Yap ini fanfic ke.. sekian saya (lupa dengan fanficnya sendiri), untuk kali ini OC saya A.K.A author sendiri *coret* yaitu Ren pengin tampil nih~ sekali – sekali boleh dong~ hehe, tapi bagi yang ngga suka OC boleh kok klik tombol close alltabsnya langsung *dzig*.

Declaimer : Semua yang ada disini kecuali OC dan jalan cerita bukan punya saya.

Summary : Diceritakan ada gadis bernama Ren yang sebenarnya begitu pendiam dan pemalu di sekolahnya namun 'sifatnya' itu justru di katakan cool oleh teman – temannya, tapi.. sifatnya berubah drastic saat dia berada di kamarnya atau saat dia menyendiri. Suatu hari terjadi sesuatu padanya saat terjatuh dari lantai dua yaitu dari kamarnya sendiri, apa yang sebenarnya terjadi padanya? …

CHAPTER 1

Mentari pagi bersinar dengan cerahnya, angin pagi sejuk berhembus dengan lembutnya, diiringi kicauan burung yang bernyanyi merdu, tapi… *doong…* masih saja terbaring malas se'onggok' tubh seorang gadis dengan rambut acak – acakan dan dengan posisi tidur yang 'semrawut'.

Jam weker sudah berulang kali berteriak dari bawah bantalnya, namun semua usahaya sia – sia, dia masih tertidur dengan pulasnya. Alarm mekanik sudah tak mempan nah… kini alarm alami yang bertenaga 'super' mulai melakukan tugas yang sebenarnya sudah menjadi tanggung jawab alarm sebelumnya. Dengan suara yang membahana seperti salon dual.. tidak bahkan triple atau berpuluh – puluh speaker meraung dengan 'indahnya' dari sudut dapur memenuhi seisi ruang – ruang rumah. "REENN… BANGUNN…!" suara yang demikian 'power'nya sukses membangunkan sang beruang hibernasi, bahkan hibernasi di daerah tropis. Si anak yang bernama Ren berhasil terjun bebas dari ranjangnya, berterima kasihlah pada jam weker alami.

Denagn pajama yang kusut dan wajah dan juga rambut yang awut – awutan, dia berlari terhuyung – huyung turun dari kamarnya dan memenuhi panggilan dari suara induknya. Di meja sudah ada adik laki – lakinya yang tengah duduk dengan manis, dengan segelas susu segar hangat di tangannya, ekspresinya biasa – biasa saja, seperti sudah mengerti scenario pagi yang memang sudah biasa terjadi. "Selamat pagi" Ren langsung duduk dengan santainya tanpa melihat kearah jam yang sudah geram dengan kebiasaannya. "Kamu ini! Sudah jam berapa sekarang?!" sang ibu tengah sibuknya meniapkan ini dan itu. Mata Ren dengan malasnya melirik kearah jam. "Uwa! Aku telat!" katanya dengan terburu – buru ia berlaru kesana kemari karena panik. Satu helaan nafas panjang terdengar dari kedua orang yang selalu melewati pagi yang selalu sama.

Hari –hari di sekolahnya tak jauh berbeda dengan kehidupannya dirumah, mulai dari gerbang sampai ke dalam kelasnya yang ia temui hanya pandangan dan teriakan histeris dari teman – temannya, bahkan ia sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada teman – temannya atau pada dirinya sendiri yang terlihat ada suatu nilai prestige di mata teman – temannya, bahkan disekolahnya ada sebuah grup yang terbentuk untuk 'melindungi' si Ice Princess sebutan para murid padanya yang bahkan bukan atas kehendaknya sendiri, gank itu bersifat sangat tertutup seolah –olah sebagai bodyguard baginya.

Namun suasana hari ini ada yang berbeda dikelasnya. Sekelompok anak laki – laki tengah membicarakan sesuatu yang sepertinya menarik, diam – diam Ren mendekati mereka dari belakang lalu berjungkat sedikit dan terlihat sesuatu olehnya. "Dynasty.. Warriors8?" suaranya yang tengah mengeja mengejutkan mereka yang langsung membelalakan mata dan rona merah yang perlahan muncul di pipi mereka. Perasaan aneh menyarankannya untuk segera beranjak dari kumpulan para otaku game itu, namun rasa penasaran yang tinggi membuatnya tak mau melangkahkan kakinya untuk pergi sebelum dia tahu benda apa itu. Dengan senyum dan ramah tamahnya ia mencoba untuk berkomunikasi dengan mereka "Kalau boleh tau~.. itu apa ya?", namun senyum manisnya malah membuat mereka semakin membisu dan memerah. Salah satu dari mereka mencoba menjawabnya walau sedikit terbata – bata. "I..ini game". "Oh.. begitu?.. boleh aku lihat – lihat~?" katanya masih dengan ramah, seorang anak dengan tangan gemetar menyodorkan box DVD itu padanya, Ren menerimanya dengan santai dan tak sengaaja jemarinya menyentuh jari anak itu yang membuatnya pingsan di tempat, sedangkan Ren masih saja memperhatikan box itu dan tak menyadari yang ada tepat dihadapannya.

Ren POV

"Dynasty Warriors8..?" gumamku pelan, kuperhatikan sampul depan yang menampilkan beberapa character player yang menurutku terbilang lumayan, walaupun aku bukan fanatic tapi aku cukup bisa menilai tampilan character game. Aku masih tak mengerti mengapa mereka heboh sekali dengan game ini, kubalik ke sampul belakang dan membaca beberapa kalimat yang berbahasa Inggris. "Jadi game ini tentang sejarah Cina kuno? Tapi kenapa sampai seheboh ini? … aku penasaran" kataku dalam hati. Ku balik lagi ke sampul depan dan menemukan sesuatu, ya sesuatu.., aku melihat ada salah satu character yang menarik perhatianku, memakai kostum berwarna merah dan.. hitam manis. Uh?! Apa sih yang aku pikirkan?! Aku ini gadis normal! Dan bukan pecinta makhluk 2D seperti mereka! Kugeleng – gelengkan kepla untuk menyadarkanku dan langsung kukembalkan DVD box itu "Ini…" kataku dingin sambil beranjak pergi.

Jam pelajaran sekolahpun usai, yang berhasil ku isi dengan lamunanku terhadap 'dia', apa aku menyukainya? Sepertinya aku sudah gila. Sepanjang perjalanan pulang kulalui dengan santai, sampai aku menemukan suatu kios game baru dan juga sedang melakukan promosi buy 1 get 1 free, hm… menarik juga~

Kulangkahkan kaki menuju kios itu, lalu kulihat beberapa game disk di display tapi tidak begitu menarik. Teringat kembali aka name action pagi tadi, tapi apa ya namanya…

Salah satu kakak penjaga kios menghampiriku "Selamat siang~ sedang mencari game apa dik?" katanya dengan ramah. Cukup tampan dan manis menurutku, rambutnya panjang sepinggang yang diikat dengan karet, haha seperti ekor kuda saja. "Aku sedang mencari… game cina" kataku aneh, bodohnya aku memangnya kakak itu mengerti game apa yang aku maksud?. Kakak itu terlihat sedang berpikir, wajahnya semakin manis saja. Ya ampun apa yang kupikirkan lagi?! Tadi pagi aku tertarik dengan makhluk 2D, sekarang aku tertarik dengan kakak penjaga kios game.

"Apakah maksudmu.. game ini?" katanya sambil melangkah ke display yang ada di atas. Kulihat cover dari DVD box itu, jujur aku lupa dengan title game itu tapi yang aku masih ingat dan paham betul adalah salah satu character playable yang tengah berdiri gagah dengan kostum merah menyalanya itu. "uhm… ya sepertinya game itu.." kataku ragu. "Kalau belum yakin, kau boleh mencobanya dulu. Oh ya kami sedang promo buy1 get1 free, kau boleh memilih game manapun yang kau mau" katanya sambil tersenyum. Uhh.. sebaiknya aku cepat – cepat pulang saja daripada meleleh gara – gara kakak ini. ".. aku ambil yang ini… dan juga yang itu.. satu!" kataku dingin, kakak itu terdiam sebentar lalu membungkus kedua disk yang aku pesan "Ini silahkan~" katanya seraya menyerahkan bungkusan kecil itu. Aku langsung berjalan cepat keluar dari kios itu. "Terima kasih~ silahkan berkunjung lagi ya~!" teriaknya dari kejauhan saat aku masih melangkah jauh.

Selama perjalanan pulang yang kulakukan hanya memandang cover DVD box itu dengan tatapan… yang mungkin jika dilihat oleh orang lain, aku ini seperti orang hilang yang tengah mencari suatu alamat yang tak akan pernah ditemukan, ya itulah yang terlihat saat itu.. tak memperhatikan jalan lagi. Tak sengaja karena ulahku itu, aku menabrak seseorang yang tengah jogging sore kala itu. Tak sengaja aku menabraknya sampai terjatuh ke tanah, tapi memang kelakuanku yang selalu ingin menang sendiri, bukannya aku yang minta maaf padanya malah aku yang men-damprat-nya. "Aduh! …hey sakit tau!" kataku saat jatuh terduduk di tanah "Ma-maaf kan aku, apa kau tak apa – apa?", kulihat tangannya dijulurkan dan memegang tanganku, halus… terasa hangat dan nyaman, perasaan apa ini? "apa kau tak apa – apa?", aku tak bisa melihat wajahnya karena dia memakai tudung kepala yang menutupinya, dia memakai jaket berwarna merah dan kulitnya coklat tropis. "a – aku baik…" jawabku dingin seraya menarik kembali tanganku yang ia genggam dan berjalan cepat menjauh, menjauh meninggalkannya yang hanya berdiri terdiam.

Aku merasa malu selama perjalanan sampai aku tiba di rumah dan berbaring di atas ranjangku, tapi bukan karena aku telah melakukan hal yang memalukan yah walaupun menabrak seseorang dan memarahi orang yang tak bersalah itu memalukan, tapi bukan malu yang seperti itu yang aku rasakan. Aku merasa malu, dan gugup mengingat betapa nyamannya saat dia memegang tanganku, aduh..! sepertinya hari ini aku benar – benar berubah jadi orang aneh. "hah…! Payah!" teriaku di atas bantal seraya aku menarik bungkusan DVD yang baru aku beli sore tadi lalu melihatnya dan memperhatikannya dan juga mulai berharap andai aku bisa berkunjung kedalam dunia itu.. ku gelengkan kepala keras untuk membuyarkan pikiran – pikiranku yang kian lama kian aneh, lalu kumulai untuk menghidupkan PlayStationku.

Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, dan waktu kini sudah menunjukan pukul sebelas malam. Walaupun sudah bermain beberapa jam tetap saja satu story mode belum juga complete. Rasa kantuk mulai menyerang walaupun aku masih ingin tetap bermain sampai selesai, ku coba untuk berbaring sejenak dan melamun kecil sampai suara ibu di bawah memanggil. Tak biasanya ibu masih terjaga sampai jam segini. Kucoba berdiri dengan malas dan berjalan gontai menuju pintu kamar untuk menuruni tangga demi memenuhi panggilan ibu. "Ada apa sih bu…. Kan sudah ma– !" terkejut aku saat membuka pintu kamar dan menemukan lubang aneh berwarna hitam pekat yang tengah menghisap seluruh ruangan yang berada tepat di tengah mata. "A – apa ini?!" teriakku di ambang pintu yang juga tengah memegang pintu erat – erat, rasa terkejut dan juga takut malah membuat lututku semakin lemas, "Sial..!" tak sengaja ada satu buku yang terlempar dan mengenai betisku dan berhasil membuat pertahananku goyah.

Tiba – tiba segalanya menjadi gelap dan sunyi, dan perlahan – lahan aku mendengar sayup – sayup suara sesuatu walaupun aku tak begitu paham apa itu. Ku coba untuk membuka mataku secara perlahan, agak sulit dan karena terlalu silau.