Squel Mafia Falling Love
Hallo, minna ketemu lagi nih dengan saya author baru ini . Hyugana :D
Semoga kalian suka dengan fic yang sudah saya buat :D
Aada squel dari fic Mafia Falling Love nih.
Jujur ini adalah buatan sahabat baik author sendiri. Saya hanya bertugas ngepost dan juga sedikit nambahin sih L
Hehe baiklah tanpa basa basi lagi langsung baca saja deh. Silahkan dinikmati :D
Author : Hinato (sahabat author)
.
.
.
Waktu terus bergulir, begitupun tiap-tiap peristiwa yang mereka lewati tak henti-hentinya bagaikan air yang mengalir. Entah berapa eksemplas kertas yang akan mereka habiskan jika mereka menuangkan kisah kedalamnya.
Bagai kisah drama romance yang rumit, begitupun kehidupan muda mereka dulu, datang dari dua latar keluarga yang berbeda. Tak menjadi dinding penghalang untuk cinta tumbuh didalamnya. Tak sedikit rintangan datang menerjang. Serta tak terhitung berapa banyak air mata yang jatuh demi bersatunya perasaan yang mereka rasakan. Namun hal itu bukan berarti menghentikan kisah mereka saat perasaan itu berhasil disatukan.
Salah, jika ada yang bilang ini selesai, karena sejujurnya jauh disana masih banyak ujian yang akan datang silih berganti.
Hinata mengulum senyum melihat wajah damai nan polos suaminya yang tengah terlelap. Betapa lucunya Naruto saat ini. helaian rambut orangenya bersinar terang diterpa sinar matahari pagi yang menerobos kaca jendela kamar mereka. Mulutnya yang sedikit terbuka membuat wanita dengan rambut lavender itu terkekeh geli.
Tak tahan dengan pemandangan dihadapannya, Hinata menyingkirkan tangan yang melingkar erat dipinggangnya dengan lembut dan lantas turun dari ranjang mereka untuk sefera membersihkan diri. Setelah selesai, Hinata menuju dapur sedikit melirik jam dinding yang menunjukan pukul 07:30 lalu sefera menyibukan diri dengan segala peralatan dapur untuk membuat menu sarapan untuk seseorang yang masih berpetualang dalam mimpinya.
Sudah hampir 1 tahun hal tersebut sudah menjadi rutinitasnya sejak mengucap janji suci bersama Naruto. Segala atribut masalalunya, membuangnya jauh-jauh, menguburnya dalam-dalam dan hanya mengenangnya sebagai sebuah peristiwa yang tak akan ia ulangi.
Ini jalannnya, dan tak ada yang keberatan dengan keputusannya tak terkecuali ayahnya sendiri yang bahkan sangat mendukung keputusan putrinya. Dan untuk kali ini ia benar, benar saat memilih Naruto sebagi pendamping hidupnya.
"Airmu sudah mendidih" ujar seseorang.
"Kau membuatku kaget" Hardik Hinata setelah mematikan kompornya.
Tak mengindahkan perkataan istrinya, Naruto malah melingkarkan tangannya dipinggang ramping sang istri. Memeluk Hinata dari belakang. Meletakan kepalanya dibahu sempit Hinata.
"kau membuatku susuah bergerak Naruto~" rajuk Hinata
"Dan kau membuatku bangun tadi"
Hinata membalikan badannya menghadap Naruto, menangkup pipi suamninya "kau memang harus bangun, mandi lalu kembali dan kita sarapan sama-sama" ucapnya diiringi tepukan lembut dipipi Naruto.
Lelaki tegap itu mengangguk samar lalu melangkah kembali menuju kamar mereka. Namun kembali menghampiri Hinata, sebelum mencapai tujuan.
Cup~~
Ia mengecup lama kening wanita didepannya penuh cinta dan kasihsayang. Hangat dan menenangkan.
"kau semakin cantik kalau begini" ucapnya sambil memebelai pipi Hinata "masak yang enak yah sayang"
Lagi, ucapan Naruto hanya akan menambah wajah Hinata makin merah.
.
.
.
Menjadi seorang kepala Devisi kepolisian bagian keamanan diusia yang sangat muda membuat Naruto sedikit kewalahan.
Tugas ini itu hampir membuatnya gila mendadak, kalau bukan karena Hinata yang selalu menyambutnya setiap pulang bertugas, mungkin ia hanya akan menjadi seorang pimpinan tanpa perasaan.
Jujur Naruto selalu saja mendapat kesulitan saat bekerja bersama dengan Timnya hingga ia tak segan-segan memaki-maki bawahannya atas apapun yang menjadi kesalahan mereka.
Namun emosinya hilang saat ia sudah berada dirumah, disambut oelh senyum hangat istrinya dan tak lupa berbagai hidangan menggugah selera, lalu dilanjutkan dengan obrolan-obrolan ringan diantara keduanya.
Tak jarang pula Naruto bercerita tentang anggota Timnya yang tak bisa diandalkan. Dan Hinata hanya akan berkata "Sabarlah, nantipun kau akan tahu kesalahan mereka" sambil mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Seperti saat ini, kata-kata Hinata berusaha ia ingat didalam hati dan pikirannya. Ketika bawahannya lagi-lagi tak mampu melakukan tugasnya dengan benar.
"Kali ini, benar-benar kesempatan terakhirmmu. Aku tidak mau kau gagal lagi. Menegrti" ucap Nauto tegas pada Konohamaru bawahannya yang terkenal kikuk.
Konohamaru mengangguk lalu beranjak pergi dari ruangan yang diselimuti aura hitam Naruto.
Naruto menghela nafas berat, ia lelah, sangat lelah.
Tadi pagi-pagi seblum berangkat ia terlebih dahulu mengantar Hinata kerumahn ibunya. Hinata bilang ia dan ibunya akan membuat resep baru.
Lalu setelahnya ia tak langsung ke kantor kepolisian, melainkan menuju gedung wali kota untuk membicarakan prihal keamanan kota. Dan kembali seitar pukul 11 siang.
Hingga dikantor ia harus berhadapan dengan dokumen-dokumen penting. Dan yang membuat ia kesal adalah laporan dari Shikamaru salah satu anggota Tmnya, kalau Konohamaru telah gagal menangkap seorang tersangka pembunuhan.
Ia butuh HInata saat ini, butuh belaian halus dari istrinya. Ia akui semua energinya seolah terpusat pada wanita itu.
Hinata, wanita yang tangguh, kuat namun lembut. Itu yang membuatnya tak mau kehilangan Hinata. Lupakan masalalunya yang bodoh, mengorbankan waktu bersama gadis itu agar gadisnya bahagia.
Ia bodoh. Bukankah kebahagiaan Hinata adalah bersamanya? Jadi ia berjanji tak akan pernah melakukan hal macam itu lagi.
"Hhhaahhhh, memikirkannya saja membuatku rindu" gumam Naruto lirih.
Ia meliri jam gital dimejanya sudah masuk watu pulang. Persetan dengan dokumennya yang ia butuhkan sekarang hanya pelukan hangat istrinya.
Pria itu segera memacu langkah kakinya menuju parkiran di mana mobilnya berada. Melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang. Ingat ia adalah seorang Kepala KEpolisiaan. Jadi tak boleh melanggar peraturan seenaknya.
Sesampainya dirumah, tak peduli engan tubuhnya yang lelah, ia segera berlari menuju tempat dimana seharusnya sang istri berada.
Grep!
"Naruto, kau kenapa?" tanpa ba bi bu Naruto memeluk Hinata yang berdiri ddepan pintu, hendak menyambutnya.
"Aku hanya ingin mengisi energiku lagi. Aku lelah" Hinata terkekeh gemas mendengar jawaban suamninya.
"Baiklah kalau kamu lelah. Ayo masuk aku sudah masak masakan kesukanmu"
.
.
.
Betapa terkutuknya dering ponsel yang berbunyi nyaring di saat-saat dimana Naruto harusnya tidur tenang sambil mendekap istrinya. Namun sial, ponselnya tak mau diam bordering.
Ia menatap ID Call di ponselnya "sialan" sianak buah kurang bakatnya" umpat Naruto dalam hati.
"Apa. Ada apa?" Tanya Naruto pelan. Yah walaupun ia kesal, ia tak bisa berkata keras disini, Naruto masih ingat kalau ada istrinya yag sedang tertidur disampingnya.
"maaf pak saya gagal lagi dalam tugas yang anda berikan" Naruto menggeram rendah mendengar perkataan Konohamaru.
"kau menelponku tengah malam hanya untuk berita htak bermutumu itu. Kau ini benar-ben~"
"itu karena ada kasus pembunuhan disekitar wilayah tugas saya pak"
"Apa?" Tanya Naruto terlihat kaget.
"seorang mantan ketua mafia tewas mala mini pak" jawab Konohamaru disebrang line telepon.
"siapa?" ujar Naruto terlihat begitu was-was.
Dan sebuah Nama yang disebutkan Konohamaru membuatnya tertegun. Lalu beralih menatap istrinya yang masih terlelap damai mengabaikan suara anak buahnya disambungan telpon. Wajah istrinya lebih menarik saat ini.
Dihatinya ia mulai bertanya-tanya apakah wajah itu akan tetap damai saat besok ia mendengar berita ini?
Tbc….
A/N
Bagimana? jangan lupa riview ya :D
Oke makasih sebelumnya :D
