling bercengkrama satu sama lainnya. Malam itu seorang pengusaha real estate yang sukses dan istrinya, mengadakan dinner party sebagai penghormatan untuk sahabat mereka, duta besar negara N yang akan ditempatkan di Japan.

Chandelier besar dan lilin-lilin langsing panjang bersanding cantik dengan silverware dan gelas-gelas kristal. Nama para tamu telah tertera di masing-masing kursi dimana tuan rumah dan istri duduk di kedua ujung meja. Sedangkan sang dubes duduk disamping kanan tuan rumah.

Shiho Miyano ,chemical analyst, tampak cantik dengan little blue dress yang membalut perawakannya dengan sempurna. Dia duduk bersebelahan dengan putra tuan rumah, yang tampak gugup dan menjatuhkan sendoknya sekali ketika tak sengaja bersentuhan dengan tangan si ilmuwan.

Percakapan mereka tampak menarik bila dilihat dari luar dan mengkesampingkan sifat gelisah sang pria yang tampak kesulitan memfokuskan ke isi pembicaraan alih-alih ke mata biru si gadis.

Shiho tersenyum dan mengangguk ketika pelayan datang membawa main course : Deep Fried Garopa Fish topped with Sweet and Spicy sauce. Matanya mengerling ke pria lain disampingnya. Pria itu menggagumi gelas tinggi didepannya seakan itu lukisan Monalisa. Para tamu lainnya masih sibuk dengan pembicaraan masing-masing dilatar belakang alunan Bethoveen's 5th symphony. Shinichi yang duduk di samping kanan Shiho, menggeser gelasnya dan hampir menyenggol jari si gadis. Shiho yang menyadari hal itu dan berbisik pelan," Kudo-kun, Aku tidak tau apa yang ada di pikiranmu sepanjang malam ini tapi paling tidak berusahalah untuk tidak menjatuhkan sesuatu"

Shinichi merona dan menggumam tak jelas kemudian memalingkan wajahnya ke gadis disamping kanannya yang tampak sibuk memotong makanannya.

" Shinichi.. kamu tidak menghabiskan makananmu?" ujar Ran Mouri pelan ketika menyadari tatapan detektif itu.

" Ya.." gumam Shinichi entah ke siapa.

Shiho menoleh kesamping pria berkacamata, putra tuan rumah, dan tersenyum ketika mata mereka bertemu. Dia merasa aneh dan melayang malam ini, entah karena efek Bourgogne Vignes yang baru diminumnya, atau karena kedua pria yang duduk di samping kiri dan kanannya tampak gugup dan gelisah. Dia memaklumi kegugupan Shintaro Fukuyama, karena ini pertama kali mereka dinner bareng walau tidak secara private. Tapi dia heran dengan Shinichi, yang jelas-jelas menggandeng Ran Mouri datang, terkejut melihat dia, dan wajahnya berkerut sepanjang malam. Shinichi juga menghindari tatapan menyelidiknya. Mereka memang tidak seakrab sewaktu menjadi Conan dan Ai dulu tapi sifat Shinichi sekarang membuatnya marah. Bisa-bisanya Shinichi berkelakuan demikian walau mereka sudah berminggu-minggu tak bertemu secara langsung karena Shiho sibuk dengan pekerjaannya dan Shinichi tentu saja sibuk dengan Ran setelah balik ke tubuh aslinya.

Tuan rumah, Sakuma Fukuyama, bangkit berdiri dan mengambil gelas sampanye, para tamu mengikutinya, terdengar suara kursi berderit dan dentingan gelas.

" Saya ucapkan selamat untuk Mr. Gilbert Smith yang akan menempati jabatan duta besar Negara N untuk Japan. Semoga selalu lancar dalam menunaikan perkerjaan demi persahabatan kedua negara. Cheers!" Para undangan serentak menyambut dan menyesap wine ketika tiba-tiba ada jeritan dari barisan tamu sebelah kiri. Jeritan terdengar lagi, di lantai tampak sosok pria sedang meregang nyawa, ada buih putih disamping mulutnya. Shiho kaget dan menutup mulutnya, matanya berkeliaran dan menemukan tatapan Shinichi. Dia mengangguk pelan tanda mengerti dan segera mengambil alih urusan dan memanggil polisi.

Shiho merutuk dalam hati, tampaknya Shinichi Kudo selalu tidak bisa dipisahkan oleh kasus selama hidupnya. Dia menemukan Ran Mouri yang tampak bingung disampingnya, tangannya mengepal erat, ada rasa khawatir dimatanya.

Shiho Miyano dan Ran Mouri tidak saling mengenal karena hanya Ai Haibara dan Ran Mouri yang tau keberadaan satu sama lainnya. Shiho menghela nafas dan menoleh ke Shintaro, " Tampaknya ada pembunuhan yang tidak terduga mengacaukan dinner party ayahmu" Pria itu menggangguk tak menjawab tapi matanya tetap tak lepas dari Shinichi yang sedang mondar mandir menganalisa.

"Kamu kenal dia?" ujar Shintaro tiba-tiba.

"Eh? Maksudmu?" tanya Shiho heran

"Shinichi Kudo, detektif ternama. Dia tadi kaget melihat kita, berarti dia mengenalmu"

"Umm..kami pernah bertemu di salah satu kasus dia dulu"

"Hmm.." suaranya terputus.

"Ya?"

"Ah, lupakan saja."

Shiho tersenyum,"Ceritakan padaku kapan-kapan.."

Shintaro merona," Itu tidak penting kok.."

Shiho hanya mengangguk pelan dan kembali menonton sang detektif menyelesaikan deduksi dan menangkap pelakunya. Ternyata pembunuhan ini sudah direncanakan sebelumnya dan motifnya cuma karena kecemburuan semata. Tersangka tidak tahan melihat korban yang hobi selingkuh. Shinichi masih tetap tajam seperti sebelumnya, ada rasa bangga terbesit di dadanya melihat kejeniusan detektif itu. Dia masih belum melupakan bagaimana dia dengan meitantei boys dulu bertualangan dan memecahkan kasus.

Walau dia jelas tidak mau kembali menjadi Ai Haibara tapi kadang masa-masa itu berputar balik di kenangannya. Dia juga rindu dengan Hakase, setelah menolak tinggal dengannya dan pindah tinggal sendiri di apartemen pusat kota, Shiho kadang-kadang mampir dan membantu Hakase berbelanja healthy food. Hidupnya tampak tenang setelah BO hancur, pekerjaannya memuaskan dan dia akhirnya memutuskan berkencan setelah menolak banyak tawaran dari pria-pria di sekelilingnya. Shintaro merupakan pilihan tepat, mereka dikenalkan Hakase dan pria itu bukan pria yang suka memaksakan kehendak. Dia sabar mendekati Shiho dan tampak benar-benar mencintainya.

'Andai saja..' pikiran Shiho terhenti ketika Shintaro menepuk pundaknya.

"Tersangka sudah tertangkap dan tamu sudah mulai pulang. Ayo..kuantar kamu pulang"

Shiho mengangguk dan berdiri mengambil jas bulu dan handbagnya ketika terdengar panggilan namanya.

Dia menoleh dan Shinichi sedang berdiri menatap tajam kearahnya.

"Ada apa Kudo-kun?"

"Ada yang ingin kubicarakan sebentar, kamu tidak keberatan kan?"

Shiho heran, tatapannya pindah ke Shintaro yang tampak lebih diam dari sebelumnya, tapi dia memberi anggukan kecil.

" Ran, kamu tunggu disini dulu, ada yang ingin kubahas dengan Miyano." Ran tampak kaget tapi ikut mengangguk juga. Matanya mengikuti kedua sosok itu meninggalkan ruangan dan menuju balkon.

"Jangan lama-lama, Kudo."

"Jadi ini salam pertamamu setelah kita sudah lama tidak bertemu?" Shinichi mengerutkan keningnya.

Shiho tersenyum mengejek "Kau yang menghindariku sepanjang malam. Kenapa? Takut karena pernah mengenal mantan criminal?"

Shinichi tiba-tiba marah dan mengguncang bahu gadis itu," Kamu tau sifatku, Haibara. Aku tidak pernah menyesal mengenalimu."

"Miyano sekarang. Biasakan panggil nama itu" Shiho memalingkan wajahnya, dia tidak mau melihat api kemarahan yang muncul di mata biru Shinichi. Dia tidak bisa mencerna amarah dan sifat Shinichi sekarang ini. Pria yang didepannya ini beda. Beda dengan Conan Edogawa yang dia kenal selama ini.

"Miyano..bagaimana kabarmu sekarang?" ucapnya lebih lembut. Dilepaskan tangannya dan menarik wajah Shiho supaya melihat kearahnya.

"Tidak pernah sebaik ini sebelumnya. Seperti lahir kembali" Shiho tersenyum. Ditepisnya pelan tangan Shinichi dan menarik jas bulunya lebih erat. Entah kenapa, dia merasa dingin.

"Kamu memang tampak lebih bahagia…karena kembali menjadi Shiho Miyano atau karena pria itu?"

"Pria itu? Oh, Shintaro Fukuyama". Ada kilasan aneh di mata Shiho ketika mengucap nama itu yang membuat amarah Shinichi kembali. Entah kenapa.

"Aku tidak pernah menyangka kamu bisa kencan dari semua gadis yang pernah kutau"

"Kudo, aku wanita, sama seperti wanita lainnya. Kurasa pergaulanmu dengan gadis-gadis sangat terbatas."

"Aku.. Aku tidak suka kamu meninggalkan rumah Hakase dan tinggal sendiri"

"Itu hak pribadiku, Kudo dan jangan ikut campur"

"Aku tidak mencampuri masalahmu. Tapi aku peduli padamu"

Shiho tersenyum,"Terima kasih, Meitantei. Kamu tampak baik-baik saja setelah menjadi Shinichi Kudo. Aku membaca banyak berita tentangmu di koran"

"Benar. Kembali menjadi diriku sangat menyenangkan, walau kadang-kadang aku merindukan masa menjadi Conan dulu"

"Ada hal-hal yang memang tidak bisa kembali, Kudo-kun."
"Aku merindukan sosok Ai Haibara yang selalu bersama dengan Conan Edogawa"

"Aku tidak kemana-mana. Aku masih tinggal di Tokyo"

"Benar, tapi aku tidak menemukan alasan untuk sering bertemu denganmu…"

"Kenapa kamu hari ini, Kudo? Ingin mengenang masa lalu dikejar-kejar BO? Kita telah bergerak maju dan tidak bisa tinggal di masa lalu lagi"

"Aku tahu, tapi aku merindukan keberadaanmu.."

Shiho tertegun dan menemukan mata Shinichi terpejam," Aku tidak menyangka kita bisa terpisah jalan, seharusnya kamu tetap tinggal di tempat Hakase dan kita bisa bersama-sama lagi"

Shinichi kembali membuka matanya dan menatap gadis di depannya dengan instens.

Shiho menggumam," Aku punya alasan sendiri, Kudo. Tentu saja aku tersanjung atas tawaran Hakase untuk tetap tinggal dengannya walau aku telah menjadi Shiho Miyano, tapi aku merasa aku harus melanjutkan hidupku dan itu lebih baik tidak melibatkan kalian"

"Kamu masih takut dengan kejaran BO? Mereka sudah lenyap, Miyano. Takkan akan kubiarkan mereka mengganggumu"

Shiho tersenyum sedih," Lakonku sebagai putri palsu yang dilindungi oleh detektif sudah selesai dan ada putri lain yang lebih pantas untuk itu"

"Apa maksudmu?" tanya Shinichi bingung.

"Tidak.. Apa kamu sudah selesai bicara, Kudo? Shintaro sudah menunggu lama. Mouri-san juga"

"Kamu memanggil nama depannya.."

"Ya, ada yang salah?"

"Kita telah mengenal begitu lama, bahkan kamu tidak memanggilku Shinichi"

"Kamu ingin kupanggil begitu? Bagaimana dengan reaksi Mouri-san? Kamu benar-benar tidak peka.."

"Ada apa dengan Ran?'

"Tidak ada apa-apa. Permisi, Kudo. Aku pulang dulu.."

"Shiho!"

Shiho bergidik mendengar namanya dipanggil dan menatap Shinichi," Ada apa lagi, tuan detektif?"

Shinichi menunduk dan menggumam lemah," Kembalilah seperti dulu. Tetap disisiku..untuk.."

Shiho menyipitkan matanya,"Maksudmu.." Dia menutup matanya sejenak kemudian membukanya lagi. Ada kilasan kesedihan yang tersurat di bola mata itu.

"Kamu mabuk, Kudo." Ucapnya jelas dan singkat.

"Aku…tidak tau apa yang ada dipikiranku. Maafkan aku, Miyano. Umm..mungkin sampanye membuatku sedikit mabuk.."

"Kudo…jangan berbicara hal yang bahkan tidak kau mengerti sebab apa yang sudah terucapkan tidak bisa ditarik kembali lagi..selamat malam Kudo-kun "

Shiho merapatkan jaket bulunya dan berjalan meninggalkan Shinichi sendirian di balkon.

"Jangan pergi.." Shiho berhenti mematung, " Jangan pergi bersamanya…" suara Shinichi lagi lebih jelas.

Shiho tetap berdiri tak menoleh," Kudo..kau memang mabuk. Jangan pulang menyetir mobil. Sampai jumpa "nada suaranya terasa dingin.

Shinichi bergidik mendengarkan suara yang mampu meretakkan tulang tulang tubuhnya. Tak pernah keinginannya sebesar itu menahan Shiho disisinya, dan dia bahkan tidak mengerti jalan pikirannya malam ini. Dipandangnya langkah gadis itu menjauh, mungkin menjauh meninggalkan dirinya dalam arti sebenarnya.

Shiho sampai ke sisi Shintaro dan membiarkan pria itu menggandengnya pulang. Pikirannya berkecamuk, dia bahkan harus membiarkan Shintaro mengulangi pertanyaannya 2 kali.

"Kamu tampak pucat, Shiho. Apa kau sakit?"

"Ah, tidak. Cuaca malam yang semakin dingin mungkin membuatku mengigil" ujarnya pelan.

Shintaro tidak bertanya apa-apa lagi di sepanjang perjalanan itu. Shiho menyandarkan wajahnya di kaca jendela mobil, mengamati lampu-lampu jalanan malam, pohon sakura yang mulai mekar, sinar bulan yang tampak membayang di balik awan. Dibiarkan pikirannya berkelana mencoba menemukan jawaban yang selama ini dicarinya. Mungkin jawaban itu memang tidak ada atau tidak pernah ada.

To be continued..

AN : Yipeee.. Aku kembali lagi dengan fic Shiho x Shinichi. Aku juga lagi kepikiran nulis multi chapter fic lain tapi dengan tema yang lebih dark. Tentu saja tetap ShinShi. Yang uda merelakan waktu membaca, tolong klik tombol review yah. Kritik, ide dan saran diterima. Thanks.