Enjoy! ^^


Disclaimer.

© Tadatoshi Fujimaki


"-My Beloved Snowflake-"


'.-01-.'

Di akhir musim dingin, saat tengah malam, seorang pemuda bersurai merah melangkahkan kakinya perlahan menyusuri jalan setapak yang ditutupi salju yang sedang turun saat itu.
Pandangannya menatap kosong ke jalanan sepi di hadapannya.

"Haahh..."
Uap putih keluar dari mulutnya saat ia menghela napas. Tubuh kekarnya yang hanya dibalut oleh sebuah jaket kulit itu sesekali gemetaran menahan dinginnya suhu saat itu.

Mungkin orang akan mengiranya gila karena berjalan-jalan di luar saat tengah malam, waktu suhu hampir mencapai 0° seperti saat ini.

Tapi justru situasi seperti inilah yang saat ini dibutuhkan oleh seorang Kagami Taiga.
Dia perlu waktu menyendiri setelah ia mendengar kabar bahwa keluarganya meninggal dalam sebuah kecelakaan sore ini…

Sore ini, keluarganya yang berada di Amerika berniat berkunjung ke Jepang untuk bertemu dengannya. Tapi karena badai salju yang tiba-tiba datang, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kesalahan teknis dan akhirnya jatuh — menewaskan seluruh penumpangnya.

Kagami bahkan tidak bisa melihat saat-saat terakhir mereka…
Menyedihkan, bukan?

Setelah keluarganya pergi, sekarang Kagami harus hidup sendirian…

Ia berbelok di ujung jalan menuju sebuah taman kosong yang sebagian lahannya sudah ditutupi oleh salju.


-'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'-


Tapi sekejap, langkahnya terhenti saat dia melihat sebuah sosok di taman itu.

...

'Suatu malam…'
'Di akhir musim dingin, saat salju turun…'
'Aku bertemu denganmu…'

...

Seorang pemuda berambut biru muda, bersandar di batang pohon oak dengan kedua mata terpejam.

...

'Sosokmu bercahaya di tengah gelapnya malam…'
'Seolah memberi cahaya baru dalam hidupku…'

...

Ia mengenakan sebuah yukata berwarna putih kebiruan. Lehernya dibalut oleh lilitan perban, dan terdapat sebuah lambang berbentuk butiran salju kecil berwarna biru muda di pipi kanannya.

...

'Belum pernah aku melihat sosok seindah dirimu…'

...

Kagami terpaku di tempat.

Sebuah kalimat tanya keluar begitu saja dari mulutnya,
"Kau siapa?"

Pemuda itu membuka matanya dan menoleh menatap Kagami.

...

'Saat kau membuka matamu dan menoleh padaku…'
'Aku yakin saat itu jantungku berhenti berdetak beberapa detik…'

...

Sejenak, mereka hanya bertatapan dalam diam, hingga akhirnya pemuda itu menjawab,

"Kuroko Tetsuya."

...

'Suaramu yang begitu jernih ikut menjernihkan pikiranku dan sejenak membuatku melupakan tragedi yang menimpaku…'

...

Pemuda bernama Kuroko itu tersenyum lembut pada Kagami dan bertanya,
"Siapa namamu?"

...

'Senyumanmu saat itu begitu manis hingga kakiku secara refleks bergerak mendekatimu…'

...

"Aku… Kagami. Kagami Taiga…"

Saat Kagami sampai di depannya, Kuroko mengulurkan tangannya dan menyentuh dahi Kagami dengan jari telunjuknya, lalu menggumamkan sesuatu dalam bahasa asing.

Kagami terperanjat saat menyadari betapa dinginnya jari Kuroko saat itu.

"D-Dingin sekali! K-Kau… Kau bisa sakit di luar sini!"

Kuroko menggeleng.
"Tidak… Aku baik-baik saja…"

"Kau tidak baik-baik saja! Ah... Aku akan membawamu ke rumah sakit—"
Kagami refleks menggenggam pergelangan tangan Kuroko, bersiap menarik dan membawanya ke rumah sakit, tapi…

"Jangan."
Genggaman tangan Kagami langsung terlepas saat Kuroko tiba-tiba menarik tangannya.

"Eh?"

Dengan kepala tertunduk, Kuroko berkata,
"Aku tidak mau ke rumah sakit…"

"Eh? Tapi, kau bisa sa—"

"Rumahmu."
"Bawa aku ke rumahmu, Kagami-kun.."

Kuroko mendongakkan kepalanya menatap Kagami. Ekspresinya tidak menunjukkan keraguan sedikitpun.

"A-Ah… B-Baiklah…"
"Kau bisa berjalan sendiri?"

Kuroko perlahan menggelengkan kepalanya.

Kagami mendesah.
Ia mengangkat tubuh Kuroko dan menggendongnya a la bridal style — membuat Kuroko kaget.
Kagami sedikit merinding saat merasakan suhu tubuh Kuroko yang sangat dingin — terasa sedingin salju…

Dengan posisi itu, Kagami menggendong Kuroko menuju apartemennya.


-'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'-


"Hey, Kuroko…"

"Hmm?"

"Apa yang kau lakukan, sendirian di taman saat tengah malam seperti ini?"

Kuroko diam tidak menjawab.

"Yah, kalau kau tidak mau cerita tidak apa—"

"Aku melarikan diri."

"Eh?"

"Aku melarikan diri dari tempatku seharusnya berada."

"Melarikan diri? Kenapa?"

Kuroko kembali diam.

Kagami menghela napas.
Kuroko bukanlah orang biasa. Dia tau itu.

...

'Kita baru saja bertemu, dan aku tau ini pasti terdengar aneh…'

'Tapi…'

'Saat melihat kondisimu yang nampak begitu lemah dan rapuh…'
'Rasanya aku ingin memelukmu dan tidak pernah melepasmu…'
'Aku ingin melindungimu dari segala hal yang bisa melukaimu…'

...

Tiba-tiba, Kuroko melingkarkan kedua tangannya di leher Kagami dan menarik wajahnya mendekat pada wajah Kagami — membuat Kagami sedikit panik.

"K-Kuroko..?!"

Dengan wajah yang hanya berjarak beberapa senti, Kuroko menatap lurus ke mata Kagami.

"Kagami-kun…"

"Y-Ya?"

"Maukah kau… Merawat dan menemaniku?"

"Eh? T-Tentu saja.."

Kuroko tersenyum lembut mendengar jawaban Kagami.
"Kalau begitu… Mulai sekarang… Kagami-kun adalah Master-ku..."

"A-Ah? M-Master?"
Samar-samar, semburat merah muncul di kedua pipi Kagami. Ia memalingkan wajahnya, tidak sanggup melihat wajah Kuroko.

"Ya, Master. Mulai sekarang, aku adalah milik Kagami-kun."

"A— Hah?!"
"O-Oi, Kuroko, a-apa maksu—"

~chuu~

Ucapan Kagami terhenti saat tiba-tiba Kuroko mendaratkan sebuah ciuman di pipi kanannya.

Wajah Kagami memerah total menerima ciuman yang tak diduganya itu. Detak jantungnya mulai tak beraturan, dan ia merasakan suatu sensasi aneh di pipi kanannya.
Dinginnya salju yang terus turun bahkan tidak dapat dirasakannya lagi.

"K-K-K-Kuroko…? A-Apa yang kau—"

Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, tubuh Kagami ambruk ke tanah bersalju yang dingin. Posisinya yang sedari tadi menggendong Kuroko menyebabkan Kuroko ikut jatuh bersamanya.

Kagami kehilangan kesadaran, sementara Kuroko duduk di sampingnya, tersenyum manis melihat wajahnya.

Perlahan, lambang butiran salju kecil yang ada di pipi kanan Kuroko memudar, menyisakan hanya setengah bagian.
Sementara di pipi kanan Kagami, muncul lambang butiran salju yang sama, setengah bagiannya lagi dari lambang di pipi Kuroko.

Kuroko menyentuh lambang di pipi Kagami itu dengan jari telunjuknya.
Sambil tersenyum manis, ia berkata,
"Ka-ga-mi Ta-i-ga."
"Oyasumi, Master…"


-'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'-


Kuroko bangkit berdiri. Ia memejamkan matanya, dan menarik napas dalam-dalam. Ia mengayun-ayunkan tangannya, menggambar sebuah pola butiran salju pada udara kosong di hadapannya.

Perlahan, salju di sekitar tubuh Kagami mulai bergerak.
Salju itu terus bergerak hingga akhirnya membentuk sesuatu seperti sebuah kereta kencana. Kagami tergeletak di dalamnya.

Kuroko tersenyum puas melihat hasil karyanya. Kristal-kristal es pada kereta kencana itu sangat kontras dengan sosok merah Kagami.
Ia bersiul, dan dari tanah bersalju itu mulai terbentuk seekor kuda putih. Kuda itu begitu nampak hidup, saat ia dengan semangatnya menapak-napakkan kakinya di tanah.

Kuroko naik ke dalam kereta kencana itu dan duduk di samping Kagami — menjadikan pahanya sebagai sandaran untuk kepala Kagami.

Kuda putih itu mulai berjalan, membawa kereta kencana berisikan penciptanya serta master dari penciptanya itu menuju apartemen tempat tinggal Kagami.

Kuroko menundukkan kepalanya, mencium lembut kening Kagami.
"Kagami-kun, terima kasih… Dengan kekuatanku, aku berjanji akan melindungimu…"
"Kuharap… Kau tidak akan meninggalkanku juga… Kuharap kau tidak sama seperti mereka yang sudah membuangku…"


-'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'-


"Yang lemah tidak dibutuhkan di sini."

"Kau hanya akan memperlambat kami."

"Mengecewakan."

"Apa kau sadar bahwa kami hanya memanfaatkanmu?"

"Pergilah. Jangan pernah kembali lagi ke sini."

"Tidak akan kumaafkan."

"Kegagalanmu menunjukkan seberapa bodohnya dirimu."

"Dasar lemah."


-'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'.'-


Cahaya menyilaukan matahari pagi yang masuk dari celah jendela membangunkan Kagami dari tidur nyenyaknya.

Perlahan ia membuka matanya, dan menemukan dirinya terbaring di atas kasurnya, di kamar apartemennya.

"Mimpi…?"

Kejadian-kejadian yang dialaminya semalam diputar ulang dalam otaknya bagaikan film. Semuanya terasa begitu nyata hingga ia harus mencubit pipinya untuk memastikan bahwa ia sudah benar-benar bangun.

"Itu… Mimpi, kan?"

Akhirnya, Kagami bangkit dari tempat tidurnya dan meregangkan tubuhnya beberapa kali. Ia menyibakkan gorden dan membuka jendelanya lebar-lebar, menghirup napas dalam-dalam, menikmati hembusan angin pagi yang begitu sejuk sehabis turunnya salju.

Ia berjalan ke kamar mandinya untuk menggosok gigi, tapi…

Kagami tertegun saat melihat sosoknya di cermin.

Di pipi kanannya, terdapat sebuah lambang setengah butiran salju kecil berwarna kebiruan.

"A-Apa ini?"

Sosok dari 'mimpi'nya semalam kembali muncul dalam pikirannya.

"K-Kuroko…"

Ia menggosok lambang itu beberapa kali, mencoba membilasnya dengan air dan sabun. Tapi lambang itu tetap diam di sana, tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghilang sedikitpun.

"Itu… Bukan mimpi?"

Kagami mulai menyadari apa yang terjadi saat ia mendengar suara-suara berisik dan mencium aroma makanan dari dapur apartemennya.
Buru-buru ia berlari keluar kamar menuju dapur,

Dan ia kembali tertegun dengan sosok di hadapannya.
Kuroko Tetsuya yang memakai celemek sedang memain-mainkan peralatan masak Kagami, dengan salju-salju yang melayang-layang di sekitarnya.

"Ini… Nyata..?"

Menyadari kedatangan Kagami, Kuroko menoleh dan tersenyum manis pada Kagami.
"Ohayou, Master!"

...


'.-End of Chapter 01-.'


sekian chapter satuu~!

mind to review? segala kritik-saran diterima~ :3


ada yang tau Kuroko itu sebenarnya 'makhluk' apa? -.-