Disclaimer : Naruto dan semua chara lainnya milik MASASHI KISHIMOTO
Shiro no Unmei plus beberapa OC milik KEZIA,
Warning : Zia orang baru, belum pandai nempatin genre, rate atau jenis cerita, mungkin cerita ini bisa dibilang Semi Canon. OOC alias Out of Character (mungkin), typo berserakan (?), alur gak jelas, sudut pandang rada aneh, pokoknya gaje stadium akhir deh.
Don't like, Don't read ! Zia belum siap dikasi flame, zia masih pemula
::
::
"pergi ! aku tak suka melihat penipu sepertimu!"/"hiduplah bersamaku hyuuga-san"/ "aku tidak melarikan diri dari masalah, aku pergi karena ini jalan satu-satunya"/"… aku pergi, berbahagialah bersama sakura."/ jalan hidupnya istimewa karena dia dapat mewarnai takdirnya yang berwarna putih sesukanya./ "…Hyuuga Hikaru"/ "maaf uzumaki-sama, apa anda yakin anda uzumaki?"
::
::
::
Perang dunia shinobi keempat telah selesai, kemenangan berada di tangan para shinobi lima Negara besar, dan semua ini berkat keyakinan hati para shinobi, dan tentunya pahlawan perang kali ini Uzumaki Naruto. Hebat, memang. Seorang bocah yang dulu selalu dihina, tak diakui, bahkan dianggap pembawa sial justru menjadi orang yang sangat penting bagi konoha. Ah ralat, bahkan bagi seluruh pelosok Negara shinobi.
Siang ini, tepat seminggu sesudah perang, udara musim gugur sangat jelas dirasakan oleh warga konoha yang masih semangat memperbaiki desanya. Yah, wajar saja, serangan juubi yang sangat besar itu memang cukup berdampak bagi konoha walau berada jauh dari lokasi perang. Sebagian besar desa sudah selesai diperbaiki, oh, terima kasih pada Yamato. Yamato? Tentu saja, walau sempat sekarat karena digunakan untuk menambah kekuatan para zetsu, namun berkat sel hashirama -yang mengandung energy kehidupan- pada tubuhnya, dia dapat bertahan dan kemudian diobati oleh Sakura. Lalu bagaimana dengan Anko? Tentu saja dia masih hidup. Hei ayolah, bahkan saat cakra Orochimaru keluar dari tubuhnya dia masih bernapas kan?
"Hoi Naruto…!" seorang pemuda yang sedang menunggangi seekor anjing berteriak memangil seseorang yang sedang menikmati ramen yang kesekian mangkuk dalam sebuah kedai.
"Tch, ada apa Kiba? Kau tidak lihat aku sedang makan?" balas sosok yang dikenali sebagai Naruto itu.
"Hei, tak usah marah begitu. Nanti malam jangan lupa datang ke distrik Uchiha, kami akan mengadakan pesta di sana."
"Baiklah, baiklah. Aku ak- Hei, tak sopan sekali ! aku belum selesai bicara Kiba!" Ah, sepertinya kekesalan pemuda berambut blonde itu bertambah begitu menyadari bahwa temannya pecinta anjing itu sudah pergi. Namun hal tersebut tidak bertahan lama begitu dia melihat Ayame membawa semangkuk ramen baru.
"Ramen spesial, untuk calon hokage kita" wajah Naruto yang berseri-seri tadi mendadak merona malu mendengar kata-kata pelayan kedai yang sudah dianggapnya kakak itu.
.
'Shiro no Unmei-white destiny-takdir putih'
.
Waktu berlalu dengan cepat dan malam kembali datang menggantikan siang. Saat ini, seorang pemuda yang berpakaian orange hitam sedang berjalan melewati jalanan yang sepi, tubuhnya terpaku melihat sebuah tenpat yang hampir tidak dikenalinya. Bayangkan saja, Distrik uchiha ada di depannya kali ini bukan seperti distrik uchiha yang sering dilewatinya selama ini. Distrik uchiha yang dulu gelap kini sudah dihiasi lampu warna warni, semak-semak belukar yang dulu tumbu dengan tinggi kini sudah menghilang digantikan oleh bunga-bunga kecil warna-warni. Tanpa memperdulikan keadaan yang berubah drastis, Naruto, nama pemuda tersebut terus melangkahkan kakinya semakin jauh ke dalam distrik uchiha untuk mencari rumah teman sekaligus rivalnya dari kecil tersebut.
Ketemu. Rumah yang ada di hadapannya ini, tampak terang, dari dalam juga terdengar suara-suara tawa riang para shinobi angkatannya, rumah ini berbeda dengan yang dulu. Bukan, bukan bangunannya. Tapi aura rumah ini, rumah ini tampak memancarkan.. um, keceriaan. Dengan hati yang bersemangat, dibukanya pintu rumah tersebut. Seketika suasana yang tadinya heboh dan berisi canda tawa orang-orang, mendadak hening. Dengan raut wajah kebingungan, Naruto tetap berdiri di pintu, sampai akhirnya suara para kunoichi menyadarkannya dari kebingungan.
"OTANJOUBI OMODETOU NARUTO – KUN ~"
Senang. Tentu saja, tapi sekarang bukan ulang tahunnya kan?
"Ah~ Gomen, ulang tahunmu memang sudah lewat tapi kami benar-benar ingin merayakannya denganmu." Seorang gadis berambut soft pink berceloteh sembari menarik tangannya agar segera memasuki rumah bergaya tradisonal jepang tersebut.
"A-ano… O-otanjoubi omodetou Na-naruto-kun" seorang gadis lain mengulang ucapan selamat ulang tahunnya pada naruto. Naruto hanya mengangguk sambil tersenyum membuat pipi gadis bermata lavender tersebut merona, dan untuk menutupinya gadis itu segera berjalan menuju dapur.
Naruto tak bisa berkata-kata, perasaan haru menyelimuti hatinya. Selain teman-temannya disitu bahkan ada sang godaime hokage, kakashi-sensei, yamato kaichou, bahkan sang sahabatnya si Kazekage yang berambut merah.
"Ini kue ulang tahun mu. Sekarang ayo ucapkan permohonan mu" seorang gadis blonde dengan rambut ekor kuda berkata dengan tidak sabar pada Naruto. Naruto mengangguk, mengatupkan kedua tangannya di depan dada, kemudian memejamkan matanya. Dan mengucapakan permohonan sebelum meniup lilin.
'Aku harap, kami-sama memberikan kebahagian pada kami semua sampai akhir nanti'.
Mustahil. Tak ada yang selalu berjalan mulus di dunia ini, benarkan naruto?
"Hei.. ayo kita makan, aku sudah tidak sabar menikmati masakan Hinata." Seru Kiba dengan penuh semangat. sementara Hinata yang ada didapur, hanya tersenyum menanggapi kata – kata Kiba yang memang tak bisa dibilang tak keras.
JDUAAK..
sebuah pukulan tangan mendarat dengan indah di kepala kiba.
"Hei Ino, lama – lama kau semakin mirip Sakura saja." Tak terima. Tentu saja, dia ya dia, bukan sakura. Tcapi kekesalannya pada kata-kata kiba dapat ditahannya saat melihat senyum tulus seorang pemuda berkulit pucat yang berada tak jauh darinya. Senyum tulus, bukan palsu seperti biasanya.
"Ini hadiah dariku, um, tepatnya dari Minato-sensei dan Kushina-san. Dan jangan lupa untuk memberikannya pada calon nyonya Uzumaki nanti." Seorang lelaki berambut keperakan menyerahkan sebuah kotak kecil berhias batu Amethyst dan Sapphire di pingirannya. Jika melihat warna batu yang menghiasinya, batu itu seolah - olah mengingatkan kita pada mata Kushina yang berwarna keunguan dan mata biru Minato, ya kan?
"Dan ini dari ku" seorang shinobi yang memiliki bekas luka di wajahnya memberikan sebuah kupon yang dapat membuat naruto makan ramen gratis sebanyak tiga puluh mangkuk. Wah, sangat beruntung bukan? Tak habis sampai disitu, suara si Godaime hokage yang ehem terlihat cantik itu terdengar
"Dan sebagai hadiah dariku, dua minggu lagi kau akan ku lantik sebagai rokudaime hokage" terkejut, namun kali ini aura keceriaannya sedikit tercemari oleh kata – kata dari tuan rumah kita, siapa lagi kalau bukan si bungsu Uchiha.
"Aku tak punya hadiah dobe, lagi pula dengan membiarkan kalian menginap dan mengacak – acak rumahku, ku rasa itu sudah cukup" ah, benar juga.
Sekilas mata Naruto melirik gadis cantik yang menarik tangannya untuk masuk tadi, gadis itu sedikit salah tingkah saat mendapati Naruto melirik kearahnya. Lucu, seorang Haruno Sakura salah tingkah hanya dengan lirikan Uzumaki Naruto, sedikit bangga tak ada salahnya kan. Naruto hanya tersenyum menanggapi pikirannya yang sedikit ngawur. Ah, lihat. Haruno sakura merona hanya dengan melihat senyuman naruto. Aiihh, bukannya hati Sakura sudah menjadi milik Uchiha yang ada di sebelahnya? Atau… aha, mulai berpaling eh Haruno?
"Gomenasai Naruto-kun, a-aku tidak menyiapkan hadiah sebelumnya" gadis itu berjalan mendekati Naruto, kemudian berdiri di hadapannya "dan sebagai gantinya, aku akan memberikan.."
CUP~, satu kecupan didaratkan oleh Sakura di pipi kiri Naruto.
Naruto? Tentu saja diam seperti orang kebingungan dan tak lama kemudian mengeluarkan cengiran andalannya. Sementara seorang gadis berambut dark blue hanya menatap datar kearah dua orang yang menjadi pusat perhatian saat ini, sesuatu yang tadi berada di tangan gadis itu sudah berpindah menjadi di atas meja, dan tak perlu menunggu waktu yang lama, gadis itu segera berbalik menuju dapur, lagi.
Tingkah gadis berambut gelap tadi tak lepas oleh pandangan seorang pemuda yang memasang ekspresi datar. Ah, sepertinya pesta malam ini cukup menyakiti hati dua orang, ummm, ralat, empat orang sekaligus dan tentunya menimbulkan pertanyaan besar di kepala para pengamat cerita cinta konoha gakure yang unik.
"Hoi, Kapan kita makan?" kali ini perkataan calon pemimpin klan a\Akamichi yang bersuara
"Baiklah-baiklah, Semuanya ayo bersenang-senang sesuka kalian"
"Yeeiii…" suara mereka semua serempak mengisi keheningan yang agak janggal tadi, -minus pada pemegang prinsip stay cool tentunya.
Semuanya terlihat bahagia malam ini, dan membuat senyum Naruto tetap bertengger menghiasi wajahnya. Dengan perlahan dilangkahkannya kakinya menjauh dari keramaian. Perlahan dibukanya sebuah kotak yang sangat ingin diketahui apa isinya. Sederhana, namun manis, itu kesan pertama yang didapatnya saat melihat isi kotak tersebut. Perlahan, ingatannya kembali mendengungkan perkataan kakashi-sensei saat memberikan kotak itu padanya. '…jangan lupa untuk memberikannya pada calon nyonya uzumaki nanti.'
Ah, memangnya siapa yang akan menjadi nyonya uzumaki nanti? Pikirannya kembali melayang lagi, heh tentu saja sakura. Sakura.. ada yang aneh saat dia menyebut nama itu dalam benaknya, dia merasa seperti… melupakan sesuatu yang sangat penting. Aiishh, belum sadar juga he Naruto? Langkah kakinya tidak berhenti sampai di situ, Naruto tetap melangkahkan kakinya menuju pintu belakang yang terletak di dapur. Namun sebelum sampai di dapur, dia melihat semangkuk ramen sedang berdiam manis di atas sebuah meja. Kelihatannya ramen tersebut sudah agak lama, namun masih tetap sedikit hangat.
Walau sudah agak dingin, namun pesona ramen tersebut tetap membuat seorang maniak ramen seperti naruto tergoda. Masa bodo ini punya siapa, bukankah pesta ini untuknya? Tanpa pikir panjang dilahapnya ramen tersebut. Ketika dia telah selesai melahap ramen, matanya menangkap keberadaan secarik kertas yang ternyata berada sangat dekat dari tempat ramen yang ditemukannya tadi.
'Ramen spesial untuk orang yang ku sayangi. Gomen kalau rasanya mengecewakanmu Naruto-kun'
Naruto tersenyum yang terbayang di benaknya saat ini adalah sosok gadis bermata lavender dengan ramput panjang berwarna pink ! hah? PINK !? hey otak mu kemana Naruto-kun? Sebenarnya siapa yang telah benar – benar merebut hatimu, hn?
Naruto hanya mengerang frustasi, bagaimana mungkin dia membayangkan seorang gadis seperti itu. Sekilas dia seperti hinata, tapi sekilas dia juga seperti sakura. ARGGHHHH sakura bermata emerald bukan lavender ! kalau pun membayangkan si Putri Hyuuga rambutnya berwarna Dark blue. Tandai, DARK BLUE, bukan PINK !. ARRGH,,,, Masa bodo, kali ini dia melangkahkan kakinya ke dapur dan mencari pintu yang menuju taman belakang, entahlah dia sendiri bingung kenapa memilih taman belakang.
'Cantik'. Pemandangan di taman ini memang cantik, tapi ada yang aneh, bukannya naruto pernah melihat taman yang lebih cantik dari taman belakang sasuke? Lantas mengapa dia mengatakan taman ini cantik dengan ekspresi seakan terpukau?. Ahhh, naruto memang benar – benar pintar memilih tempat, pasti sosok itu yang dimaksudnya.
Sosok itu sedang memejamkan matanya, membiarkan angin menghapus kepedihan hatinya. Surai indigo panjangnya di biarkan menari bersama angin malam tanpa memperhatikan tubuhnya yang kedinginan. Gadis itu, gadis itu terlihat mempesona di bawah sinar bulan. Aura lembutnya terpancar menyaingi terpaan lembut sang angin. Eh? Tunggu dulu ! bagaimana dengan sakura?
'Arrghh… Benar! Aku tak boleh bimbang seperti ini. Aku menyukai Sakura - chan, aku tak boleh mengecewakannya. Aku menyukai Sakura – chan, aku menyukai Sakura – chan, aku menyukai… Sakura. Bukan Hinata - chan" Hei, dia ragu. Ck, bahkan dia tak menambahkan suffix chan pada nama Sakura.
Naruto membalikkan badannya, keramaian jauh lebih baik dari pada harus dihantui oleh bayang – bayang dua orang gadis cantik.
"Hah ~ pesta ini merepotkan." Seorang shinobi dari klan Nara bersuara.
"Bagaimana jika kita adu minum sake" astaga, sepertinya Sakura memang Tsunade versi muda.
"Aku ikut. Dan siapa yang kalah harus membayar orang yang menang" suara perempuan bermarga senju tadi benar – benar menyuarakan kekompakan antara guru dan murid.
"Ta – tapi Tsunade – sama.."
"Diamlah Shizune, sesekali kita harus mengajari para anak muda cara bersenang – senang"
"Hah ~ Baiklah, Terserah Tsunade – sama saja."
"Sekarang, panggilkan semua yang ikut dalam pesta ini untuk bermain." Tsunade melirik Shizune yang berdiri agak di belakang.
"Ta – tapi.."
"Waktumu lima menit" dengan terpaksa shizune mencari para shinobi yang kini agak terpencar. Beruntung dia menguasai kage bunshin no jutsu, jadi tak sampai lima menit orang – orang yang dicari sudah berkumpul untuk mendengar permintaan tsunade diruang tengah uchiha sasuke. Dan sepertinya semua orang – orang di situ setuju saja, minus Lee yang memang tidak berniat minum, dan tentunya memang disetujui orang – orang di sana, lagipula siapa yang mau acara menyenangkan ini berakhir menjadi kacau karena seorang Lee yang sedang mabuk? Tidak ada.
"Ano, Tsunade – sama, saya tidak minum" suara penolakan Hyuuga Hinata terdengar.
"Ah, ayolah Hinata, masa begitu saja kau tidak bisa? Setidaknya kau harus ikut walaupun tak minum dengan banyak" Sakura bersuara, bukannya apa – apa, tapi Sakura memang tak suka jika tak mengikut sertakan teman – temannya dalam kesenangan, termasuk yang seperti ini.
"Benar Hinata, Lee tidak ikut karena dia memang berbahaya kalau meminum sake walau sedikit" kali ini gadis tomboy bercepol dua yang bersuara.
"De – demo…" ucapan penolakan hinata tidak terselesaikan begitu melihat mata aquamarine Ino yang terlihat begitu memelas. Gadis itu menghela napas. "Hah~ baiklah. Sedikit"
Sesi permainan dimulai. Mereka mulai menegak sake yang tersedia di hadapan mereka. Baru satu gelas, namun Hinata sudah menyerah. Buru – buru dia meminum air putih yang diambilnya dari dapur, meletakkan uangnya di atas meja lalu masuk ke salah satu kamar di rumah itu. Tentu saja, hari ini mereka memang berniat menginap di kediaman uchiha kan? Para shinobi yang masih bermain pun tertawa melihat tingkah hinata yang lucu, bahkan Gaara dan sasuke yang di kenal minim ekspresi saja tersenyum melihat tingkah gadis Hyuuga itu. Sementara Hinata yang berada di dalam kamar tentu saja memerah mendengar tawa dari teman – temannya. Permainan terus berlanjut, semua shinobi masih terlihat seri setelah meminum lima gelas sake. Namun begitu meminum gelas ke enam, uchiha sasuke berhenti dan memilih masuk ke kamar, padahal dilihat dari wajahnya dia masih bisa bertahan. Setelah itu satu persatu ninja yang ikut bermain tergeletak tak sadarkan diri – bukan pingsan, tapi mabuk. Dua sudut siku – siku terbentuk di dahi Tsunade. Hei, lihat dia menang.
"Tsunade – sama," suara shizune membuat Tsunade sadar bahwa bukan hanya dia yang merasakan kejanggalan ini.
"Aku tahu, ini…. pertanda buruk."
"Tapi apa?" suara shizune terdengar sedikit panik.
"Entahlah. Aku tak tahu. Lebih baik kita tidur saja, biar mereka tidur disini" shizune mengngguk mendengar penjelasan Tsunade, dan shizune mengambil langkah mengikuti Tsunade yang sedang memilih kamar.
.
'Shiro no Unmei-white destiny-takdir putih'
.
Dua jam berlalu. Banyak shinobi yang yang bangun dan memilih untuk tidur di kamar. Termasuk Naruto. Saat Naruto terbangun, ia tak mendapati siapa pun tidur di dekatnya. Di bukanya sebuah pintu kamar. Seorang gadis yang ada di dalamnya mengerjapkan mata dan melihat siapa yang mengusik tidurnya. Naruto semakin mendekat, dan kemudian memegang tangan seseorang yang kini ada di tempat tidur. Gadis itu memberontak, namun Naruto justru memegangnya dengan semakin kuat.
TES. Air mata nya terjatuh di saat dia mencoba memberontak. Lagi – lagi usahanya gagal.
"Sshhh, tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu." Bukannya berhenti, air mata itu justru bertambah banyak
"Aku menyukaimu… Sakura"
TBC
(To Be Continue)
Hai semua… salam kenal, Kezia seorang newbie yang dengan tekad seadanya menulis untuk pengalaman. Dan… mohon bantuannya untuk memperbaiki karya _yang sebenarnya tak bisa disebut karya_ REVIEW PLEASE… :)
