Seorang wanita berambut cokelat susu meletakkan cangkir berisi kopi kepada kedua orang yang duduk di hadapannya. Keduanya menunduk pertanda terima kasih sementara sang wanita mengangguk dan mengambil duduk di hadapan mereka.
"Suamiku lupa kalau hari ini kalian datang untuk mewawancara dia. Padahal sejak kemarin ia memamerkannya kepada teman-temannya bahwa ia akan di wawancara oleh salah satu majalah olahraga terkenal di Jepang, Numbers." Wanita itu berkomentar dengan santai dan tamu di hadapannya tertawa kecil.
"Tidak masalah kok, Aida-san. Kalau begitu, sambil menunggu suami Anda pulang, apa tidak masalah bahwa kami mewawancarai Anda terlebih dahulu? Aku bisa meminta editorku untuk memasukkan hasil wawancara Anda ke dalam kolom suami Anda." Ujar pria di hadapannya yang menggunakan ID card dengan nama 'Seto Takuma' sambil nyengir. "Kau sendiri terkenal di lingkaran olahraga lho, Aida Riko-san."
Wanita tersebut hanya tertawa ketika mendengarnya. "Kalian terlalu meninggikan diriku. Sudah lama aku juga tidak mendengar nama gadisku yang dipanggil." Ujarnya.
"Kalau begitu Aida-san, bagaimana Anda dan suami Anda bertemu?" tanya Seto.
Answer Me, Seirin.
Chapter 1 : Prologue
Disclaimer : I do not own Kuroko no Basket
Wanita itu memperbaiki posisi duduknya lalu mulai berbicara, "Aku bertemu dengan suamiku di SMA. Sewaktu itu kami semua merupakan anggota klub basket SMA Seirin, suamiku adalah salah satu pemain dan aku adalah pelatih mereka." Riko terdiam sejenak sambil memainkan gelas kopi miliknya, "Aneh kan ya? Seharusnya pelajar perempuan menjadi manajer klub olahraga tapi di saat aku kelas 1 SMA mereka berbondong-bondong mendatangi kelasku dan memintaku menjadi pelatih mereka."
"Putri dari Aida Kagetora memang beda, ya." Ucap Seto sambil tersenyum. "Kalau begitu bagaimana kalau Anda menceritakan tentang perjuangan SMA Seirin di interhigh saat tahun pertama mungkin? Saya dengar kalau SMA Seirin memulai semua benar-benar dari awal."
Bibir Riko membentuk sebuah senyuman sebelum mulai bercerita mengenai perjalanan klub basket SMA Seirin sejak awal pertamanya dibuat. Wanita itu mulai bercerita mengenai empat pemuda yang ingin membuat klub basket di SMA baru tersebut, bagaimana mereka berusaha mempersuasi salah satu teman mereka yang pada saat itu membenci olahraga basket untuk bergabung dengan klub basket kembali karena menyadari kecintaannya terhadap olahraga tersebut. Riko sempat berhenti untuk menarik napas sejenak ketika ia mulai bercerita mengenai insiden yang menimpa salah satu pemainnya. Insiden tersebut mengambil tempat ketika melawan SMA Kirisaki-Daichi yang mana mencederai salah satu pemain berharga Seirin.
Wanita tersebut terdiam kembali untuk menarik napas, "Dua puluh tahun sudah hampir berlalu tetapi aku masih ingin memukul wajah Hanamiya Makoto kalau bertemu dengannya."
"Sebenarnya salah satu reporter kami berkata bahwa ia sabar selama mewawancarai Hanamiya Makoto. Pada akhirnya banyak sekali perkataan-perkataan yang diubah menjadi parafrase karena banyak kata-kata yang tidak sesuai dengan konten majalah kami." Keluh teman Seto, sang kameraman, kartu ID yang berada pada lehernya menunjukkan nama 'Higashio Shuji'.
Sang reporter yang duduk di sebelah kameraman menyunggingkan senyum seakan-akan menyetujuinya, sebelum mengalihkan atensinya kembali kepada wanita di hadapannya, "Kalau boleh saya bercerita, saya masih duduk di bangku SD.. Sekitar kelas 5 atau 6 sewaktu sekolah Anda ikut dalam pertandingan Interhigh pertama kalinya. Salah seorang teman saya memiliki kakak yang merupakan pemain basket dan mengikuti seluruh pertandingan SMA di Tokyo. Saat itu, saya merupakan pemain dalam liga kecil baseball tetapi saya mengagumi apa yang diceritakan oleh teman saya mengenai SMA Anda dan prestasi-prestasinya."
Sang kameraman juga membuka mulut, "Saya juga! Teman sekelas saya yang bermain basket juga bercerita mengenai SMA Anda. Walaupun Anda mengalami kekalahan di tahun pertama Anda dan Interhigh saat di tahun kedua, klub basket Anda bisa menjadi juara pertama di ajang Winter Cup di tahun yang sama! Belum lagi klub basket SMA Seirin berhasil mengalahkan seluruh pemain legendaris di dunia basket SMA waktu itu, Generation of Miracles, nama SMA Seirin bahkan terdengar sampai lingkaran olahraga lain lho." Ucap Higashio dengan bersemangat.
Riko tersenyum kembali sambil mengingat perjalanan klub basket SMA Seirin tiba-tiba menjadi dramatis setelah kedatangan duo pemain kelas satu, satu adalah pemain keenam yang juga menyandang titel Generation of Miracles sementara yang satunya lagi merupakan pemuda yang baru kembali dari Los Angeles dan selama hidup di negara tersebut menghabiskan sehari-harinya memainkan olahraga tersebut. Riko menahan untuk tidak tertawa ketika reaksi para pemain SMA Seirin yang seperti pasrah mengenai alur yang akan mereka jalani pada awal-awal tersebut; pada awal mereka bertemu dengan Kise Ryota, salah satu pemain Generation of Miracles yang bersekolah di SMA Kaijo lalu berlanjut ke Midorima Shintarou dari SMA Shuutoku kemudian Aomine Daiki dan Momoi Satsuki dari SMA Toou yang mengalahkan mereka di pertandingan Interhigh.
"Aku ingat betapa pahitnya kekalahan dan rasa ketidakberdayaan ketika menonton tim-ku diluluhlantakkan pada saat itu." Wanita itu menyunggingkan senyum pahit sambil meminum kopi di tangannya dan lanjut bercerita, "Akan tetapi, kalau saja tim-ku tidak dikalahkan saat itu, mungkin mereka tidak akan berkembang pesat sampai saat ini."
Setelah berkata demikian, Riko kembali melanjutkan bercerita mengenai klub basket SMA Seirin pasca kekalahan mereka Interhigh dan melanjutkan ceritanya ke training camp serta kembalinya salah core player Seirin. Riko juga langsung berlanjut cerita ke babak penyisihan Winter Cup sampai ke bagaimana mereka mengalahkan SMA Toou dengan bersemangat. Seto menyunggingkan senyum lebar ketika mendengar cerita-cerita yang diceritakan dengan bersemangat oleh wanita bersurai cokelat susu itu.
"Anda sepertinya sangat membanggakan tim basket SMA Seirin, terutama suami Anda ya, Aida-san." Komentar Seto yang membuat Riko tersenyum malu sambil menutupi mulutnya dengan tangannya. Wanita itu kemudian meminum kopi di tangannya lalu membenarkan posisi duduknya.
"Tentu saja aku membanggakan Seirin, mereka semua adalah masa mudaku. Ah, aku juga wajar kan membanggakan suamiku? Dari dahulu, ia merupakan salah satu pemain core untuk tim Seirin dan sampai sekarangpun juga demikian. Istri mana yang tidak bangga." Ucap Riko sambil tertawa, yang mana Seto dan Higashio mengangguk setuju.
Riko lanjut bercerita mengenai pertandingan-pertandingan penentuan juara Winter Cup yang berlangsung 20 tahun yang lalu. Ia bercerita bagaimana alur pertandingan dan apa-apa saja yang terjadi pada setiap pertandingan. Tidak terlalu detail tetapi cukup membuat Seto dan Higashio, yang tidak menonton pertandingan tersebut, mengantisipasi apa yang akan terjadi. Kedua reporter tersebut beberapa kali tampak menahan napas saat Riko menceritakan mengenai apa saja yang terjadi dalam pertandingan Seirin dengan Murasakibara Atsushi dari SMA Yosen serta Akashi Seijuuro dari SMA Rakuzan yang apabila sesuai dengan deskripsi Riko, terdengar saat kuat.
Wanita itu lalu bergerak ke pinggiran sofa dan meraih pigura yang terletak di meja sebelah. Riko lalu menatapnya sambil tersenyum. Seto dan Higashio tidak perlu bertanya mengenai perasaan apa yang dirasakan wanita itu ketika tim mereka memenangkan gelar nasional 20 tahun silam, ekspresi mantan pelatih SMA Seirin itu sudah tergambarkan dengan jelas ketika ia menatap pigura tersebut. Dari sirat mata wanita itu sendiri sudah menyiratkan kebahagiaan, nostalgia serta perasaan lain yang tercampur aduk. Riko menyunggingkan senyum kembali sebelum memperlihatkan pigura di tangannya kepada kedua reporter tersebut.
"Hampir semua temanku dan teman suamiku mengatakan bahwa putraku merupakan jiplakan dariku. Tetapi, kalau kalian melihat foto suamiku disini dan foto putraku yang ini, ia malah mirip dengan suamiku bukan?" komentar Riko sambil memperlihatkan foto seorang anak laki-laki yang ia simpan di ponselnya.
"Ooh! Aku seperti melihat suamimu di wajah putramu!" balas Seto seraya mengangguk, diikuti oleh Higashio yang mengangguk juga.
"Kalau saja Izuki-kun tidak menunjukkannya kepadaku, aku tidak akan tahu." Ucap Riko sambil tertawa dan menyandarkan badannya kembali ke sofa masih menatap foto yang berada dalam pigura di tangannya.
"Kalau melihat suamiku dalam foto di pigura ini... Kadang aku masih tidak percaya pada akhirnya akan menikahinya." Lanjut wanita itu kembali. Setelah Riko berkata demikian, suara pintu depan terbuka, mengalihkan perhatian dari ketiga orang dalam ruangan tersebut. Riko meminta izin untuk keluar dari ruangan untuk menghampiri pendatang baru.
"Kan sudah aku bilang dari kemarin kalau kamu memiliki janji dengan reporter Numbers hari ini. Kamu bahkan sampai memamerkannya kepada teman-teman lain. Kenapa kamu sendiri bisa sampai lupa sih?" kedua reporter tersebut sempat mendengar ucapan sang istri. Selain suara sang istri, mereka juga mendengar suara seorang anak kecil.
"Tetapi, aku ingin menjemput Renren dari sekolah.." jawab suara seorang pria. Kedua reporter di ruangan sebelah langsung mengenali suara tersebut, suara yang dimiliki oleh pria yang menjadi narasumber mereka.
"Kau bisa menjemputnya lain waktu kan, aish. Sudah sana masuk! Mereka menunggumu terlalu lama, aku malah menghabiskan waktu mereka." Suara Riko terdengar kembali, membalas perkataan pria tersebut.
"Aku ganti baju terlebih dahulu. Aku juga ingin menidurkan Renren. Selama perjalanan pulang, ia terlihat sangat mengantuk." Balas sang pria. Kemudian wanita tersebut kembali ke dalam ruangan dan duduk di sofa.
"Sebentar lagi kalian bisa mewawancarai suamiku setelah ia membuat putra bungsuku tertidur." Ucap Riko seraya meraih cangkir kopi di yang ia sedari letakkan di meja sebelah sofa dan meminumnya.
"Kalau begitu, Aida-san. Apakah boleh kami bertanya mengenai bagaimana Anda dan suami Anda akhirnya berpacaran lalu menikah? Dalam cerita tadi tidak Anda jelaskan, hanya beberapa kali dimana suami Anda membuat Anda bangga. Itu kalau Anda tidak keberatan." Tanya Seto yang membuat wanita di hadapannya tersenyum kembali.
hehe saya kembali ke fandom masa muda saya :") Udah hampir 5 tahunan nyungsep dan membuat saya bertahan di dunia sports genre (dan belum keluar sampai sekarang btw)
yak selamat datang di Reply series AU untuk kurobas! Untuk yang tidak tahu, Reply series adalah drama korea yang heartwarming dan santai tetapi memiliki thrill sendiri yang membuat teman-teman saya terpecah belah menjadi dua kubu yang kuat. Ya, benar. Thrill menebak suami si lead chara nya siapa. Kalau masih liburan dan perlu tontonan seperti saya, dianjurkan banget kok buat di cek. Hati-hati kecanduan. Kayak saya.
Rencananya fanfic ini akan berjalan sekitar 3 chapter, semi-canon dan main di aged up characters. Kedua hal terakhir itu adalah sesuatu yang saya senangi dalam dunia fanfiksi ini btw. Oke gapenting, semoga saya bisa menyelesaikan serial ini ya hehe
