I'm Happy

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Pastinya "SasuSaku" XP

Rated : T

Dedicated for Kang Mas Neji Ganteng dan Raffa Part II

Warning : Ooc! Abal, ancur, gak jelas, EYD jelek, dll.

Don't like? Don't read!

.

.

"Tadaima."

Suara baritone menggema di setiap sudut ruang tamu sebuah rumah kediaman Uchiha. Pemuda tadi melepas sepatunya dan masuk ke dalam ruang tamunya. Hening. Alis pemuda raven itu terangkat sebelah. Kemana istri pink-nya yang selalu menyambut kepulangannya itu? Biasanya, setiap pemuda itu pulang dari misi yang diberi oleh sang hokage bodoh, istrinya akan heboh sendiri. Berlari ke arahnya dan memberinya senyuman hangat, memeluknya, mengucapkan selamat datang, dan bahkan memberinya kecupan kecil. Tapi.. kenapa, sekarang istrinya itu tidak muncul di hadapannya?

Pemuda tadi menelusuri setiap ruangan rumah itu, istrinya tidak ada. Apakah istrinya itu diberi misi oleh hokage pirang a.k.a Naruto? Pemuda itu beranjak memasuki dapur, mencari-cari sebuah benda, tapi sayang, benda itu tak ada. Sebuah memo. Jika Sakura, istrinya, diberi misi mendadak, pasti ia meninggalkan memo yang selalu diletakkan di meja makan. Tapi, sekarang, tak ada memo. Ke manakah gerangan istri pink-nya itu?

~~~0~~~

"Waahhh! Selamat Pig!" Ino, wanita yang dipanggil 'Pig' tadi hanya melongo meminta penjelasan pada sahabatnya yang tiba-tiba mengucapkan selamat padanya itu.

"Selamat? Untuk apa?" tanyanya heran. Sakura, sahabatnya itu, hanya tersenyum padanya dengan mata berbinar cerah.

"Kau akan jadi ibu!" teriaknya girang, Ino melongo sesaat dan kemudian mata aquamarinenya membelalak lebar.

"Se-serius? Kau serius jidat?" tanyanya antusias. Dia memekik kegirangan ketika melihat Sakura mengangguk dengan mantap. Matanya mulai berkaca-kaca, akhirnya, pernikahannya membuahkan hasil. Ia sangat terharu, tanpa sadar, wanita berambut pucat itu mengelus lembut perutnya yang masih rata.

"Akhirnya, kau menjadi istri yang sempurna untuk Sai, Pig." Sakura tersenyum senang pada Ino. Ino terisak pelan dan memeluk Sakura, Sakura balas memeluk Ino.

Kriieeett..

Kedua wanita itu sontak menoleh mendengar suara pintu terbuka. Sai. Pemuda itu tampak heran melihat mereka berpelukan. Namun sedetik kemudian, ia mengembangkan senyum palsunya.

"Hai," sapanya pada Sakura dan Ino. Ino tersenyum melihatnya dan melepas pelukannya dari Sakura. Wanita pirang pucat itu melangkah ke arah Sai dan langsung memeluk pemuda tanpa ekspresi tersebut, membuat Sai tambah heran dengan perilaku Ino yang tidak biasanya.

"Kau kenapa? Kata Genma, kau pingsan tadi dan langsung dibawa ke sini." Ino melepas pelukannya dan menatap mata onyx Sai.

"Aku.." Ino tak dapat melanjutkan kata-katanya, karena langsung terisak lagi, Sai yang tidak tahu apa-apa menatap Sakura yang tersenyum padanya.

"Dia mengandung Sai," kata Sakura saat mata onyx Sai meminta penjelasan padanya. Sai mematung tanpa ekspresi. Sakura yang melihat itu heran dengan tingkah lakunya. Seharusnya ia senang, bukannya mematung seperti itu!

"Ino hamil Sai." Sakura berkata lagi dengan kalimat yang mengandung makna yang sama dengan kalimat sebelumnya. Sai tetap berdiri mematung dengan ekspresi yang sama seperti tadi, tampak tak berbahagia.

"Hey! Kau kenapa Sai? Kau tidak senang?" tanya Sakura mulai kesal dengan tingkah laku mayat hidup-eh.. maksudnya Sai itu. Sai melepas pelukannya dari Ino dan menatap dalam bola mata aquamarine yang juga terlihat heran dengan tingkah suaminya itu.

"Kenapa bisa?" Sakura melongo mendengar pertanyaan aneh yang dilontarkan Sai. 'Kenapa bisa?' tentu saja bisa kalau ia dan Ino sudah melakukan hubungan intim!

"Maksudku.. kenapa bisa kau tega Ino?" kedua wanita itu tambah heran dengan pertanyaan Sai.

"Apa maksudmu Sai?" tanya Ino.

"Anak siapa itu?" pertanyaan terakhir sukses membuat Sakura sweatdrop. Dasar Sai bodoh!

"Tentu saja anakmu! Kau pikir anak siapa?" Ino memutar bola matanya jengkel.

"Benarkah?" mata Sai menyipit. Seakan menyelidiki raut wajah istrinya yang tampak amat sangat heran.

"Aku pernah membaca buku tentang pernikahan di perpustakaan Konoha. Di buku itu tertera bahwa, jika seorang istri berlari ke arah suaminya dengan menangis tersedu-sedu dan bilang bahwa aku hamil dan meminta maaf pada suaminya tersebut, berarti dia selingkuh. Anak yang dikandungnya bukan anak dari suaminya, makanya, ia menangis. Persis seperti yang kau lakukan sekarang." Sakura dan Ino melongo mendengar kata demi kata yang dilontarkan Sai. Setelah mencerna perkataan Sai, Ino menjadi kesal sendiri.

"Cih! dasar bodoh! Ini bukan tangis karena sedih Sai, tapi aku terharu…!" Ino meninggalkan ruangan itu dengan kekesalan yang amat sangat. Sai hanya menatap kepergian Ino dengan raut wajah heran. Seharusnya dia yang marah, kenapa sekarang Ino yang marah?

"Dasar bodoh! Cepat susul Ino! Anak yang dikandung itu anakmu bodoh!" suruh Sakura pada Sai yang masih mematung.

"Tapi-"

"Cepat susul dan hibur dia! Emosi tak baik bagi kandungan!" Sai pun mengangguk dan melangkah menyusul Ino. Sakura menghela nafas melihat kepergian Sai. Wanita bermahkota pink itu menatap keluar jendela. Menatap langit biru serta burung-burung yang terbang sambil berkicau ria. Ino sudah hamil, hasil pernikahannya, Sakura mendesah sedih. Padahal, yang duluan menikah itu dia, bukan Ino. Setelah pulang ke Konoha, Sasuke langsung melamarnya. Dan ia pun menerimanya. Ino baru menikah dengan Sai setahun setelah Sasuke dan Sakura menikah, tapi, ia duluan yang dikaruniai seorang anak. Sedangkan dia? Sakura mengusap perut ratanya dengan pelan. Kapan dia hamil? Batinnya bertanya. Sudah tiga tahun pernikahannya, dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda dia akan hamil. Sakura kembali mendesah sedih, andai saja dia sudah hamil, andai saja dia bisa mewujudkan keinginan Sasuke untuk membangun kembali klan Uchiha, andai saja ia bisa membahagiakan Sasuke, andai saja…

~~~0~~~

Sasuke merebahkan dirinya di sofa ruang tamu kediaman Uchiha. Ia mengerang frustasi. Ke mana istrinya itu? Sudah berjam-jam ia menunggu. Memangnya istrinya tidak rindu padanya yang sudah sebulan tidak bertemu karena Sasuke mendapatkan misi ke Iwagakure? Sasuke melangkah menuju dapur, hendak mengambil sebotol air mineral. Mungkin air mineral dingin bisa menghilangkan sedikit kerinduannya pada Sakura, baru Sasuke ingin menumpahkan air mineral itu ke dalam gelas, terdengar suara pintu terbuka dari ruang tamunya.

"Sasuke-kun?" Sakura terlihat terkejut melihat kepulangan suaminya itu.

"Kau dari mana saja?" tanya Sasuke dengan nada datar.

"Rumah sakit. Tadi Ino pingsan," katanya. Sasuke melangkah menuju Sakura dan langsung memeluk wanita itu. Inilah momen yang Sakura suka, Sasuke menjadi manja begini bukan tanpa alasan. Sakura tahu bahwa Sasuke merindukannya. Memang, Sasuke tidak pernah mengucapkannya dengan kata-kata, tapi dari gerakan tubuh, Sakura sudah mengerti.

"Aku merindukanmu, Sasuke-kun,"kata Sakura. Sasuke makin mengeratkan pelukannya. Menyesap aroma cherry yang menguar dalam tubuh Sakura. Sakura tampak mengingat sesuatu dan melepas pelukannya dari Sasuke, Sasuke hanya menatap Sakura dengan kesal. Tapi Sakura tak menggubrisnya.

"Kau tahu Sasuke-kun?" tanyanya. Sasuke masih menatapnya kesal.

"Ino tadi pingsan,"

"Kau sudah mengatakannya." Potong Sasuke. Kali ini Sakura yang menatap Sasuke kesal.

"Dengar dulu!" perintahnya. "Ino pingsan dan di bawa ke rumah sakit, tapi setelah diperiksa, ternyata-"

"Dia baik-baik saja," potong Sasuke, Sakura menatap tajam suaminya itu dan kembali melanjutkan kata-katanya.

"Ternyata dia hamil Sasuke-kun!" pekiknya berlebihan. Sasuke hanya diam, tidak memberi respon apapun.

"Lalu?" Nah! Akhirnya dia merespon.

"Lalu? Lalu aku juga ingin hamil Sasuke-kuuunn!" rajuknya manja, Sasuke hanya menatap datar tingkah Sakura.

"Sakura, masalah hamil atau tidak, itu kami-sama yang menentukan," kata Sasuke.

"Aku tahu! Tapi mulai sekarang, aku akan rutin memeriksa tubuhku di dokter kandungan, siapa tahu aku hamil!" Sasuke hanya memutar bola mata onyx-nya mendengar perkataan Sakura. "Terserah kau saja," ujarnya malas dan berlalu meninggalkan Sakura.

~~~0~~~

"Bagaimana?" tanya Sasuke berbasa-basi pada Sakura ketika Sakura pulang dari dokter kandungan. Tapi tanpa ditanyapun, Sasuke sudah tahu jawabannya saat melihat wajah cemberut Sakura.

"Sudah kuduga," ucapnya cuek dan kemudian membaca korannya lagi.

"Kau jahat! Kau mau punya anak tidak sih?" Sakura memukul-mukul pelan tubuh kekar suaminya itu. Sasuke hanya menghindar dari pukulan pelan namun mematikan dari istrinya itu.

"Iya.. aku mau, tapi bukan begini caranya." Sasuke menangkap kedua tangan Sakura dan meletakkannya di atas pangkuannya.

"Arrgghh! Kau bohong!" tuding Sakura berusaha melepaskan tangannya.

"Aku tidak bohong."

"Bohong!"

"Hn. Terserah." Sakura menatap suaminya itu dengan wajah cemberut.

"Huuhh.. kau tidak bisa diajak kompromi, Sasuke-kun," ucap Sakura.

"Hn." Sakura semakin kesal melihat tingkah Sasuke yang sekarang cuek padanya.

"Arrgghh! Kau menyebalkan!" Sakura beranjak dari sofa tempatnya duduk tadi dan berlalu menuju kamarnya dengan raut wajah cemberut.

~~~0~~~

Seminggu telah berlalu, dan kunoichi pink milik si ketua anbu a.k.a Sasuke itu membuktikan ucapannya. Wanita itu mengunjungi dokter kandungan setiap hari, dan pulang dengan raut wajah kecewa. Berlusin-lusin tes pack pun ia beli. Sasuke yang pertama kali melihat benda itu, membuang semua tes pack Sakura dan langsung mendapatkan amukan keras dari istrinya itu. Setiap hendak buang air kecil, Sakura pasti membawa tes pack tersebut dan Sasuke lagi-lagi melihat wajah sedih dan cemberut istrinya itu saat ia keluar dari kamar mandi.

.

.

"Tadaima~" ucap Sakura lesu seraya melepas sandal yang ia pakai.

"Hn. Okaeri." Sambut sebuah suara dari dalam rumah.

"Hn. Bagaimana?" tanya Sasuke pada Sakura dengan nada sedikit mengejek. Sakura menggelengkan kepalanya sambil memasang wajah cemberut. Wanita kunoichi pink itu duduk di samping suaminya yang sedang menonton televisi itu.

"Aku sudah bilang, jangan dipaksakan." Sasuke menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamunya.

"Tapi aku.." ucapan Sakura dipotong oleh Sasuke.

"Ini cobaan Sakura," kata Sasuke seraya memutar tubuhnya untuk menghadap Sakura. Ia menggenggam lembut tangan istrinya itu.

"Tapi aku..hiks.." Sakura tidak dapat melanjutkan ucapannya, air matanya jatuh membasahi pipinya yang ranum itu. Sasuke yang melihatnya menjadi panik, Sakura memang selalu pulang dengan wajah sedih, tapi baru kali ini ia menangis.

"H-hey.. kenapa kau menangis?" panik Sasuke dan refleks menghapus air mata Sakura.

"Aku.. aku hanya ingin membuatmu bahagia Sasuke-kun.. hiks.. kau bilang, ingin mengembalikan klanmu 'kan? Hiks.. itu adalah cara membuatmu bahagia, itulah .. tapi, aku tidak kunjung hamil.. aku ini istri yang tidak berguna untukmu..hiks.." Sasuke terdiam mendengar perkataan Sakura.

"Ino… seandainya dulu kau memilihnya, mungkin sekarang ia telah mengandung anakmu..hiks.. atau Karin, ia pasti juga telah mengandung anakmu.. hiks.. tidak seperti aku, bagaimana kalau aku mandul? Bagaimana kalau aku tak bisa membahagiakanmu? hiks.. bagaimana kalau-" ucapan Sakura terhenti ketika merasakan sesuatu yang lembab dan lembut menyentuh bibirnya. Sasuke menciumnya! Sakura semakin menangis dibuatnya, namun lama-kelamaan, ia menutup matanya, merasakan bibir Sasuke yang begitu lembut.

Sasuke melepas ciumannya dan menatap Sakura dengan lembut.

"Sekali lagi kau bilang kau tak berguna, aku akan marah." Sasuke menatap tajam mata emerald Sakura. Dan kemudian berubah kembali menjadi tatapan lembut.

"Sakura.. kau bilang aku tak bahagia, aku bahagia Sakura.." Sakura terlihat kaget mendengar ucapan Sasuke.

"Aku bahagia bersamamu, aku bahagia saat kau menerima lamaranku, aku bahagia berada di sisimu sekarang, aku bahagia saat melihatmu menyambutku pulang dari misi, menyediakanku segelas kopi hangat saat aku lelah, merawatku saat aku sakit, menungguku pulang dari misi, aku bahagia.. aku bahagia mengingat pendamping hidupku sekarang adalah kau.." air mata Sakura kembali jatuh mendengar kata-kata Sasuke yang mengatakan bahwa ia bahagia bersama dengannya.

"B-benarkah?" tanya Sakura tak percaya.

"Ya, mana mungkin aku bohong, aku kesal saat aku sedang libur dari misi, kau malah pergi ke dokter kandungan, kesempatan kita bersama jadi semakin sempit." Sakura tersenyum senang mendengarnya, ternyata.. Sasuke sangat menyayanginya! Bukannya menikahinya hanya karena misinya untuk membangkitkan klan Uchiha, tapi menikahinya karena Sasuke benar-benar menyayanginya! Wajah Sakura merona saat Sasuke menempelkan dahinya di dahi pemuda itu.

"Bahagia itu sederhana sayang, melihatmu tersenyum juga sudah membuatku bahagia.. asal kau selalu ada di sampingku. Aku memang menginginkan anak, tapi kalau memang belum saatnya, aku akan berusaha bersabar," kata Sasuke dan kembali mencium Sakura.

"Sasuke-kun.."

"…"

"Arigatou Sasuke-kun.. arigatou.. hiks.. Aishiteru.."

Dan Sakura sekarang sadar, ia memang menginginkan seorang bayi, tapi.. rasa bahagianya berada di samping Sasuke sekarang mengalahkan keinginnannya untuk mempunyai bayi.

.

Bahagia itu sederhana,

.

Bukan begitu, Uchiha Sakura?

.

.

The End

Kyaaa! Apa ini! Apa ini! Apakah ini pantas disebut sebagai sebuah fanfic?

Yah, maklum yah minna, aku gak bakat banget buat oneshoot! Apalagi multichap!

Fic ini buat meramaikan event Banjir TomatCherry!

Hehe.. aku masih newbie tapi udah berani gabung di event ini!

Okey, sejelek-jeleknya fic seseorang, terutama saya, pasti review sangat dibutuhkan,

Oke, last words,

REVIEW PLEASEEEE!

Hany-chan DHA E3