..

Setelah kulewati hari-hari menyesakkan.

Aku telah berubah, berubah menjadi orang yang berbeda.

Aku bukanlah orang yang menyedihkan lagi.

.

Aku sangat menikmati kehidupanku sekarang.

Kehidupan tanpa rasa sakit yang mendalam

Kehidupan yang susah payah aku wujudkan.

Akhirnya aku meraihnya.

.

Namun karena suatu permohonan yang 'tidak' dapat kutolak.

Aku akan menghadapi ketakutan terbesarku.

Pertemuan yang tidak pernah kupikirkan akan terjadi.

Apakah ini adalah.. takdir?

Mengapa takdir kejam sekali?

..


Story of My Life ©IkuyoFujikage

Disclaimer – Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi

but, All OC is mine.

"Kisah ini adalah mengenai diriku dan dirinya."


Page 1 – Unexpected thing.


OC POV

.

Pagi yang cerah...

Sinar mentari di pagi yang cerah ini menembus jendela kamarku dan menelusuri seluruh isi kamarku. Seolah memaksaku untuk terbangun dari mimpi indah ini. Perlahan aku mulai membuka kedua kelopak mataku. Hal yang selalu ku lihat saat aku terbangun adalah langit kamarku. Aku sangat menyukainya, langit kamarku berwarna biru cerah dan biru adalah warna yang sangat kusukai. Perlahan aku pun bangkit dari ranjangku dan mengusap-usap kedua mataku.

"Hmm.. Jam berapa sekarang?" keluhku sambil berusaha melihat jam di dinding kamarku.

Waktu sudah menunjukan 07.45 pagi. Dengan enggan aku bangkit dari tempat tidurku. Seperti biasa, aku akan menuju kamar mandi lalu membasuh diriku. Setelah selesai, aku segera memakai pakaianku dan merapikan penampilanku. Hari ini aku akan mengenakan kemeja berwarna abu-abu yang dipadukan dengan rok hitam serta blazer berwarna hitam. Kemudian aku mengikat rambutku. Setelah itu pasti aku akan membuat bekal untuk sarapan dan bekerja nanti. Yap, hari ini aku harus bekerja.

Oh ya, Perkenalkan namaku Kanzaki Sumire. Umur ku 23 tahun. Aku tinggal sendirian di Jepang. Ayahku berada di Australia dan mengawasi perusahaannya disana, sedangkan ibuku sudah meninggal saat aku berumur 4 tahun. Aku juga merupakan anak tunggal di keluarga ini. Awalnya ayahku tidak setuju jika aku tinggal sendirian dan bekerja disini. Ayahku kerap menawarkanku untuk bekerja diperusahaanya, namun aku terus menolak ajakan ayahku. Aku ingin hidup mandiri dan tidak merepotkan ayahku. Bahkan aku dan dirinya sempat bertengkar karena hal ini. Namun ia menyerah.

Sebelum ayahku pergi ke Australia, ia membelikan ku sebuah rumah yang tidak terlalu besar tepatnya rumah yang aku tempati sekarang ini. Aku memperoleh rumah ini saat aku berumur 17 tahun saat aku lulus SMA. Memang awalnya benar-benar susah untuk tinggal seorang diri disini, namun lama kelamaan aku sudah terbiasa dan bahkan senang untuk tinggal sendirian. Rumah yang tidak terlalu besar ini didominasi dengan warna biru cerah, serta dengan furniture yang sederhana. Sebenarnya ayahku sudah membelikan berbagai furniture mewah untuk rumah yang kutinggali ini, namun kutolak. Aku tidak terlalu menyukai hal-hal mewah.

Ah.. hampir saja aku lupa.

Setelah bersiap-siap aku segera menuju dapurku. Mari kita lihat apa yang ada di dalam kulkas ini...

"Hmm... Ada banyak telur disini, mungkin aku bisa membuat Omelette."

Setelah itu, aku mengambil bahan-bahan yang diperlukan dikulkas dan mempersiapkan bekal serta sarapanku. 20 menit kemudian hidangan Omelette sudah siap di meja makanku. Aku juga menaruhnya ke kotak bekalku. Tanpa basa-basi aku langsung mengambil peralatan makan di dapurku dan aku segera mengambil sesuap Omeletteku.

"Itadakimasu." Satu suapan, hmm.. tidak buruk juga. Setelah sarapan, aku segera membawa piringku menuju dapur dan membersihkannya. Lalu aku menuju ruang tamu dan mengambil dokumen pekerjaanku. Aku kembali melihat jam tanganku. Jarum jam menunjuk angka 9 pagi, saatnya untuk berangkat kerja.

Aku sendiri bekerja di suatu perusahaan desain pakaian bernama Style-V. Suatu perusahaan yang cukup terkenal dengan pakaiannya yang simple dan elegant. Aku sendiri sudah bekerja disini selama 2 tahun. Aku juga merupakan lulusan dari bidang ini. Aku sudah suka mendesain pakaian saat SMA dulu, jadi aku sudah menguasai berbagai teknik dalam pekerjaan ini. Selain itu jarak rumahku dengan perusahaan ini juga tidak terlalu jauh. Biasanya aku akan sampai dengan mobil kurang lebih hanya 30 menit. Jadi aku merasa sangat cocok dengan pekerjaan ini.

"Bekal sudah siap, dokumen sudah, hmm.. Saatnya untuk berangkat." gumamku.

Aku segera mengambil kunci mobilku dan keluar dari kediamanku. Aku tak lupa untuk mengunci pintu rumahku. Aku pun menuju mobilku lalu menaikinya, dan menyalakan mobilku. Setelah itu aku segera berangkat menuju perusahaanku.

.

Setelah sampai dikantorku. Aku segera memarkirkan mobilku dan pergi menuju lobby perusahaan ini. Tempat kerjaku masih terlihat sepi, hanya terlihat beberapa Cleaning Service yang sedang membersihkan lobby perusahaan ini. Ada juga pegawai-pegawai biasa yang berlalu lalang dan beberapa desainer yang berlalu-lalang. Aku pun berjalan menuju lift dan menekan tombol naik. Setelah beberapa saat, pintu lift terbuka dan tidak ada orang didalamnya.

"Sudah jam 10 masih sepi, mereka semua mungkin malas untuk bekerja.." gumamku.

Aku menekan tombol menuju lantai 20. Aku bekerja di lantai 20, tempat yang didominasi oleh junior-junior ku.

.

TING!

.

Huaaah! Suara apa itu?! Aku panik sendiri(?).

"Huuh.. Suara lift ternyata." kataku. Aku sering terkejut akan hal seperti ini. Mungkin aku terlalu parno?#Abaikan. Ternyata aku sudah sampai di lantai 20, aku pun berjalan menuju tempat kerjaku.

"Ohayou Kanzaki-san." Seorang pegawai menyapaku. Aku pun membalas sapaannya.

"Ohayou, semoga harimu menyenangkan." Aku pun berjalan melalui pegawai itu. Sampai juga di meja kerjaku. Aku segera menaruh segala barang yang kubawa dan duduk dikursiku. Lalu aku didatangi wanita bersurai hitam dengan senyumnya . Tak lupa suara familiar yang tak asing lagi di pendengaranku.

"Ohayou Sumire-chan~" sapa wanita tersebut sambil melambai dan tersenyum kearahku.

"Ohayou, Morishima-san." jawabku.

"Sudah kubilang jangan terlalu formal denganku Sumire-chan." katanya sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Tapi–"

"Panggil aku Yuuka-chan." perintahnya.

"Y-yuuka-chan. Seperti ini hm?" ucapku.

Aku jarang sekali memanggil orang lain dengan nama depan atau panggilan mereka. Aku tidak terbiasa dengan hal ini.

"Ha'i seperti itu Sumire-chan~" kata wanita tersebut. Wanita tersebut terlihat sangat senang dan memelukku dari belakang.

"Morishi- Yuuka-chan, bisakah kau lepaskan pelukanmu itu? Lebih baik kau segera menghubungi klien kita yang berada di Singapura." perintahku.

"Huuft, ha'i akan aku laksanakan Sumire-chan." jawab wanita tersebut lalu meninggalkan meja kerjaku. Namun langkahnya terhenti dan memalingkan pandangannya kearahku. Aku pun menatapnya kembali, kenapa tatapannya terasa serius sekali?

"Hahaha, jangan menatapku seperti itu. Aku hanya ingin bertanya emm.. sebentar." katanya. Ia segera mengambil sebuah kertas dan kembali berjalan menuju meja kerjaku. Ia memperlihatkan sebuah desain dress mini dengan warna pink cerah.

"Bagaimana menurutmu? Apa ini melenceng dari tema perusahaan kita?" tanyanya.

"Hmm.. tidak, menurutku ini mungkin bisa menjadi inspirasi baru bagi perusahaan kita." jelasku.

"Hontou ni? Aku senang sekali mendengarnya. Ahh, apakah kau ingin kubuatkan secangkir teh?" tanyanya.

"Tidak, terima kasih. Aku ingin melanjutkan pekerjaanku, lebih baik kau juga melanjutkan pekerjaanmu Yuuka-chan." jawabku sambil tersenyum ringan.

"Mou~ Ha'i. Semoga harimu menyenangkan ~" ucapnya sambil bersiul riang.

Lalu wanita tersebut kembali menuju meja kerjanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman singkat. Wanita yang tadi berbicara denganku adalah Morishima Yuuka. Dia adalah seniorku dan orang yang membimbingku saat aku baru bekerja di perusahaan ini. Dia juga adalah teman pertamaku di perusahaan ini walaupun umurnya 2 tahun lebih tua dariku. Aku benar-benar menghormati dirinya dan kadang menganggapnya seperti kakakku sendiri. Dan ia benar-benar cerewet. Lalu aku kembali bekerja seperti biasa, menggambar desain baru untuk perusahaan ini serta mengajari junior-junior ku. Kadang pekerjaan ini membuatku lelah dan aku sering kehabisan ide untuk desain pakaian-pakaian ku.

.

Waktu istirahat kerja pun tiba. Aku menghela nafas dan melihat pemandangan didepanku. Meja yang berisi hasil gambar-gambarku serta tumpukan 5 map file yang belum kukerjakan. Aku terlalu asik menggambar rupanya sampai lupa untuk mengurus file ini. Mungkin akan kuurus sekarang, lagipula aku juga belum lapar. Aku pun segera membereskan sampah-sampah yang ada dimejaku dan membuangnya ke tempat sampah terdekat. Saat sedang membuang sampah, aku berpapasan dengan Morishima. Ia mengajakku untuk makan siang bersama. Pertama aku ingin menolaknya, tetapi kurasa lebih baik aku makan sebelum kelaparan nanti. Kemudian kami segera turun menuju lobby perusahaan kami dan menuju sebuah cafe kecil di seberang perusahaan kami. Saat sampai, hanya Morishima yang memesan. Aku membawa bekalku sendiri. Sambil menunggu pesanan Morishima, kami berbincang-bincang mengenai pekerjaan kami. Aku juga menjelaskan bagian-bagian yang Morishima harus kerjakan.

"Sumimasen, satu hot cappucino dan satu rice bowl. Apakah ada yang ingin anda pesan lagi, nona?" tanya seorang waiters kepada kami.

"Tidak ada, terima kasih." jawab Morishima. Lalu waiters itu membungkuk dan meninggalkan kami, aku pun segera membuka bekal ku dan mulai mengambil sesuap Omelette buatanku.

"Itadakimasu." kataku.

"Itadakimasu, nyam~" katanya. Sambil memakan makan siang kami kembali melanjutkan perbincangan kami tadi.

"Nee Sumire-chan, apa saat ini kau menyukai seseorang?" Tiba-tiba Morishima mengalihkan pembicaraan kami.

"Eughk!" Aku tersedak saat mendengar pertanyaan Morishima. Jarang sekali orang bertanya mengenai hal ini kepadaku.

"Sumire-chan?! Kau baik-baik saja?! Sumire-chaaan!" tanyanya sambil menguncangkan tubuhku. Aku ingin tertawa jadinya.

"Aku baik-baik saja, tenanglah." jawabku sambil tertawa kecil.

"Aku bertanya hal yang tidak penting, gomen.." ujarnya dengan raut menyesal. Aku terdiam sejenak.

"Daijobu ne, ah.. Mengapa kau menanyakannya?" tanyaku.

"Aku hanya penasaran saja. Siapakah pria beruntung yang disukai oleh Sumire-chan?" Kupikir Morishima sedang membayangkan pria itu sekarang.

"Aku pikir dirimu benar-benar hebat! Kau baru berumur 23 tahun dan sudah mencapai posisi Wakil Direktur. Aku pikir pasti banyak sekali laki-laki yang tertarik kepada dirimu. Tapi siapa pria beruntung yang menarik perhatianmu? Maa, aku benar-benar iri padamu Sumire-chan.." sambungnya.

Harus kuakui, posisiku diperusahaan ini adalah Vice president. Walaupun itu merupakan jabatan yang lumayan tinggi, aku tidak ingin membesar-besarkannya. Lagipula aku mendapatkan posisi ini karena berhasil menyukseskan pameran Style-V tiga bulan lalu. Berbagai desainku laris dipesan oleh berbagai perusahaan besar dalam waktu singkat. Saat itu aku langsung di promosikan menjadi Wakil Direktur sekaligus Kepala Desainer di perusahaan ini.

"Sebenarnya dulu aku menyukai seseorang." ujarku.

"Heeeh?! Siapakah dia? Nee, katakan padaku Sumire-chan!" Morishima terlihat antusias dengan pernyataanku. Aku mulai merasa jika cafe ini menjadi ricuh karena perbincangan kami.

"Ah.. sayangnya aku tidak menyukainya lagi. Ia hanyalah pria dimasa laluku." jelasku. Aku melihat raut kecewa Morishima. Tapi hal ini benar. Aku tidak berbohong. Morishima hanya memasang raut cemberut.

"Maa, lebih baik kita membicarakan hal lain saja. Oke? Senyumlah Yuuka-chan." Aku pun menghiburnya sembari mencubit kedua pipinya.

"Baiklah.." ucapnya sambil tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dan melanjutkan makan siangku.

...

Pagi itu aku hanya menatap jendela kelasku. Aku hanya menatap pria itu. Aku merasa sangat senang karena bisa menatapnya saat ia berolahraga. Ia sangat mengagumkan. Namun ketika aku mengingat sahabatku. Hatiku merasa tidak nyaman. Apalagi ketika ia dengan senangnya bercerita mengenai pria itu. Ia benar-benar menyukai pria itu bukan?

...

"Maafkan aku! Aku tidak "

"Apa yang kau bicarakan Sumire-chan?" Kepingan peristiwa itu terlihat memudar dari penglihatanku. Saat ini hanya ada Morishima di hadapanku. Bukan orang itu.

"Bukan apa-apa! Maafkan aku, Tidak ada Yuuka-chan." jelasku. Apa yang aku pikirkan? Aku mencubit pipiku sendiri.

'Mengapa ingatanku akan hal ini kembali? Ah ini pasti karena Yuuka-chan bertanya mengenai orang yang kusukai. Ini hanya masa lalu Sumire.. Tenanglah.. semuanya sudah kulewati dengan sempurna.' batinku.

"Baiklah. Jam istirahat kita sudah hampir selesai. Bagaimana jika kita kembali sekarang?" ucapnya. Untung saja ia tidak terlalu memikirkannya, syukurlah.

.

Ada hal yang tidak ingin kuingat kembali.

Peristiwa terpilu dalam kehidupanku.

Peristiwa yang harus kukubur selama sisa hidupku

.

Aku dan Morishima pun segera bergegas meninggalkan cafe kecil itu. Baru saja kami ingin melangkah keluar, aku merasa ada getaran didalam saku blazerku. Kurasa ada panggilan untukku.

"Ah tunggu sebentar, aku mengangkat teleponku dulu." kataku.

Morishima pun mengangguk. Aku segera membuka layar smartphoneku. Tertera nama sang penelepon yaitu "Ayah". Ayah? Tumben sekali ia meneleponku. Aku pun segera mengangkatnya.

"Moshi-moshi, ada apa ayah?" tanyaku.

"Apakah saya berbicara dengan Kanzaki Sumire?" Ini bukan ayahku. Apakah terjadi sesuatu? Aku mulai cemas dan perasaanku mulai tidak enak.

"Iya, dengan saya sendiri. Siapa ini?" tanyaku.

"Saya adalah sekertaris Kanzaki Kaoru. Begini..–"

..

"NANI?!" tanpa kusadari aku berteriak. Pengunjung cafe langsung melihatku dengan tatapan "apa".

"Gomen nasai.." pintaku sambil menundukan badan. Akhirnya pengunjung cafe tersebut kembali melanjutkan aktivitas mereka.

"Ada apa Sumire-chan?" tanya wanita diseberangku dengan nada khawatir. Hening. Aku tidak bisa berkata apa-apa.

"Ini tidak mungkin.. Ayah.."

"Mukamu pucat. Doushite, Sumire-chan? " tanyanya lagi.

"Ayahku tengah dirawat dirumah sakit, aku akan segera menjenguknya. Tolong sampaikan ke Direktur jika aku akan pergi untuk beberapa hari ini." pesanku.

"Nani?! Baiklah, akan kusampaikan pesanmu. Cepatlah pergi Sumire-chan!" jawabnya.

"Aku pergi." kataku.

Ash! Aku benar-benar panik sekarang. Aku segera pergi menuju tempat parkir dan pulang kerumahku untuk mengemasi barang-barangku. Aku merasa trauma akan hal ini. Ini mengingatkanku ketika ibuku jatuh pingsan dan dilarikan kerumah sakit. Aku tidak ingin hal ini terjadi kembali pada Ayahku. Aku langsung menuju bandara dan segera membeli tiket pesawat menuju Australia.

.

8 jam kemudian aku sampai di bandara Australia. Aku langsung menuju rumah sakit tempat ayahku dirawat. Saat sampai aku langsung bertanya kepada suster dimana ayahku dirawat. Suster itu kemudian memberitahuku dimana ayahku dirawat. Aku pun langsung pergi ke ruang rawat ayahku. Tanpa kusadari aku berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Namun aku tidak peduli, aku tidak ingin kehilangan ayahku seperti aku kehilangan ibuku. Dan sampailah aku, didepan ruang rawat ayahku. Perlahan aku mengeser pintu kamar tersebut dan aku melihat ayahku tergulai lemas. Sambil menarik nafas perlahan aku mendekati kasur ayahku.

"Ayah.." panggilku. Ayahku pun membuka matanya dan menatapku.

"Ah.. Sumire.." jawabnya dengan suara yang sangat lemah disertai dengan senyuman lemas.

"Apa yang ayah lakukan?! Aku sudah bilang jangan bekerja terlalu keras." Ayahku selalu bekerja keras. Aku selalu menasehatinya. Namun tetap saja ia tidak mendengarkanku. Ia benar-benar keras kepala. Aku sangat sedih melihat keadaannya sekarang.

"Ayah tidak apa-apa. Tenanglah.." ujarnya. Aku pun mengambil kursi dan duduk didekatnya.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu.." ucapku dengan nada lirih.

"Sudahlah.." Ayahku tersenyum lemah kepadaku. Mengapa keadaannya mirip sekali saat ibu dirawat di rumah sakit? Ketakutan mulai menghantuiku sekarang.

"Bagaimana keadaanmu sekarang ayah?" tanyaku sambil menenangkan diriku sendiri. Aku harus tenang.

"Masih terasa sangat lelah..." ujarnya.

"Istirahatlah ayah, aku sudah mengambil cuti untuk beberapa hari ini. Jadi, aku akan menemani mu." jelasku. Aku mengenggam tangan ayahku dengan erat.

"Sumire." panggil ayahku. Aku melihat keseriusan di kedua matanya.

"Nani desu ka?" jawabku.

"Ayah ingin membicarakan sesuatu denganmu." tanyanya. Aku hanya mengangguk.

"Apa itu ayah?" tanyaku.

"Sumire.. Ayah ingin kau tinggal dikediaman keluarga Akashi." ujarnya.

Eh? Aku terdiam sejenak. Apa yang ayahku katakan?

"Aapa? Apa yang ayah katakan?"

"Ayah ingin kau tinggal dikediaman keluarga Akashi."

Aku kembali mencerna perkataan ayahku dan..

"NANI?!"

Suara teriakanku membuat burung-burung di luar jendela kamar berterbangan dan ketakutan(?)

.

.

TBC.

Page 2 The first meeting.

Pria itu.

Pria bersurai merah scarlet dengan iris heterochomianya.

"Apakah anda Kanzaki Sumire?"

"Kita sampai ojou-sama."

"Siapa kau."

Akashi Seijuurou?!

Apa-apaan dengan sikapnya itu?!


A/N

Ini adalah cerita pertama Ikuyo~. Maaf jika ada kata-kata yang tidak dimengerti atau ceritanya ngga bagus #hiks. Then.. kalo mungkin ada cerita yang alurnya sama kayak cerita ikuyoo, saya minta maaf juga. Ini cuman hasil imajinasi saya saja. Di page satu ini belum ada Akashi, gomen. Sang protagonist pria utama akan dihadirkan di page kedua ^^

Terima kasih buat yang bersedia membaca(kalo ada), baik yang punya account di fanfiction maupun para Silent Reader. Saya sudah senang sekali kalo ada yang mau baca :3. Dimohon kritiknya minna-san~. Silahkan beradu kata di Review box yaa!

See you in next page

Regards,

IkuyoFujikage


Note : Untuk page 1 ini ada beberapa hal yang diubah dari segi penulisan dan cerita yang disampaikan. Namun buat yang udah baca cerita ini duluan, tidak apa-apa. Karena saya hanya memperjelas cerita ini saja. Tidak ada perubahan cerita yang sangat menonjol atau melenceng untuk page kedepannya. Intinya sama aja wkwkw#plak. Jika ada yang tidak berkenan akan perubahan ini silahkan PM saya. Sekian dan terima kasih.