Disclaimer : Naruto, Masashi Kishimoto-sensei.

Warning : Shonen-ai? VEEEEEERRRYY light Kakairu! Don't like don't read.

Summary : "Kehidupanku berubah setelah bertemu denganmu…"

A/N : stelah memutuskan slama sejam akhirnya, saya memutuskan untuk

pakai Kakashi POV, trus kalo bisa di Review yah. PLEASE leave a

review, comments and critics are welcome! Review with

Swearing/Cursing words are welcome too! ^_^

With You

ShelleyBlackCrystall

Aku benci ayahku…

Aku benci dia, dia terlalu lemah, tak bisa menghadapi kenyataan!

Itulah yang kupikirkan pada saat mendengar bahwa ayahku lebih memilih sahabatnya daripada menyelesaikan misinya. Menelantarkan misi… bukankah misi itu juga penting? Mengapa dia lebih memilih temannya? Bukankah sekarang namamu jadi buruk? Padahal kau adalah salah satu ninja yang hebat dan dapat diandalkan, tapi hanya karena kau menelantarkan misi ini, hanya karena menelantarkan misi ini… Kau jadi di cap jelek bukan?

Tapi setelah aku kehilangan temanku, sahabat-sahabatku sendiri…

Aku mengerti.

Mengerti kenapa ayah berusaha mati-matian untuk menyelamatkan sahabatnya…

Sakit…

Rasanya sangat sakit… Kehilangan seseorang yang kau sayangi…

Pada saat itu aku jadi berniat untuk balas dendam.

Aku jadi haus akan darah pembunuh sahabat-sahabatku…

Karena itu, aku berhasil mencetak prestasi yang lumayan membuat orang kagum, bayangkan saja, seorang bocah berhasil menjadi ANBU? Terdengar seperti lelucon murahan bukan?

Tapi aku tak peduli, asalkan dendam ini dapat terbalas…

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari ANBU, memulai kehidupanku yang normal. Aku dikenal dengan sangat cepat, mungkin karena prestasi gemilangku dulu yang pernah kucapai? Meskipun aku sudah keluar sekarang dan hanya seorang Jounin biasa, tetap saja banyak orang yang membicarakanku. Tapi itu semua kubiarkan saja. Mereka pikir aku tak mendengar pembicaraan mereka? Itu salah besar.

Dan pada saat itulah aku mulai bertemu dengan seorang guru SD, yang juga menangani laporan-laporan yang kuberikan. Matanya berwarna cokelat, rambutnya yang selalu diikat keatas seperti buntut kuda juga berwarna cokelat, ada bekas luka diatas hidungnya yang membentuk garis horizontal. Aku tak tahu kenapa tapi sikapnya terlihat sangat ceria, dia berteman baik dengan Anko juga dengan banyak orang-orang lain selain ninja. Mungkin karena dia terbiasa mengajar anak-anak? Auranya terasa berbeda. Terasa sangat… menenangkan.

Hari ini aku menyerahkan laporanku padanya. Aku tak ingin menyerahkan laporan misi ini pada siapapun selain kepadanya. Aku sengaja selalu menyerahkan laporan ini terlambat, aku senang melihat ekspresinya. Tapi hari ini aku menyerahkannya seminggu lebih awal dengan tulisanku yang sengaja kurapihkan.

"Otsukaresamadeshita! Lho, tumben Kakashi-sensei menyerahkan laporan ini seminggu lebih cepat? Apa ada sesuatu?" Dia langsung menyapaku.

"Ah, ti-tidak ada apa-apa koq, Iruka-sensei," Aku sudah memutuskan ingin mengajaknya makan malam hari ini, tapi sepertinya hatiku ciut setelah mendengar namaku disebut olehnya.

Iruka…kenapa rasanya aku tak bisa tenang begitu berhadapan denganmu?

"Oh, begitu? Wah, coba kalau kakashi-sensei begini terus, kerjaanku 'kan jadi lebih ringan!" Dia berkata sambil membaca laporanku, tangannya meraih stempel yang terletak disampingnya.

"Haha…" Aku hanya dapat tertawa hambar.

"Hm, sepertinya tulisan sensei kali ini jauh lebih rapi ya?"

"Ah, masa?"

"Iya, jauh lebih rapih dari laporan-laporan yang sebelumnya… Kerja bagus!" Iruka berkata sambil tersenyum kepadaku.

"Wah, aku tersanjung. Boleh 'kan kuambil itu sebagai pujian?" aku tersenyum dibalik 'masker' yang menutupi setengah bagian bawah wajahku.

"Hahaha, tentu! Silakan!" Iruka tertawa lalu menstempel laporanku.

Hmm, bagaimana ini. Aku berniat untuk mengajaknya makan malam tapi sepertinya keberanianku sudah tersedot habis. Padahal aku tak pernah gentar ketika sedang berhadapan dengan musuh ataupun lawanku yang lebih kuat dariku sekalipun rasanya keberanianku tak pernah habis, tapi kenapa begitu berhadapan dengan chuunin ini rasanya sangat susah? Ini adalah suatu dilemma yang sangat susah kuhadapi.

Tapi ini harus bisa kuhadapi, aku harus berani! Jika tidak aku tak dapat berbicara lagi dengannya!

"A..Anu, Iruka-sensei…"

"Hn?" Iruka menegok kearahku, sinar matanya memancarkan rasa penasaran.

"A-Aku ingin…"

Disaat aku sudah hampir berhasil, tiba-tiba Anko datang dan langsung berbicara ke Iruka,"Yo, Iruka! Apa kau ada acara nanti malam? Guru-guru berniat untuk makan malam bersama kau mau ikut?" Anko bertanya secara blak-blakkan.

"Aduh, Anko… aku kan sudah bilang berkali-kali… Aku itu tak disenangi oleh orang-orang disana! Lagipula kerjaanku masih menumpuk!" Iruka terlihat kewalahan.

"Aaah, sekali-kali kau itu juga perlu istirahat tau! Pokoknya nanti kau harus datang!"

"Anko…!"

"Kakashi juga datang saja"

"Eh? Oh tidak usah repot-" sebelum perkataanku selesai Anko langsung berbicara lagi, "Argh! Pokoknya aku tak mau tahu! Kalian harus datang! TITIK!"

Setelah berbicara seperti itu Anko langsung meninggalkan ruangan kantor, meninggalkan kami berdua terdiam tak tahu harus berbuat apa.

Bersambung