Ini adalah cerita AU dari MaiHiME/otome. Shiznat. Two short shots, may be.
Panggilan terakhir untuk penumpang kereta yang ditumpangi Shizuru. Kemacetan di jalan depan stasiun membuat penumpang harus setengah berlari menuju kereta yang akan segera berangkat. Shizuru menyesap teh di gelas kertas, memandang barisan penumpang yang sedang menaiki kereta dari jendelanya. Dia sendiri sudah duduk dengan posisi yang nyaman, menghabiskan sedikit demi sedikit teh favoritnya. Tempat duduk di sebelahnya masih kosong, Shizuru berharap tidak akan ada orang yang duduk di sana mengingat perjalanannya masih di hari kerja.
Perkiraan Shizuru benar, penumpang sepi, tempat duduk lengang di mana-mana. Merapatkan jaket, dia tengah membiasakan diri dengan udara dingin dalam kereta. Shizuru menutup mata, baru 10 menit kereta berjalan, tapi benaknya sudah membayangkan senyum seseorang yang akan dia temui di kota pemberhentian terakhir kereta ini. Shizuru memfokuskan diri pada sorot mata orang yang dia bayangkan, selain rindu dia juga berusaha melawan rasa mual. Banyak kendaraan memberi sensasi tak menyenangkan di kepala dan perut Shizuru, terutama bila dia menikmati pemandangan dari kaca samping kendaraan yang dia naiki.
Neurolog langganan Shizuru bilang itu hanya sedikit efek samping dari kecerdasan Shizuru, dia menjadi peka terhadap perubahan apapun di sekelilingnya. Perubahan secara visual contohnya, dan dokter tersebut menyarankan Shizuru melihat ke kaca depan kendaraan dan menghindari kaca samping. Shizuru kesulitan mempraktekkannya di kereta.
Perubahan. Apa yang kira-kira berubah dari Natsuki, ya? Batin Shizuru
Dua tahun lalu, Shizuru memutuskan untuk kuliah di kota yang berjarak empat ratus sekian kilometer dari Natsuki, meninggalkan Natsuki dan kebimbangannya. Beberapa saat setelah hari kelulusan Shizuru, sebelum dia mengikuti tes masuk mahasiswa baru, Natsuki memberi jawaban terhadap pernyataan cintanya. Natsuki mengatakan bahwa ia tak memiliki perasaan yang sama. Ia menyayangi Shizuru sebagai sahabat terbaiknya, menghancurkan hati Shizuru berkeping-keping dan menghentikan harapan Shizuru selama hampir dua tahun. Berkali-kali Shizuru menyesali telah mengungkapkan perasaannya, dan karena merasa tak sanggup terus berinteraksi hanya sebagai sahabat dengan Natsuki, Shizuru memilih mencerabut paksa kehadiran Natsuki di kehidupannya. Dia menjauh pergi untuk menenangkan diri dan berusaha menjadikan Natsuki hanya sebagai sahabat. Dia punya cita-cita dan universitasnya kini adalah yang terbaik di bidang yang diinginkan Shizuru.
Pikiran Shizuru beralih pada rasa mual yang masih mengganggunya. Dia berusaha mengalihkannya kembali pada kelanjutan ingatan dua tahun yang lalu.
Dua tahun lalu Shizuru juga menggunakan kereta malam untuk pindah dari kota tempat dia bersekolah SMA ke kota tempat bersekolahnya sekarang. Shizuru merasa langit mendadak mendung saat kereta penjemputnya tiba di stasiun. Tiupan peluit menandai kedatangan berton-ton besi yang mengguncang-guncang tanah pijakan. Shizuru naik ke keretanya setelah panggilan terakhir dikumandangkan, menikmati saat-saat bersama Natsuki yang mungkin untuk terakhir kali di tahun itu. Shizuru tak punya rencana untuk kembali ke kota itu sampai tahun depan, saat ulang tahun Natsuki. Dia berdiri dan melambaikan tangan pada Natsuki untuk sekian kali di pintu kereta, sampai pintu kereta tertutup, tiba-tiba merasa dibutakan oleh kesedihan yang berusaha dia pendam. Kereta berjalan perlahan mulanya, seperti airmata Shizuru.
Shizuru berterima kasih dalam hati kepada kereta malam saat itu, dia duduk sendiri dan menangis sepuasnya sampai pagi tanpa banyak orang yang memperhatikan.
Shizuru juga menggunakan kereta malam untuk mengunjungi keluarganya di tanah kelahirannya. Akhirnya dia menikmati perjalanan-perjalanannya dengan kereta malam, dengan privasi yang diberikan oleh rasa kantuk penumpang lain, Shizuru menikmati pemandangan malam kota-kota yang dilewati keretanya. Lengang, silih berganti, kadang disinari lampu kekuningan sehingga tercipta gambar seperti foto lama dalam frame.
Perjalanan ribuan kilometer yang telah dilewati Shizuru bersama kereta malam-lah yang juga membuatnya kembali tersenyum. Senyum yang datang dari lubuk hati. Kesedihan pasca patah hatinya terobati. Tidak seketika, tapi lukanya perlahan menjadi jaringan parut yang warnanya memucat. Shizuru merasakannya di sela-sela suara Natsuki di telepon, rasa terjaganya terhadap panggilan dari Natsuki perlahan memudar. Keingintahuannya terhadap kisah sehari-hari Natsuki menjadi terlupakan oleh rutinitas sebagai mahasiswa. Orang-orang baru dan janjinya terhadap diri sendiri untuk membuka diri terhadap lingkungan baru memberinya obat tambahan yang bersinergi baik dengan keinginannya sembuh dari sakit cinta terhadap Natsuki. Meski kadang muncul rindu yang sekonyong-konyong, tak bisa dia cegah.
Dua tahun sudah dan lusa adalah hari kelulusan Natsuki.
Bohong bila Shizuru sudah sama sekali tak merasakan debaran di dadanya terhadap sesuatu yang berkaitan dengan Natsuki. Perempuan berambut gelap itu adalah cinta pertama Shizuru. Shizuru teringat pada malam-malam di mana dia sulit memejamkan mata, pikirannya selalu tentang Natsuki. Teringat bagaimana kemudian dia sesali keputusannya pergi dari sisi Natsuki begitu saja. Ego Shizuru yang besar tak bisa menerima kenyataan bahwa Natsuki menolaknya begitu saja. Harapan dalam hatinya adalah Natsuki merasa kehilangan dia, bahwa kepergiannya memberi bekas yang permanen di hati Natsuki seperti apa yang dia rasakan terhadap Natsuki. Nantinya dia sadari, di antara mereka Natsuki-lah yang paling terluka. Di antara mereka, Natsuki-lah yang melesat dewasa.
Terlepas dari betapa gila perasaannya dulu pada Natsuki, Shizuru menjadi orang yang lebih bijak kini. Kontrol dirinya yang semenjak dulu memang baik, menjadi lebih baik lagi. Namun saat Natsuki mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menjadi mahasiswa baru di universitas Shizuru, harapan itu muncul kembali di hatinya. Harapan untuk membawa kisah yang berbeda di kesempatan ke dua, walaupun itu cuma harapan dan kesempatan dari diri Shizuru sendiri. Intuisi Shizuru biasanya tepat, dan dia was-was bila kali ini adalah satu dari sedikit yang meleset.
Lagi pula ada Takeda.
Takeda, seperti Shizuru, mengejar-kejar Natsuki mulai kelas 2 SMA. Bedanya, Takeda terang-terangan sedangkan Shizuru hanya bisa menyamarkan keinginannya. Hadirlah dia sebagai salah satu teman Natsuki yang kemudian menjadi sahabat terbaiknya. Berulang kali Shizuru harus menahan diri saat dia melihat Takeda berusaha meluluhkan hati Natsuki, Shizuru tertolong oleh sikap acuh tak acuh Natsuki terhadap Takeda saat mereka masih bersekolah bersama dulu. Kini Takeda di tahun kedua universitas yang sama dengan sekolah SMA mereka, kans Takeda selama dua tahun lalu lebih terbuka lebar dari pada Shizuru yang berbeda kota. Shizuru bukannya tak memikirkan hal itu, tapi dia sungguh bertekad untuk melepaskan Natsuki. Sekarang, memikirkan apa yang telah terjadi antara Natsuki dengan Takeda kembali memberi Shizuru sensasi yang tidak menyenangkan.
Mungkin dia terlalu banyak berharap. Shizuru menarik napas, berusaha mengendalikan perasaannya yang tiba-tiba kembali meluap terhadap Natsuki. Terlalu berharap sering memberi dampak merugikan. Shizuru maklum mengenai kenyataan bahwa cinta pertama tertinggal selamanya. Ke mana pun Shizuru melangkah, ada bagian dari dirinya yang membawa Natsuki turut serta. Bagian dari dirinya yang mencintai Natsuki. Tapi Shizuru tak bisa memaafkan diri sendiri mengenai harapan-harapan baru yang mendadak lahir menyambut berita "dia dan Natsuki akan satu kota lagi" yang belum tentu pasti.
Shizuru menghela napas seakan beban di hatinya akan larut bersama udara yang keluar dari paru-parunya.
Demi menghindari pikirannya yang semakin sulit dia kontrol, Shizuru membuka laptopnya. Ada beberapa tugas mata kuliah yang harus dia selesaikan dan dia tak mau waktu bersama Natsuki berkurang hanya karena dia mendadak kesulitan membagi waktu. Karena banyak melamun, tandas Shizuru pada diri sendiri. Dia menghadiahi senyuman untuk kekonyolan pikirannya, lalu menghabiskan sisa perjalanan kereta untuk mengerjakan tugas.
P.S.: happy birthday Fujino Shizuru
