Nightmare
A Naruto Fanfiction
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC, Typo, Gaje, alur yang mirip Harry Potter, mantra
Chapter 1
.
.
.
Seorang pemuda berambut hitam kelam tengah berlari kencang menembus gelapnya hutan. Tak sedikitpun ia mengurangi kecepatan berlarinya. Seolah berlari menghindari sesuatu atau mungkin mengejar sesuatu. Mata kelamnya terfokus kedepan. Semak belukar yang ada dihadannya ia lompati dengan mulus. Sedang mantel hitam yang ia kenakan berkibar ketika ia berlari. Wajahnya yang seputih porselen bersinar ketika cahaya bulan purnama meneranginya dari atas rimbun pepohonan. Peluh merembes membasahi pakaiannya. Ditangannya tergenggam sebuah gulungan perkamen lusuh berwarna coklat sedikit kusam.
Ia baru menghentikan larinya ketika sampai didekat gerbang besar yang berdiri kokoh didepan sebuah bangunan kastil besar dengan arsitektur Eropa lama. Tak buang waktu, pemuda itu segera memasuki bangunan besar itu. Ketika memasuki kastil itu, seseorang menariknya dari belakang. Otomatis pemuda itu menoleh.
"Darimana saja, Sasuke?" Tanya seorang wanita berusia sekitar 30 tahun menahan pergelangan tangannya. Pemuda itu sedikit memincingkan matanya.
"Itu bukan urusanmu!" Jawabnya seraya merenggut tangannya. Tampak cairan kemerahan tertinggal di tangan wanita cantik itu.
"Apa yang terjadi? Apa yang kau bawa?" Tanya wanita itu kepada pemuda tampan bernama Uchiha Sasuke.
"Sudah kukatakan bukan urusanmu!" Katanya sambil berbalik, ingin melanjutkan perjalanannya kedalam kastil itu.
"Tapi ini sudah malam. Tidak seorangpun diijinkan keluar dari kastil jika hari sudah gelap!" Sasuke yang mendengarnya tersenyum sinis.
"Kalau begitu, ayo kita temui Kakashi sekarang. Kau bisa meminta penjelasan darinya!" Sasuke melenggang masuk melewati wanita itu.
"Malam, Sasuke!" Sapa pemuda berambut hitam yang dikuncir nanas diatas kepala, mata onixnya tampak mengantuk. Ia adalah Nara Shikamaru. Kedua muda-mudi itu berdiri dilorong yang menghatarkan menuju aula besar dan tangga menuju lantai atas.
"Hn!" Sahutnya, tak begitu mempedulikan kedua orang itu. Ia segera berbelok menaiki tangga mengarah kelantai dua. Wanita yang menahannya tadi juga mengikuti dari belakang. Mitarashi Anko, salah satu guru yang mengajar di Witch and Wizard Academy. Keduanya melangkah menuju salah satu pintu yang merupakan kantor guru. Sasuke mengetuk pintu beberapa saat dan masuk ketika ada sahutan dari dalam.
"Lama sekali, Sasuke?" Tanya seorang lelaki jangkung berambut perak yang tengah duduk santai diatas kursi kayu yang menghadap kepintu. Sasuke tak menyahut, ia langsung menghampiri laki-laki itu. Lelaki berambut perak dan mempunyai iris berbeda warna, ruby dan onyx.
"Salah sendiri tak mengijinkanku menaiki 'Nimbus 2000-ku'. Surat dari London yang kau inginkan!" Kata Sasuke sambil mendekati Kakashi. Lelaki itu pun memberi isyarat kepada Sasuke untuk duduk di kursi disampingnya.
"Ma~ tak kusangka kau mau jadi kurir untukku?" Kata Kakashi sambil menerima gulungan perkamen yang sedikit usang yang disodorkan Sasuke. Pemuda berambut reven itu mendengus kesal.
"Kalau kau tak memaksa dan mengancamku, aku takkan mau Hatake-sensei!" Sahut Sasuke sambil memutar bola matanya pertanda ia sangat kesal dan memberi penekanan dikata 'Hatake-sensei'. Sedang Kakashi hanya tertawa. Tawa yang menyebalkan, itu pendapat Sasuke. Anko yang sedari tadi berdiri diambang pintu memutuskan untuk menyusul kedua lelaki itu.
"Memakai sihir diluar sekolah adalah pelanggaran, Sasuke. Apalagi kau menggunakannya kepada temanmu. Pelanggaran berat, harusnya kau berterima kasih padaku! Aku hanya menawarkan padamu, hukuman atau kau mau menjadi kurir untukku! Kalau kau menerima hukuman tentu reputasimu sebagai prodigi Uchiha akan sangat buruk!"
"Jangan mengejek, Kakashi-sensei!" Kata Sasuke kesal. Uchiha Sasuke adalah salah satu siswa tingkat 3 di sekolah sihir Witch and Wizard Academy (WWA) di pinggiran London. Dan Hatake Kakashi adalah salah seorang pengajar disekolah itu, ia adalah guru Transfigurasi (mengubah benda menjadi bentuk lain. Misal: meja menjadi babi), sekaligus wakil kepala sekolah. Sedang Mitarashi Anko adalah guru pertahanan terhadap ilmu hitam. Galak dan sadis dalam memberikan hukuman kepada siswa yang mengacau dikelasnya.
Kakashi lalu membuka gulungan perkamen lusuh itu. Membacanya. Beberapa menit kemudian ia tersenyum simpul.
"Apa kau membuka isi perkamen ini?" Tanya Kakashi dengan senyum merepotkan.
"Aku tidak tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan orang tua merepotkan begitu!" Kata Sasuke. Ia balas menyeringai.
"Dan~ penjelasan dari Iruka mengenai perkamen ini?"
"Ah, nyaris aku lupa, dia bilang supaya kau segera ke kementrian sihir secepatnya. Para Anbu disuruh berkumpul!"
"Kenapa tak bilang dari tadi?" Berang Kakashi. Sasuke berdiri perlahan dan mundur.
"Kau sendiri tak menanyakannya!" Jawabnya santai.
Dan beberapa detik kemudaian terdengar bunyi ledakan dari kantor Kakashi.
.
.
Sasuke keluar dari ruangan Kakashi. Ia baru saja selamat dari amukan sang wakil kepala sekolah. Ia lalu menghampiri Shikamaru yang berdiri bersandar di koridor itu, gadis berambut pirang yang tadi bersamanya sudah tidak ada.
"Belum kekamar, Shikamaru?" Tanya Sasuke, lalu bersandar di jendela didekat sahabatnya. Nara Shikamaru, hanya menguap bosan.
"Diasrama sangat berisik, entah sihir bodoh apa yang Naruto praktekkan malam ini?" Gerutu Shikamaru. Memang kini mereka sedang berada dilantai dua, tempat kantor Kakashi berada, mereka bebas berkeliaran di seluruh koridor sekolah sampai jam malam diberlakukan. Kastil ini memiliki tujuh lantai dan empat menara. Asrama para murid terpisah-pisah, setiap kamar ditempati oleh 4 orang siswa dari tingkat berbeda. Asrama tersebut terbagi menjadi 4 bagian. Yang pertama di bawah tanah, yang kedua dimenara utara, yang ketiga dimenara timur dan yang terakhir berada terpisah dari gedung utama.
"Kalau tak ada Dobe hiperaktif itu, kurasa sekolah ini akan terasa sangat sepi!" Sasuke menanggapi ucapan Shikamaru.
"Tapi, dia membuatku kesal! Dia menggunakan mantra 'Wingardium Leviosa' padaku saat aku sedang tidur! Lebih baik dia menurunkanku pelan-pelan, tapi yang dilakukannya malah menjatuhkanku dari ketinggian 2 meter!" Gerutu Shikamaru.
"Jadi... apa yang aku lakukan sampai keluar dari sekolah?" Tanya Shikamaru, mengalihkan topik pembicaraan. Kini ganti Sasuke yang mendenagus kesal.
"Kemarin... aku tak sengaja menggunakan sihir di hutan disebrang danau... kau tahukan aku tak pernah suka berurusan dengan makhluk bernama Himura Sai, entah sial atau apa kemarin kami mendapat tugas sama dalam pelajaran herbologi, dan selalu tiap bertemu, dia membuatku kesal dan tanpa sadar_"
"_kau memantrainya dan membuatnya terbang ke menara barat alias kandang burung?" Lanjut Shikamaru. Sasuke hanya memutar bola matanya kesal.
"Lalu Kakashi menyuruhku memilih, hukuman atau menjadi kurirnya. Tentu aku pilih yang kedua, tapi sialnya dia tidak mengijinkanku membawa sapu terbang. Bayangkan, aku ke London tanpa sapu terbang!" Kata Sasuke. Shikamaru tersenyum kecil.
"Itu bagus, supaya badanmu jauh lebih berotot, Sas! Kudengar dari Asuma, kementrian sihir sendang kacau... apa itu benar?"
"Yeah... sepertinya kemelut tentang penggulingan kekuasaan Senju Hashirama! Tak banyak yang kudengar, tapi Iruka-san bilang ada beberapa pihak yang berusaha merebut kekuasaan. Para Anbu diminta untuk berkumpul!"
"Aku tak tahu apa menariknya menjadi penguasa, itukan merepotkan!" Sahut Shikamaru.
"Ya... suatu keajaiban jika ada sesuatu yang tidak merepotkan untukmu!" Kata Sasuke. Shikamaru menguap lebar.
"Menurutmu kepala sekolah akan ikut campur masalah ini?" Tanya Shikamaru.
"Antara iya dan tidak... Iya, karena dia mau repot-repot mengirim surat untuk Senju Hashirama melalui aku dan bukan burung hantu, jelas itu sesuatu yang sangat penting, semacam pengalihan kekuasaan secara diam-diam mungkin. Dan tidak, karena sejak dulu Tsunade-sama menolak untuk memegang kekuasaan tertinggi di kementrian sihir dan lebih memilih sekolah ini...! Jadi, apa yang kau simpulkan?"
"Mungkin Hashirama meminta bantuan pada Tsunade-sama untuk bekerja sama menahan para pemberontak, tak ada kemungkinan lain!"
"Aku juga memikirkan hal yang sama! Sulit untuk tidak percaya kalau keadaan dunia sihir sedang tidak kacau, apalagi dengan berita aneh yang mengatakan kalau 'dia' sudah kembali!" Kata Sasuke.
"Kenapa kau tak pernah mau menyebut namanya Sasuke? Padahal sudah sangat lama ia pergi?" Kata Shikamaru. Sasuke tersenyum pedih.
"Dia... selalu mengingatkanku pada memori buruk masa lalu." Tanpa Sasuke sadari Shikamaru sudah berdiri disampingnya dan menepuk pundaknya. Ia tersenyum maklum.
"Maaf mengingatkanmu pada sesuatu yang seharusnya tak kita bicarakan." Sasuke menggeleng.
"Tidak apa." Shikamaru lalu meraih tangan kiri Sasuke yang masih mengalirkan darah.
"Para chimera tak membiarkanku lewat." Jelasnya. Shikamaru lalu menariknya pelan.
"Kurasa kita harus mampir dulu ketempat Shizune sebelum keasrama." Kata Shikamaru. Keeduanya lalu berjalan beriringan menuju asrama mereka.
oooOOOooo
Pagi yang cukup cerah di sekolah sihir. Jam yang tepat untuk memulai sarapan. Para murid sudah berkumpul di kantin tempat biasa mereka makan. Sasuke berkumpul di clique yang berisi gabungan dari anak berbeda kamar dan lokasi dengannya, Sasuke sendiri tinggal di kamar di menara utara. Penempatan asrama dilakukan secara acak. Satu meja terdiri dari sekitar 9 sampai 12 anak. Dimeja Sasuke ada 9 anak, mereka sedang terlibat pembicaraan serius.
"Menurutmu isu yang mengatakan bahwa organisasi sihir hitam itu kembali, apa benar?" Tanya Hyuuga Neji, pemuda berambut coklat panjang dan bermata perak murid tingkat 4 di WWA. Dia sekamar dengan Sasuke. Ia adalah salah satu keturunan keluarga Hyuuga yang bersekolah di WWA, keluarga Hyuuga adalah satu dari empat keluarga penyihir pure-blood yang masih bertahan sampai saat ini, tiga lainnya adalah Uchiha, Namikaze dan Sabaku.
"Hn, Iruka, tangan kanan Senjuu Hashirama yang memberikan surat itu padaku bilang kalau 'dia yang terkejam' telah kembali... bersama kekuatan barunya!" Jelas Sasuke, ia menatap kedelapan temannya.
"Kalau dia kembali, yang menjadi incaran pertama adalah kementrian sihir lalu yang kedua mungkin... sekolah ini!" Sahut Namikaze Kyuubi, pemuda tampan dengan tubuh proporsional yang memiliki mata sapphire tajam dan rambut pirang kemerahan dan berkaca mata minus, salah satu yang terpintar di WWA. Tinggal di kamar di menara utara, namun berbeda kamar dengan Sasuke dan Neji. Ia adalah Namikaze sulung yang duduk ditingkat 7 atau tingkat akhir di WWA.
"Lalu, Yamato-san bilang ada yang aneh dihutan belakangan ini. Katanya banyak unicorn yang sering memasuki wilayah sekolah, seolah ada yang mengusik mereka dari dalam sana!" Kata seorang gadis berambut biru, Konan itu namanya dari tingkat 7, penyihir muda berdarah half-blood karena ibunya seorang muggle (manusia tanpa kekuatan sihir). Namun kecerdasannya tidak diragukan.
"Yeah, aku pun diserang chimera saat aku melewati hutan!" Celetuk Sasuke, sukses membuat semua yang berada di clique tersebut menoleh padanya.
"Apa yang kau lakukan dihutan? Kurasa para chimera tidak menyerang penyihir yang terbang?" Tanya Uchiha Itachi, pemuda berambut hitam panjang dan mata onyx yang adalah kakak dari Sasuke. Dari tingkat 7. Sasuke tersenyum kecut sebelum menjawab. "Err... apa aku pernah bilang kalau aku ke London tanpa sapu?" Katanya sedikit ragu.
"NANI? Kau... kau ke London tanpa naik 'Nimbus 2000' kebanggaanmu itu?" Tanya pemuda pirang bermata sapphire cerah yang duduk bersebelahan dengan Sasuke. Reaksi yang sama terjadi pada orang yang berada di clique tersebut, bedanya mereka tidak berteriak heboh seperti Naruto, Namikaze Naruto, adik dari Namikaze Kyuubi. Ia satu kamar dengan Sasuke dan Neji.
"Hn!" Hanya itu tanggapan Sasuke.
"Oh, astaga... aku tak mengira kalau kau sampai segitunya untuk mendapat tubuh atletis sepertiku, Teme~!" Kata Naruto yang sukses mendapat jitakan dikepalanya.
"Jangan mengigau, Dobe!" Tanggap Sasuke.
"Lalu, kudengar Hashirama meminta bantuan kepada Tsunade-sama untuk bekerja sama dengan kementrian sihir, apa itu benar?" Tanya seorang gadis pirang berkuncir empat, mengacuhkan kehisterisan Naruto. Sabaku no Temari, siswi tingkat 7 yang semalam bersama Shikamaru.
"Itu baru spekulasi... belum ada bukti yang menyatakan itu benar atau tidak!" Kata Shikamaru diiringi uapan lebar. Kebiasaan. Ia selalu tampak malas, namun kejeniusannya tak diragun lagi. Juara umum untuk murid tingkat 3. Ia satu kamar dengan Uchiha bungsu.
"Tapi kalau menurut penjelasan Sasuke tadi, tak heran kalau kita berspekulasi seperti itu. Kalau itu benar, berarti cepat atau lambat akan ada peperangan lagi!" Kata pemuda berambut crimson dan bermata aquamarine yang sedari tadi diam mendengarkan teman-temannya diskusi. Sabaku no Gaara. Adik dari Sabaku no Temari. Pemuda tampan dengan tato kanji 'ai' didahinya yang kini menatap Sasuke.
"Lagi pula itu bukan urusan kita, itu urusan para orang tua merepotkan itu bukan?" Tanya Shikamaru sambil menyesap kopi yang tersaji dihadapannya.
"Yeah, kau benar Shika... tapi, rasanya akan sangat janggal kalau kita tidak melibatkan diri dalam urusan sebesar itu! Oya, bagaimana kalau malam ini kita patroli keliling sekolah, katanya ada makhluk aneh yang beberapa hari ini berkeliaran disekitar sekolah!" Usul pemuda pirang hiperaktif, Naruto.
"Hm? Aku bosan beberapa hari ini!" Sahut sang Namikaze kakak. Ia memutar-mutar gelas yang berisi jus jeruk.
"Maaf saja, aku tak bisa ikut!" Kata Neji.
"Masih menjadi anak baik, ne~ Neji?" Tanya Naruto sambil menyeringai aneh. Pemuda Hyuuga itu mengibas-ibaskan tangannya.
"Bukan... aku harus menemani Hinata kembali kekediaman Hyuuga malam ini!" Jelas Neji. Yang lain hanya mengangguk, mengerti.
"Berat ya, menjadi Hyuuga Neji?" Tanggap Kyuubi.
"Heh, sayang sekali aku dan Konan juga tak bisa ikut! Tsunade-sama ada perlu dengan kami!" Kata Itachi.
"Ck, bilang saja mau kencan!" Gerutu Kyuubi, nyaris tak terdengar.
"Kau bilang apa?" Tanya Itachi. Kyuubi hanya menyeringai aneh.
"Bukan apa-apa! Baiklah, kumpul diruang rekreasi menara utara jam 11, aku pergi dulu!" Kata Kyuubi, bangkit dari kursinya. Ia melirik Naruto, sang adik hanya mengangguk kecil. Naruto pun ikut bangkit.
"Ne~ Teme... katakan pada Miss Shizune, aku ijin dijam pelajarannya! Kau bisa cari alasan untukku kan?" Kata Naruto yang dibalas dengusan Sasuke.
"Imbalannya, kau harus bawakan segrobak tomat, besok!" Balas Sasuke. Naruto hanya nyengir dan menepuk bahu Sasuke. Ia lalu mengikuti sang kakak keluar dari kantin.
"Akhir-akhir ini, mereka sering bolos ya?" Tanya Konan. Dibalas anggukan teman-temannya.
.
.
Naruto berjalan beriringan dengan Kyuubi. Keduanya diam tak saling bicara. Naruto yang biasanya banyak bicara nampak tenang. Mereka naik menuju lantai atas, lantai tujuh yang menjadi akses menuju kantor kepala sekolah sekaligus nenek mereka.
"Berarti ular brengsek itu kembali!" Kata Kyuubi tanpa menatap Naruto. Namikaze adik hanya tersenyum menyeringai.
"Baa-chan sudah memberitahu kita kan? Tapi, yang sebenarnya kau khawatirkan bukan ularnya, tapi 'dia yang paling terkutuk', kan? Aku juga sedikit terkejut, Kakashi menyuruh Sasuke mengambil surat dari Hashirama-jiji!"
"Sejak dulu sensei yang satu itu sedikit aneh kan? Cara berfikir yang sulit dimengerti! Tapi kita beruntung karena dia ada dipihak kita, rasanya merepotkan kalau dia jadi lawan!" Kata Kyuubi. Naruto menyeringai.
"Ne~ jadi kau mengakui kalau diatas langit ada langit, Aniki?" Tanya Naruto penuh penekanan pada kata terakhir. Kyuubi mendengus.
"Aku tidak bilang begitu!" Kata Kyuubi. Naruto mendengus.
"Kau tau, suatu saat ada seseorang yang akan melampaui kita... dan kita akan menunjukkan siapa kita sesungguhnya!"
"Katakan saja, Uchiha bungsu itu yang akan menunjukkan taringnya, karena musuh abadinya telah kembali!"
"Jadi kau percaya dengan bola kristal itu? Tak ku sangka!" Kata Naruto dengan dramatisnya. Keduanya keluar dari gedung menapaki jalan setapak menuju gedung besar lainnnya.
"Sebenarnya tak perlu melihat bola itu, aku bisa tau kalau yang diincar ular itu bukan apa-apa melainkan Sasuke!"
"Omonganmu sudah seperti Tanuki-jiji... Tapi belakangan ini kulihat Sasuke sering sakit!" Kata Naruto.
"Maksudmu bekas luka dilehernya?" Tanya Kyuubi. Naruto mengangguk. Ia menerawang kearah langit.
"Tengah malam, dua hari yang lalu ia terbangun dan mengerang kesakitan. Tak ada yang menyadarinya, kecuali Shikamaru dan aku!"
"Dia masih menyembunyikannya, heh?"
"Dia punya dendam besar pada Orochimaru_ular itu!" Kata Naruto. Keduanya menaiki tangga perlahan.
"Kalau aku jadi dia, aku mungkin aku sudah kehilangan rasa kemanusiaanku. Bagaimanapun, menghancurkan tubuh seorang penyihir kecil itu tak termaafkan!" Kata tiba didepan sebuah patung besar yang menjadi akses menuju ruangan yang mereka tuju, menara tempat sang nenek berada. Kyuubi menggumamkan sesuatu dan patung itu bergeser menampakkan lorong kecil yang ada undakan tangganya. Diujung lorong tersebut terdapat pintu mahogani besar dengan ukiran cantik sekaligus rumit. Kyuubi mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk!"Kata seseorang dengan suara khas perempuan dari dalam setelah Kyuubi mengetuk pintu. Keduanya masuk. Didalam ruangan itu ada dua orang wanita yang duduk berhadapan. Mereka adalah Namikaze Tsunade, sang kepala sekolah dan Yuuhi Kurenai guru Astronomi.
"Ah, kalian lama sekali?" Kata wanita berambut pirang yang menampakkan kekesalan diwajahnya. Siapa yang mengira kalau wanita pirang ini sudah berusia lebih dari 60 tahun. Kyuubi dan Naruto membungkuk singkat sebelum duduk didekat sang nenek.
"Maaf, sarapan pagi ini ternyata menyita waktu kami!" Jawab Naruto. Sang nenek mendengus.
"Memang apa lagi yang kalian bicarakan? Bergosip tentang kementrian sihir atau rencana menyelinap malam-malam?" Tanya Tsunade. Kyuubi balas mendengus.
"Kami bosan, memata-matai teman kami!" Kata Kyuubi dengan nada bosannya.
"Apa katamu? Aku tak minta memata-matai mereka, aku hanya minta kalian mengawasi teman kalian. Kalau-kalau ada hal yang mencurigakan terjadi!" Kata Tsunade.
"Bukannya mengawasi mereka itu bukan urusan kami? Kami bosan menghianati sahabat kami!" "Jadi, apa yang mau kalian katakan?" Tanya Tsunade. Kyuubi menopang salah satu kakinya dengan kaki lainnya.
"Orochimaru kembali... benarkan?" Tanya Kyuubi tanpa basa-basi. Tsunade menghela nafas sesaat.
"Ya, tak kusangka akan secepat ini!" Katanya. Ia menerawang ke beberapa tahun silam.
"Berita ini sudah menyebar di clique kami, ditambah surat dari kementrian sihir kemarin. Dan kurasa, dia tak jauh dari sekolah ini!" Kata Naruto. Pemuda pirang itu menatap lekat sang nenek.
"Kau tahu dari mana kalau dia tak jauh dari sekolah ini?"
"Sasuke... belakangan ini sering kesakitan. Katanya bekas gigitan Orochimaru itu terasa panas!" Jelasya.
"Hanya ini yang dapat kami beritahu, mungkin akan sedikit lama kalau kau menghendaki informasi selanjutnya dari kami, karena setelah ini kami akan bertindak tanpa komando darimu! Menurutimu sedikit membosankan!" Kata sang Namikaze kakak.
"Yeah, aku ingin bersenang-senang sedikit Baa-chan!" Sahut Naruto. Menyilangkan kedua lengannya dibelakang kepala.
"Kalian selalu saja bermain-main. Padahal kali ini urusannya tidak hanya berkutat pada pihak pemerintahan, tapi juga kita!"
"Aku tak peduli dengan urusan orang tua, aku sependapat dengan Shikamaru, ini sangat merepotkan!" Kata Naruto.
"Terserah kalian, tapi kalau sudah waktunya... aku mau kalian siap!" Sang Namikaze bersaudara mengengguk kecil menaggapi ucapan sang nenek.
oooOOOooo
Sasuke sedang menyimak pelajaran Herbologi. Disampingnya Shikamaru sudah terlelap sejak Shizune, guru Herbologi, memulai pelajaran. Tak ada yang peduli, karena walau pemuda berambut nanas itu tak menyimak pelajaran, ia selalu bisa menjawab pertanyaan dari para guru. Katanya ia bisa mendengar semua penjelasan guru sambil tertidur. Sasuke sesekali mencatat apa yang dikatakan Shizune. Kali ini pelajaran diadakan didalam ruangan, bukan di rumah kaca. Guru cantik itu mengakhiri pelajaran. Sasuke membereskan bukunya dan membangunkan Shikamaru, mengajaknya kekelas berikutnya. Kelas yang diajar Hatake Kakashi, kelas transfigurasi. Sesekali ia mengguncang bahu Shikamaru.
"Hoahhh~! Sudah selesai ya?" Tanya pemuda nanas itu sambil merenggangkan otonya yang kaku. Sasuke hanya menjawab dengan satu-kata-dua-huruf yaitu 'hn'. Shikamaru yang terbiasa dengan itu tak pernah ambil pusing. Ia lalu menoleh kekanan dan kiri.
"Naruto belum kembali?" Tanya Shikamaru. Keduanya berjalan keluar dari kelas. Koridor ramai disaat jam pergantian pelajaran.
"Belum!" Jawab Sasuke singkat.
"Apa yang mereka lakukan ya?"
"Tak usah belagak bodoh Shika, kau tahu kan apa yang biasa mereka lakukan?"
"Yeah, ke tempat Tsunade-sama! Terlalu sering belakangan ini!" Katanya. Sasuke hanya ber-'hn' saja. Shikamaru tentu saja tak ambil pusing. Tidak sebentar keduanya menjadi teman. Shikamaru yang terkesan cuek dan tidak peduli dengan hal-hal kecil serta Sasuke yang cool dan irit bicara membuat keduanya cocok. Tak lama seorang gadis berambut pirang panjang yang diikat tinggi berlari menghampiri keduannya. Yamanaka Ino, nama gadis itu.
"Shikamaru, Sasuke-kun!" Pekik gadis itu.
Ia berlarian disepanjang koridor yang sesak dengan para murid. Sedikit terengah ia mulai bicara.
"Ne~ kalian disuruh menghadap Kakashi-sensei,disuruh membantu menyiapkan peralatan untuk kelas berikutnya!" Jelas gadis pirang itu.
"Hoah~ malas sekali membantu sensei satu itu!" Keluh Shikamaru. Pemuda itu menguap lebar sekali lagi. Sasuke hanya memutar bola matanya kesal. Lalu menarik Shikamaru menuju kantor Kakashi, yang berada di lantai dua. Keduanya pergi dari hadapan gadis Yamanaka itu setelah mengucapkan sesuatu yang terdengar seperti ucapan terima kasih.
"Dasar cowok-cowok!" Gerutu Ino.
oooOOOooo
Naruto berjalan pelan dikoridor asrama. Pakaian seragamnya telah digantikan dengan pakaian biasa. Ia sesekali bersiul kecil. Rambut pirangnya diterpa angin malam. Ya, dia sedang dalam perjalanan menuju ruang rekreasi. Kyuubi sudah pergi kesana sejak sore tadi. Ia memang murid bandel yang dikaruniai ketampanan dan kepintaran dan tak lupa keberuntungan. Tapi semua itu tak membuatnya dan Kyuubi menjadi anak manja. Dia dan kakaknya bukan tipe pemuda yang suka bermanja. Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di ruang rekreasi. Diruangan itu ada Kyuubi, Sasuke, Shikamaru, Gaara dan Temari. Semuanya tengah duduk disofa dekat perapian.
"Kau lama, Dobe!" Kata Sasuke. Naruto hanya mengerucutkan bibirnya.
"Kan ini masih jam sebelas lewat sedikit!"
"Lewat sedikit?" Tanya Sasuke sinis. Naruto melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya. Ia, lalu tersenyum polos.
"Baru pukul setengah dua belas, Teme!" Kata Naruto. Sasuke sudah sangat kesal, nyaris menghantam wajah Naruto jika Kyuubi tak menyela.
"Oke~ cukup! Kita langsung berkeliling saja!" Kata Kyuubi. Ia lalu berdiri dan menatap semua orang yang berada diruangan itu.
"Naruto dan Gaara, kalian kearah barat. Temari dan Shikamaru, kalian periksa sekitar lapangan. Dan Sasuke kau berkeliling diluar gedung bersamaku!" Jelas Kyuubi. Setelah pengarahan singkat dari Kyuubi, keenam anak itu menyebar menuju tempat yang disebutkan Kyuubi tadi.
.
.
Kyuubi berjalan beriringan dengan Sasuke. Keduanya terdiam. Suara angin malam yang menggoyangkan dedaunan menambah kesan mencekam. Namun bukan itu masalahnya. Hawa dingin menusuk terasa jelas diluar.
"Hei, Uchiha... aku ingin tanya sesuatu padamu!" Kata Kyuubi. Sasuke menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Kyuubi.
"Hn...?" Sahut Sasuke. Mereka kini berhenti didekat pagar beton yang membatasi wilayah sekolah dengan hutan terlarang.
"Kudengar dari Naruto, kau punya dendam tersendiri pada Orochimaru?" Tanya Kyuubi. Sasuke tak menampakkan raut wajah apapun.
"Itu bukan urusanmu, Kyuubi!" Jawab Sasuke, datar.
"Ne~ dan kudengar lagi, dia meninggalkan bekas luka yang sampai kini mengikatmu dengannya... apa itu benar, Uchiha?" Tanya Kyuubi. Walau pertanyaan itu sia-sia karena Kyuubi sudah mengetahui kebenarannya.
"Sudah kukatakan, itu bukan urusanmu!" Kata Sasuke. Ia berbalik dan berniat melangkah lagi. Namun lengannya ditahan Kyuubi. Pemuda yang 4 tahun lebih tua itu menariknya kasar dan menghimpitnya didinding dengan posisi Sasuke memunggungi Kyuubi.
"Aku jadi ingin melihat bekas luka itu?" Bisik Kyuubi tepat ditelinga Sasuke. Yang sukses membuat sang empunya bergidik tak nyaman. Kyuubi kini tengah menahan sebelah tangan Sasuke. Namikaze sulung itu menyibak kemeja putih yang dikenakan Sasuke, dan menampakkan bekas luka berbentuk magatama.
"Apa ini sakit?" Tanya Kyuubi sambil menyentuh bekas luka itu dengan jari telunjuknya. Membuat Sasuke berjengit.
"Lepaskan aku, Kyuubi!" Kata Sasuke dengan suara berat. Menahan amarah. Ia sudah berniat menyerang Kyuubi kalau saja bahunya tidak terasa sakit. Rasa panas menusuk yang perlahan merambat keseluruh tubuhnya. Ketika sakit itu semakin menjadi, Kyuubi menariknya untuk merunduk. Tepat ketika sebuah kilat biru menyambar tepat ditempat mereka berdiri beberapa detik lalu. Kyuubi segera bersiaga meraih tongkat sihirnya. Namun apa yang ada dihadapannya jauh dari yang ia bayangkan.
"Ka... kau...?" Kyuubi tergagap. Ia hendak menarik tangan juniornya dan membawanya pergi dari tempat itu. Namun, Sasuke berlutut kesakitan sambil memegangi perbatasan antara leher dan bahunya. Pemuda Uchiha itu memejamkan matanya keras. Berusaha melawan rasa sakit itu.
"Ada apa denganmu?" Tanya Kyuubi sambil mengguncang bahu Sasuke. Namun pemuda berambut reven itu semakin kesakitan ketika sosok yang menyerang mereka mendekat. Pemuda Uchiha itu jatuh keatas tanah. Mengerang kesakitan.
"Hei, Uchiha?" Kyuubi berusaha menarik Sasuke pergi. Sasuke mengerang kesakitan.
"Ti.. ting.. tinggalkan aku... Kyuu...bi...!" Kata Sasuke dengan nafas terengah-engah. Pemuda pirang itu mengerti keadaan kouhainya itu. Ia berbalik dan berdiri tegap menyiapkan tongkat sihirnya.
"Ternyata apa yang dikatakan Tsunade-baasan benar, bahwa kau telah kembali!" Kata Kyuubi tenang. Sosok dihadapannya itu hanya menyeringai seram. Tak banyak bicara sosok itu langsung mengayunkan tongkat sihirnya sambil merapalakan mantra.
"Sectum sempra!" Mantra itu meluncur disertai kilatan yang menyayat. Kyuubi berhasil menghindar. Ia mendengus kesal.
"Sayang aku tak boleh memakai mantra itu. Satu dari tiga kutukan tak termaafkan. Tapi, kalau sedang dalam keadaan terdesak aku boleh menggunakannya... Crucio!" Kyuubi membalas serangan itu. Adu kekuatan pun terjadi. Beberapa serangan sosok itu mengenai Kyuubi, namun tak dihiraukan pemuda Namikaze itu. Sasuke yang terbaring ditanah hanya menatap kejadian itu. Terdiam. Sakit yang menyerangnya kini semakin menjadi. Tak lama seseorang datang...
"Petrification!" Teriak orang yang baru datang itu. Perlahan sosok Naruto tertangkap mata Sasuke.
"Dimana yang lain?" Tanya Kyuubi. Ia masih bersiaga. Mengantisipasi serangan mendadak dari sosok itu.
"Sudah kembali keasrama!" Jawab Naruto. Suara yang biasanya ceria itu kini terdengar lebih berat dan serius. Ketika mereka hendak menyerang kembali sosok itu lenyap dari pandangan dan seseorang kembali mendekat.
"Apa yang terjadi?" Tanya orang itu, berambut perak yang menentang gravitasi, siapa lagi kalau bukan Hatake Kakashi.
"Kau terlambat, Kakashi! Nyaris kami mati, kau tahu?" Kata Kyuubi. Sementara Naruto mendekati Sasuke yang kini terbaring ditanah, tak sadarkan diri.
"Siapa tadi?" Tanya sensei bermata berbeda warna itu.
"Dia... ular itu memang kembali!" Kata Kyuubi, kini dengan lebih pelan. Ia sedikit mengeluh karena bahu kanannya yang mengeluarkan darah. Kakashi hanya terdiam.
"Kalian, ikut aku keruang kepala sekolah!" Kata Kakashi sebelum berbalik pergi
.
.
.
.
To be continue...
.
.
.
A/N: Saya berharap fic ini tidak menjadi junk fic dan mengecewakan para penghuni FNI, terutama para author senior. Mohon kritik dan sarannya karena ini fic pertama saya. Apabila berkenan mohon review dari reader sekalian. Arigato untuk yang meluangkan waktu membaca fic ini.
