Oleh-oleh KKNM (Kurang Kerjaan Ngemil Melulu. Wkwkwkw...). Untuk dede Agin dan kedua kakaknya, yang menjadi inspirator cerita ini. Kangeeeen... Aku gak tahu apakah sense menulisku mengalami penurunan atau tidak. Tapi yang jelas aku harap kalian semua menyukainya. Enjoy!!
Disclaimer : Masashi Kishimoto
BROTHER DAY CARE
A Itachi & Sasuke's Brotherly Love
By MzProngs
--
Uchiha Itachi berjalan cepat menyusuri jalanan Konoha yang ramai siang itu. Udara musim panas yang menyengat semakin memperkuat keinginannya untuk segera sampai di rumah setelah sesi latihan melempar kunai seharian di akademi.
Makan siang, istirahat sebentar, mengerjakan pekerjaan rumah dari akademi, kemudian latihan lagi dengan Shisui… Rutinitas yang biasa… Mungkin berat untuk ukuran bocah yang bahkan belum menginjak usia belasan. Tapi bagi seorang jenius cilik seperti Itachi, tidak ada kata berat. Terlebih sekarang ada kompensasinya…
Barangkali dia bisa mencuri waktu bermain bersama adik kesayangannya—Sasuke.
"Tadaima…" seru Itachi seraya menggeser pintu depan rumahnya perlahan dan masuk. Rumahnya memang kerap kali sepi sehingga dia tidak heran ketika tidak ada yang menyahut. Lebih tepatnya, sepi kalau Sasuke sedang tidur. Kalau dia bangun, pastilah rumah hangar bingar oleh suara celotehannya. Dan jam-jam segitu memang jam tidur siang Sasuke.
Itachi sedang menaruh sandalnya ketika Uchiha Mikoto muncul sambil membawa sekeranjang pakaian kotor. "Sudah pulang, Itachi-kun?" sambutnya dengan senyum hangat. "Bagaimana di akademi?"
"Biasa saja, Kaa-san," sahut Itachi.
"Kaa-san sudah menyiapkan makan siang untukmu di ruang makan. Makan selagi supnya masih hangat ya..."
"Hn."
Tanpa disuruh dua kali, Itachi langsung melesat melewati ibunya menuju ruang makan. Panggilan perut memang tidak bisa ditunda lama-lama.
Itachi sedang setengah jalan menghabiskan makan siangnya ketika Mikoto memasuki ruang makan. Wanita muda itu mendudukkan diri di sebelah putra sulungnya dan berkata lembut, "Ita-kun, Kaa-san boleh minta tolong sesuatu padamu?"
Itachi menaikkan alisnya seraya menatap ibunya agak heran. Biasanya kalau ibunya menginginkan sesuatu darinya, dia akan langsung bilang. Tapi kali ini beda. Sepertinya apapun yang akan diminta ibunya kali ini lebih serius dari biasanya.
"Ya, Kaa-san?" sahutnya akhirnya.
"Begini, Kaa-san ada perlu keluar sebentar siang ini dan sepertinya akan sedikit lama. Bisakah kau menjaga Sasuke untuk Kaa-san?"
Itachi menatap ibunya beberapa lama, merasa tidak yakin. Selama ini dia belum pernah ditinggal berdua saja dengan adiknya, selalu ada ibu atau ayahnya yang mengawasi. Salah-salah nanti malah melukai Sasuke.
"Kaa-san jamin ini tidak lebih sulit dari belajar menggunakan bunshin. Kaa-san sudah menyiapkan botol susu dan biskuit di kamar Sasuke kalau dia bangun nanti. Kau bisa kan, Sayang?"
"Tapi bagaimana dengan latihan—"
Sebelum Itachi menyelesaikan kalimatnya, Mikoto menyela, "Tidak apa-apa. Anggap saja ini sebagai latihan. Nanti Kaa-san akan memberitahu Shisui."
"Baiklah," jawab Itachi setelah beberapa lama.
"Terimakasih, Itachi-kun..." ujar Mokoto sambil tersenyum. Wanita itu tetap di sana sampai putranya menandaskan makan siangnya. Dia mencucikan peralatan makan yang kotor sementara Itachi beranjak menuju kamarnya.
Dia sedikit berjingkat ketika melewati kamar adiknya yang letaknya tepat di sebelah kamarnya, mencoba tidak membuat suara. Tetapi kemudian dia tidak bisa menahan keinginan untuk mengintip.
Makhluk mungil itu sedang tidur melingkar di dalam boks-nya. Wajah gempalnya tampak damai dan perutnya yang agak buncit naik turun seiring dengan irama napasnya yang teratur. Itachi tersenyum. Sasuke yang sedang tidur bagi Itachi adalah makhluk paling imut yang pernah eksis di muka bumi. Setengah mati dia menahan diri untuk tidak melompat masuk dan mencubit pipi gempal adik kecilnya itu.
Itachi menoleh saat merasakan ada yang menyentuh bahunya. Ibunya sedang menunduk ke arahnya, tersenyum. Celemek yang biasa dikenakannya sudah ditanggalkan.
"Kaa-san pergi sekarang. Baik-baik di rumah, ya..." ibunya berkata lembut seraya menepuk puncak kepala Itachi. "Kalau ada apa-apa, kau bisa minta tolong Uruchi-basan."
"Baik."
Dengan anggukan terakhir, Mikoto berbalik, berjalan menuju pintu utama dan menutup pintunya perlahan.
--
Itachi sedang mengerjakan PR-nya di ruang keluarga setengah jam kemudian ketika tiba-tiba saja jendela bergeser terbuka. Pemuda kecil itu menghela napas tanpa mengangkat wajah dari bukunya.
"Kau bisa disangka maling kalau masuk dari sana, Shisui-niisan," ucapnya dingin.
Pemuda berambut gelap yang tengah nangkring di kusen jendela nyengir lebar. "Apa kau tadi menyangka aku maling, Tuan Jenius?"
"Ninja paling idiot sekalipun bisa merasakan kehadiranmu kalau cara mengendap-endapmu berisik seperti itu," masih dengan nada dingin dan masih tidak memandang kakak sepupunya itu.
Uchiha Shisui mengerucutkan bibirnya, tanda sebal. "Hei, aku lulusan terbaik di angkatanku tahu!" protesnya seraya melompat masuk. Itachi akhirnya mengangkat wajah dan melempar pandangan memangnya-aku-peduli padanya.
"Nah, Itachi, kudengar kau lompat kelas lagi, ya? Hebat sekali..." ujar Shisui setelah mengistirahatkan bokongnya di lantai tatami di sebelah sepupunya yang masih asyik berkutat dengan PR-nya.
"Biasa saja," sahut Itachi. "Berita basi. Kau ini selalu saja ketinggalan berita."
"Ya ampun. Kau ini dingin sekali sih. Setidaknya berterimakasihlah karena aku sudah memujimu hebat," kata Shisui cemberut. "Pantas saja temanmu sedikit."
Itachi hanya menghela napas menanggapi komentar sinis kakak sepupunya itu. Dia beranjak menuju lemari, mengambil setoples kue kering untuk membuat sepupunya itu diam. Shisui langsung menyambar toples yang disodorkan Itachi dan memasukkan satu kue bulat-bulat ke mulutnya.
"Afu werfemu ifuhu hadi..." kata Shisui dengan mulut penuh.
Itachi mengernyit jijik. "Telan dulu makananmu, kau menjijikkan!"
Shisui nyengir minta maaf sambil menelan makanan di mulutnya dengan susah payah sebelum berkata, "Tadi aku bertemu ibumu. Katanya hari ini latihan kita diliburkan dulu. Benarkah?"
"Ya," Itachi menyahut.
"Kenapa?"
Itachi menatap sepupunya dengan tatapan kau-ini-bawel-sekali sambil bertanya-tanya sendiri bagaimana dia bisa akrab dengan orang yang kepribadiannya bertolak belakang dengannya seperti Shisui.
Ditatap seperti itu oleh adik sepupunya lama-lama membuatnya jengah juga. "Baiklah baiklah. Kalau tidak mau jawab juga tidak apa-apa. Tapi jangan menatapku seperti itu dong. Sharinganmu bisa iritasi, tahu!"
"Melihatmu memang bisa membuat Sharingan siapa saja iritasi—jangan melempar-lempar makanan di rumahku!" Itachi menyingkirkan remah kue kering dari bukunya. Barusan Shisui melemparnya dengan kue, yang tepat mengenai keningnya.
"Ooops, tanganku tergelincir. Gomen!" pemuda itu menjulurkan lidah.
Sunyi sejenak sementara Itachi menyelesaikan lembar kesekian PR-nya dan Shisui menghabiskan setoples kue sebelum Shisui memecah keheningan. "Rumahmu ini sepi sekali sih. Seperti rumah hantu saja."
Itachi tidak menanggapi.
"Kalau ada Sasuke pasti ramai," kata Shisui lagi.
"Dia ada. Sedang tidur," sahut Itachi.
"Oh iya. Aku baru ingat Mikoto-basan tidak bawa Sasuke tadi," kata Shisui sambil berdiri.
"Eh, mau apa kau?" tanya Itachi ketika sepupunya itu berjalan keluar, ke arah kamar adiknya.
"Mau main dengan Sasuke. Kau tidak asyik diajak main, sih..."
"Hei! Jangan!"
Shisui mengabaikan Itachi. "SASUKE-CHAN! AYO MAIN DENGAN SHISUI-NIICHAN!!" katanya keras-keras.
"Kau bisa membangunkannya, bodoh!" tapi Shisui sudah keburu melesat ke kamar Sasuke. Itachi melempar pensilnya dan cepat-cepat menyusul kakak sepupunya.
Terlambat. Dalam waktu beberapa detik saja, suara tangisan Sasuke sudah menggema di seluruh penjuru rumah. Mengutuki Shisui, Itachi melesat masuk ke kamar adiknya, mendapati Shisui sedang mencoba mengangkat Sasuke dari boksnya.
"Cup cup cup. Sasuke-chan, jangan nangis dong. Ini Shisui-niichan..." bujuk Shisui setelah berhasil mengangkat Sasuke kecil yang meronta-ronta dalam gendongannya.
Itachi menghela napas. "Hah! Kau ini selalu saja membuat masalah..."
"Sasuke pinter... Sasuke cakep... Sasuke baik... Udahan dong nangisnya..." Shisui menepuk-nepuk pelan punggung Sasuke untuk membuatnya berhenti menangis. Bukannya berhenti, tangisan Sasuke malah semakin menjadi-jadi. Memekakkan telinga siapa saja yang mendengar. "Itachi, bantu aku!"
Itachi memutar bola matanya, kemudian berjalan mendekat. Sasuke yang rupanya menyadari kehadiran kakaknya, menggapai-gapaikan tangan mungilnya pada Itachi sambil terus menangis.
"Kemarikan," kata Itachi pada sepupunya. Shisui menurut, mendekat pada Itachi. Si jenius cilik itu mengangkat adiknya pada ketiaknya dan langsung saja Sasuke melingkarkan lengan ke sekeliling leher Itachi.
Shisui melotot ketika melihat Sasuke langsung berhenti menangis ketika Itachi menepuk-nepuk lembut punggungnya. "Kenapa dia cuma mau padamu?!" tuntutnya.
Itachi balas membelalakkan mata pada sepupunya. "Karena dia bisa merasakan orang yang ingin mengganggunya sepertimu," ujarnya. Seolah setuju oleh perkataan kakaknya, Sasuke mempererat pelukannya di leher Itachi sambil mengusap-usapkan wajah ke bahunya, membuat baju Itachi basah kena air mata plus liur.
Shisui mendecakkan lidahnya dengan sebal. "Aku tidak ingin mengganggunya. Hanya mau mengajaknya main..." gerutunya. Kemudian dia mendekati Itachi—Sasuke tepatnya—sambil memasang tampang memelas. "Sasuke-chan, ikut Shisui-niichan yuk. Masa tidak kangen sih?"
Sasuke memandangnya sejenak sebelum menyembunyikan wajah ke leher kakaknya.
"Sudahlah. Dia tidak mau main denganmu. Jadi menyingkir sajalah..." kata Itachi sambil berjalan mendekati lemari untuk mengambil botol susu dan kotak biskuit bayi yang sudah disiapkan ibunya. Lalu beranjak meninggalkan kamar. Shisui membuntutinya.
Mereka kembali ke ruang keluarga. Sasuke mengambil botol susu yang diulurkan Itachi setelah kakaknya itu menurunkannya di dekat meja rendah sementara Shisui mendudukkan diri di seberang meja sambil menatap Sasuke.
"Ya ampun... lucu sekali sih adikmu ini, Tachi. Taruhan, kalau dia sudah besar nanti pasti jadi rebutan gadis-gadis..." desah Shisui. "Bayangkan dia dikerubuti gadis-gadis cantik..." lanjutnya sambil senyum-senyum mesum.
"Jangan membayangkan yang tidak-tidak tentang Sasuke dan berhenti memanggilku 'Tachi'!" tukas Itachi seraya mengambil pensilnya lagi, melanjutkan mengerjakan PR-nya yang belum selesai.
Dalam sekejap, cairan putih di dalam botol di tangan Sasuke tandas. Bahkan sebelum Itachi menyelesaikan lembar kelima PR-nya. Balita itu bersendawa kecil sebelum melemparkan botolnya yang sudah kosong.
"Hee... Rakus juga kamu, ya!" komentar Shisui seraya mencondongkan tubuhnya untuk menjawil ujung hidung Sasuke, membuat anak itu mengerjap bingung, menatapnya beberapa saat dengan mata onyx-nya yang bulat lebar. "Kau mau ini, adik kecil?" Shisui mengambil kotak biskuit Sasuke, mengambil satu kemudian melambai-lambaikannya menggoda di depan si balita.
Kepala Sasuke menoleh ke kanan ke kiri mengikuti ayunan biskuit di depannya sebelum berseru, "Aaah... Aaah..." sambil mengulurkan tangan mencoba menangkap biskuit di depannya.
"Ayo.. kemari.. kemari anak manis..." kata Shisui menggoda sambil terus melambaikan biskuit di tangannya, mundur perlahan.
Sasuke yang terpancing, berdiri dengan susah payah. Dengan langkahnya yang masih belum stabil, dia berjalan mengitari meja, mengejar Shisui. Menjerit-jerit gembira. Suara Sasuke rupanya membuyarkan konsentrasi sang kakak. Itachi mengangkat wajahnya dari bukunya dan sekarang mengawasi Sasuke bermain-main dengan sepupunya. Tanpa sadar senyum tipis terbentuk di bibirnya melihat Sasuke tampak gembira mengejar (biskuit) Shisui.
Rupanya Shisui sedang sangat bersemangat mengajak Sasuke main. Pemuda itu memancingnya sampai keluar ruangan—masih dengan biskuit.
"Jangan jauh-jauh!" teriak Itachi pada sepupunya. "Kalau Sasuke tergores sedikit saja, aku bersumpah akan menancapkan kunai ke bokongmu, Shisui-niisan!"
"Tidak akan!" Shisui balas berteriak dari luar, diselingi jeritan gembira Sasuke. "Sasuke aman bersamaku!"
Menahan keinginan untuk berlari keluar dan bergabung dengan Shisui dalam permainan-entah-apa bersama Sasuke, Itachi menunduk lagi, melanjutkan mengerjakan tugas. Lebih cepat kali ini.
"Aaaargh!! Aku tertangkap!!" teriak Shisui sambil tertawa-tawa. Sasuke juga tertawa.
Tinggal satu halaman lagi dan aku bisa main dengan Sasuke juga...
"Aaaa... am... Mau dong... Aaa... Ouch! Ke mulut dong, Sasu-chan, bukan ke hidung.."
Halaman terakhir... Ah, ini mudah...
"Whiiiii... Sasu-chan terbang..." Sasuke menjerit tertawa.
Lima soal lagi...
"Jurus Fuma-Shuriken!! Hiyaaaat... Aaaah.. aku kena!!" Sasuke tertawa lagi.
Aargh sial! Soal terakhir ini agak rumit...
"Ciluuuuk... ba! Aduh! Jangan tiba-tiba memukul mukaku dong, Sasuke-chan..." Shisui memprotes sementara Sasuke tertawa-tawa.
Selesai!
Itachi menutup bukunya, melempar pensilnya dan melompat berdiri. Dia melesat keluar dan mendapati Shisui sedang menggendong Sasuke yang sedang menarik-narik rambutnya dengan gembira. Melihat kakaknya, Sasuke langsung melonjak-lonjak. Shisui menurunkannya dan balita gembil itu langsung berlari-lari menyongsong sang kakak sambil tertawa. Itachi membuka lengannya dan tak bisa menahan tawa ketika Sasuke menubruk memeluknya.
"Aaah... gila! Padahal cuma main dengan Sasuke capeknya minta ampun. Seperti latihan sparing langsung dengan Fugaku-jisan!!" kata Shisui sembari menyeka keringat di pelipisnya. Wajahnya memerah.
Itachi mengacak rambut Sasuke bangga. "Tentu saja. Kaa-san bilang, menjaga Sasuke sama dengan latihan."
"Haus nih! Minta minum ya..." tanpa menunggu jawaban Itachi, Shisui langsung melesat menuju ruang keluarga yang juga berfungsi sebagai ruang makan. Itachi mengikutinya sambil menggendong Sasuke yang rupanya belum kehabisan energi dan sekarang sudah menemukan mainan baru—rambut Itachi.
Sasuke masih asyik menarik-narik rambut Itachi ketika mereka sudah kembali ke ruang keluarga—Itachi membiarkannya saja. Paling-paling hanya mengernyit sedikit saat adiknya itu menarik rambutnya terlalu keras. Sementara itu Shisui menegak air banyak-banyak.
"Hei, Itachi. Bagaimana kalau kita bawa Sasuke jalan-jalan keluar?" usul Shisui beberapa saat kemudian. "Jam jam segini biasanya para Hyuuga sedang latihan. Ada cewek Hyuuga cantik banget yang..."
"Tidak!" sela Itachi tegas, menatap Shisui tajam. "Aku tidak akan membiarkanmu menulari adikku hobimu yang suka mengintip itu."
"Kau-sama-sekali-tidak-asyik!" Shisui manyun. "'Uchiha' dan 'Jenius' jelas kombinasi yang membuatmu jadi menyebalkan. Kau tahu?"
"Terimakasih," komentar Itachi dingin.
Shisui memutar matanya sebelum menyandarkan punggungnya ke dinding sambil menghela napas. "Bersikaplah seperti anak-anak seusiamu, Itachi. Kau ini menyeramkan sekali..." desahnya.
Itachi tidak menanggapi. Trauma yang dialaminya beberapa tahun yang lalu otomatis menghancurkan masa kecilnya, membuatnya tidak bisa bersikap sesuai usianya, melainkan lebih dingin. Lebih dewasa.
Seolah bisa mengerti apa yang sedang dirasakan kakaknya, Sasuke tiba-tiba saja berhenti menarik-narik rambutnya dan kini mengulurkan tangan memeluk lehernya. Itachi memejamkan matanya, menghirup aroma bedak bayi yang menguar dari tubuh mungil adiknya dalam-dalam. Entah mengapa sentuhan Sasuke selalu berhasil membuatnya tersenyum, membuat hatinya damai. Itachi membalas mencium pipi gempal Sasuke penuh sayang setelah adiknya itu melepaskan pelukan.
"Aaaw... manisnya..." komentar Shisui sambil tersenyum. "Tahu tidak? Kau kelihatan paling manusiawi kalau sedang bersama Sasuke."
Itachi tersenyum kecil, sementara Sasuke sudah berpaling lagi. Sekarang dia sedang mencoba memanjat meja. Selama beberapa saat, Itachi rupanya terlalu asyik mengamati kelucuan adik tersayangnya sampai-sampai tidak sadar apa yang dilakukan Sasuke sampai akhirnya Shisui berkata,
"Um... Itachi, bukankah itu buku tugasmu?"
Itachi mengerjap. "Aaaargh!! PR-ku!! Tidak!!"
Rupanya Sasuke telah meremas-remas buku tugas milik Itachi. Beberapa halamannya bahkan telah robek, tercabut dari bukunya.
Menahan tawa, Shisui mencoba membantu Itachi dalam misi-penyelamatan-buku-PR-yang-harus-dikumpulkan-besok-pagi-dari-tangan-monster-cilik-bernama-Uchiha-Sasuke. Tapi rupanya agak sulit membujuk Sasuke. Usaha mereka malah membuat balita itu meraung menangis.
"Sasuke sayang... Sasuke baik... lepaskan bukunya, ya, manis..." bujuk Shisui sementara Itachi dengan hati-hati mencoba melepaskan cengkeraman jemari mungil Sasuke pada bukunya yang sudah keriting.
Sasuke menjerit menangis sekuat tenaga sambil melemparkan buku tugas Itachi dengan marah. Kakinya menghentak-hentak meja. Itachi buru-buru menyelamatkan bukunya—sepertinya dia terpaksa harus menyerahkan PR-nya dalam keadaan keriting besok pagi—, dan segera menaruhnya dengan aman di kamar.
Setengah jalan kembali dari kamar, Itachi mendengar kakak sepupunya itu berteriak lagi, "Aaaah... Sasuke-chan! Itachi, cepat kemari!!"
Merasa ada yang tidak beres, Itachi buru-buru menuju ruang keluarga. Dan benar saja. Di atas meja, di tengah-tengah genangan air mencurigakan, Sasuke masih menangis keras.
"Astaga, Sasuke, itu bukan toilet!" seru Itachi kaget. Sasuke meraung lebih keras, ketakutan melihat kakaknya berteriak padanya.
"Aduh! Itu kan meja makan!" seru Shisui tak kalah panik. "Cepat angkat! Angkat!"
Itachi menuruti kakak sepupunya, mengangkat Sasuke yang menangis pada ketiaknya, membuat cairan menetes-netes ke lantai tatami.
"Wah, gawat. Kalau Fugaku-jisan tahu Sasuke buang air di meja makan, dia bisa ngamuk..." Shisui menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil mondar-mandir mencari lap. "Aku akan bereskan ini. Kau bersihkan Sasuke!"
Tanpa disuruh dua kali, Itachi melesat ke kamar Sasuke sementara balita itu masih menangis meraung-raung karena tak nyaman dengan celana basah. Itachi meletakkannya di meja ganti yang sudah dialasi perlak. Sasuke belum berhenti menangis, membuat kakaknya itu bingung apa yang harus dilakukannya.
Ah, rupanya seorang yang paling jenius sekalipun bisa menjadi sangat bodoh.
Limabelas menit kemudian...
"Astaga, Itachi! Kenapa belum diganti?! Sasuke bisa masuk angin, bego!!" teriak Shisui yang baru saja memasuki kamar Sasuke. Lengan kausnya digulung sampai ke siku. "Aku sudah susah-susah mengepel dan menjemur meja, kau malah bengong saja!" Shisui memarahi adik sepupunya.
"Aku tidak tahu caranya!" Itachi mengakui, agak malu.
Shisui membelalak. "Ya ampun! Kukira kau Tuan-Oh-Aku-Sungguh-Jenius-Yang-Bisa-Segala!"
"Jangan memperolokku, Nii-san!" tukas Itachi kesal. "Bagaimana sekarang?"
Shisui menggeram. "Baik. Sekarang kau rebahkan Sasuke," perintahnya.
Itachi menurut. Dia merebahkan Sasuke yang masih menangis, agak tidak tega melihat wajah bulat adiknya yang memerah dan bersimbah air mata.
"Buka celananya!"
Itachi membuka celana Sasuke. Agak sulit karena Sasuke meronta-ronta.
"Sekarang bersihkan!"
Itachi bengong. "Bersihkan apanya?"
"Apanya—'Anu'nya, tolol!" Shisui menunjuk 'anu' Sasuke.
"Bagaimana caranya?" tuntut Itachi.
"Ya ampun... Pakai tisu basah itu! Pernah melihat ibumu mengganti popok Sasuke tidak sih?!"
Wajah Itachi memerah karena sebal. Sudut bibir Shisui berkedut. Tampaknya dia sangat menikmati memarahi dan memberi perintah-perintah pada adik sepupunya yang sedingin es itu. Setengah mati dia menahan tawa ketika Itachi dengan kikuk 'membersihkan' Sasuke dengan tisu basah. Sementara itu tangisan Sasuke sudah sedikit mereda.
"Lalu apa?"
"Beri bedak bayi yang di sana!" perintah Shisui sok tahu.
"Kenapa diberi bedak segala? Bukannya langsung dipakaikan celana saja?" Itachi mengernyit.
"Supaya tidak bau, idiot! Haaah.. kau ini..." Shisui geleng-geleng kepala.
Itachi menggeram. Jelas marah karena Shisui sudah mengatainya bego, lalu tolol dan sekarang idiot. Semua orang di Konoha tahu kalau Uchiha Itachi tidak bego, tolol apalagi idiot. Cemberut, Itachi menaburkan bedak agak kelewat banyak pada Sasuke. Bubuk putih berbau harum itu tercecer mengotori lantai, menempel di bajunya yang hitam, membuatnya bersin-bersin. Sasuke tertawa melihat tampang kakaknya yang berantakan belepotan bedak. Yah, setidaknya itu membuat Itachi sedikit lega. Tapi gelak tawa di belakangnya justru membuatnya semakin gusar.
Shisui sudah tidak bisa menahan diri lagi. Pemuda itu tertawa gelak-gelak sampai terbungkuk-bungkuk.
"Puas kau menertawakanku?" geram Itachi setelah tawa Shisui mereda.
"Tahu tidak? Menyenangkan sekali melihat orang jenius bertingkah seperti orang bodoh," kekeh Shisui sambil memegangi sisi perutnya yang sakit akibat kebanyakan tertawa.
Itachi mencibir. Dia berpaling untuk mengambil celana bersih dan memakaikannya pada sang adik.
"Yah... kurasa aku mau pulang sekarang saja," Shisui berkata beberapa saat kemudian. "Kalau kesorean, Hyuuga cantik itu keburu pulang..." lanjutnya sambil nyengir. Semburat merah tipis muncul di kedua pipinya yang putih.
"Ya sudah, pergi saja sana!" usir Itachi. Tanpa berkata apa-apa lagi, Shisui melesat pergi.
Menghela napas panjang, Itachi kembali menoleh pada Sasuke—yang rupanya tengah menatapnya.
"Ada apa, Sasuke?" tanyanya.
"Aah... Aah..." Sasuke membuat gerakan tertentu, menunjuk-nunjuk mulutnya.
"Kau lapar lagi, ya?" Itachi tersenyum. "Baiklah. Bagaimana kalau aku ambilkan biskuitmu?" katanya sambil menurunkan Sasuke ke lantai. "Kau tunggu di sini, ya..." dan dia meninggalkan Sasuke di kamar dengan pintu dibiarkan terbuka sementara dia mengambil kotak biskuit Sasuke di ruang keluarga—yang untungnya sudah bersih seperti semula, meskipun tanpa meja yang tentunya masih dijemur.
"Sasuke... ini biskuitmu..." Itachi kembali ke kamar. Matanya melebar kaget ketika mendapati kamar kosong. Sasuke tidak ada! Kotak biskuit di tangannya terjatuh ke lantai.
"Sasuke?!" Dengan panik, Itachi mencari di dalam kamar, nyaris mengobrak-abrik kamar itu. "SASUKE, KAU DIMANA?!"
Itachi berteriak-teriak, memanggil-manggil nama adiknya dengan panik. Mencari di seluruh penjuru rumah dengan kalap. Dia mencari ke kamar orang tuanya, di kamarnya, di dapur, di gudang, di kamar kosong, di setiap sudut, di lemari, di taman, di kolong tempat tidur, kolong meja, di segala tempat yang terpikirkan olehnya. Sampai akhirnya dia kembali ke kamar Sasuke, terengah-engah dan nyaris menangis.
Pemuda itu menjatuhkan diri di lantai, mengutuki kebodohannya yang teledor menjaga Sasuke. Seharusnya tadi aku selalu membawa Sasuke bersamaku, rutuknya dalam hati sambil meninju lantai tatami.
Itachi terlonjak kaget ketika ada yang menepuk punggungnya keras.
"Baa!!" teriak Sasuke sambil tertawa gembira.
"SASUKE!!" Itachi terperangah. Terkejut sekaligus lega bukan kepalang melihat adiknya muncul.
"Waaa!" Sasuke berseru kaget ketika kakaknya itu tiba-tiba saja menariknya mendekat dan mendekapnya erat-erat.
"Kemana saja kau, adik bodoh?! Membuat orang cemas saja!" Itachi setengah terisak. Suaranya teredam ketika dia membenamkan wajah di rambut adiknya. Sasuke yang tidak mengerti membiarkan saja kakaknya itu memeluknya seakan sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
"Lain kali jangan menghilang tiba-tiba begitu, ya," ujar Itachi setelah melepaskan pelukannya. Dia tersenyum melihat ekspresi bingung adiknya. Kemudian dia menyentuhkan dua jarinya di kening Sasuke. "Kamu... ingin main petak umpet dengan Nii-san, ya?"
Sasuke mengosok-gosok tempat yang disentuh Itachi sambil menatap kakaknya dengan ekspresi bingung.
"Masih mau biskuitnya?" tanyanya sambil mengambil kotak biskuit yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berlutut dan mengambil satu. Pemuda cilik itu tersenyum ketika Sasuke mengambil biskuit itu dari tangannya dan mengulumnya.
Itachi terus menatap Sasuke selama beberapa saat sambil tersenyum. Meresapi setiap rasa sayang yang dia rasakan terhadap adiknya itu. Perasaan yang mengalir deras di setiap aliran darahnya, yang selalu menghangatkannya hatinya, selalu membuatnya merasa berharga, dibutuhkan, disayangi.
Sasuke yang menyadari tatapan kakaknya, menurunkan biskuit dari mulutnya. "Tachi... Niichan..." ucapnya terbata sambil nyengir. Entah mengapa dia tidak merasa keberatan Sasuke memanggilnya seperti itu. Justru dia merasa senang.
"Sasuke-chan..." balasnya.
Kemudian Sasuke mengalihkan pandangannya ke biskuit di tangannya. Dia memecah biskuit bulat itu menjadi dua, membuat remah-remah berjatuhan ke bagian depan pakaiannya. "Aaa..." Sasuke membuka mulutnya lebar-lebar seraya menyuapkan potongan biskuit di tangan kanannya ke mulut sang kakak.
Itachi tertawa kecil sebelum membuka mulutnya, menerima suapan adiknya. Sasuke bertepuk tangan sambil tertawa gembira, menyebabkan potongan biskuit di tangan satunya terjatuh ke lantai. Itachi mengambilkannya yang baru.
"Kita makan biskuit sampai kenyang ya, Sasuke..."
Sasuke tertawa lagi.
--
Langit sudah gelap ketika wanita berambut hitam itu berlari-lari kecil memasuki kediaman Uchiha. Ekspresi wajahnya cemas.
"Ya ampun... aku kemalaman. Itachi dan Sasuke bagaimana ya?" Uchiha Mikoto bertanya-tanya sendiri mencemaskan kedua belahan jiwanya.
Rumah sunyi. Wanita itu terkejut melihat meja makan berada di luar. Lebih terkejut lagi melihat keadaan dalam rumahnya agak berantakan—pintu-pintu kamar dan lemari terbuka, jejak putih berbau bedak, remah-remah makanan berserakan di segala penjuru.
"Itachi... Sasuke..." Mikoto memanggil-manggil kedua putranya. Dia mengikuti jejak bedak di lantai menuju kamar putra bungsunya. Pintu itu sedikit terbuka...
Wanita itu membukanya perlahan dan mata hitam yang diwariskannya pada Sasuke itu melembut tatkala dilihatnya kedua buah hatinya tertidur dengan damai dalam boks Sasuke. Itachi bergelung dengan sebelah tangan memeluk adiknya sementara Sasuke meringkuk rapat di dada Itachi, tangan mungilnya mencengkeram erat bagian depan kaus hitam kakaknya yang memutih kena bedak. Mulut keduanya belepotan remah biskuit.
Mikoto meletakkan tangannya di depan dada sambil tersenyum lembut. Hatinya terasa hangat melihat pemandangan itu. Dia bersyukur. Amat sangat bersyukur.
Kami-sama... Terimakasih telah memberiku dua malaikat kecil yang manis ini...
Dia menunduk di atas boks, menyelimuti dan mengecup lembut kedua malaikatnya yang sedang tertidur dengan segenap kasih sayangnya. "Ssshh..." bisiknya ketika Itachi bergerak dalam tidurnya, tapi tidak terbangun.
Tidak melepaskan pandangan dari kedua putranya, Mikoto meninggalkan kamar. Menutup pintunya perlahan.
FIN
Aaw... so sweet... wkwkwk.. dikepruks
Entah mengapa aku membayangkan Agin, balita satu tahun anak teteh yang punya pondokan waktu KKNM, waktu menulis tentang chibi-Sasuke. Kyaaa!! Aku suka anak kecil! Imutnyaaaa...
Er... anggep aja boks Sasuke itu cukup besar dan kuat untuk dua orang ya...
Kemana gerangan Uchiha Fugaku? Anggap saja dia sedang ada misi di tempat nun jauh di ujung dunia. Hehehe...
Ditunggu reviewnya ya, teman-teman...
