-Elegi hati, waktu-
Gintama is only belong to Hideaki Sorachi-sensei. I don't own anything.
Warning: Poetry
So, don't like?
Don't read!
Segala sesuatu yang datang menghampiri, pasti akan pergi meninggalkan.
Hanya menunggu waktu yang akan menentukan di mana pertemuan terjadi dan di mana ia akan meninggalkan.
—ironi
Aku ingin menyalahkan waktu yang seenaknya saja membawa hadirmu menggelitik dalam jiwa dan menyeretmu pergi begitu saja.
Aku ingin- tapi aku tak berdaya.
"Apa menurutmu gaun ini cocok untuk ku kenakan Kagura-chan? Kurasa ini berlebihan."
Cincin permata yang bertengger di jari manisnya, menandakan waktu telah membawa kebahagiaan padanya.
Merenggut apa yang seharusnya ku dapatkan—tidak, aku memang tidak seharusnya mendapatkannya.
"Tentu saja aru. Apa yang kau kenakan akan selalu terlihat bagus Soyo-chan, aku yakin si bodoh itu akan mimisan di hari pernikahannya."
Gaun pengantin putih yang membalut tubuhnya nampak sangat sedap dipandang.
Parasnya membentuk senyum yang membuat hatiku ngilu seperti di remas dari dalam.
"Kagura-chan, kau tidak boleh mengatai kakakmu bodoh loh!"
Dia tertawa—gadis dengan surai hitam yang menjuntai itu tertawa.
Ia tak tau perasaan yang sedang berkecamuk dalam diriku,
—ia tak tau.
Aku masih mengingat kala lengan pemuda itu-Kamui membawakan sebuah tanaman hijau dengan senyum yang tak pernah lekang dari wajahnya.
Ia mengatakan,
jika aku membawanya, maka kebahagiaan akan selalu serta merta ada untukku.
Ia mengatakan,
jika aku menggantungnya di depan pintu kamar, dan ada lelaki yang melihatnya, maka lelaki itu akan menjadi jodohku.
Semanggi berdaun empat.
Bukannya kau yang melihat pertama kali aku menggantunggkan semanggi sialan itu di depan kamarku?
Bukannya kau yang mengatakan jika lelaki pertama yang melihat daun itu akan menjadi jodoh ku?
Lalu, kenapa kau malah berpaling dari ku?
Kau bodoh.
Kau pembohong.
Kicau burung gereja yang saling bertautan, kala sebuah kaki menapak karpet merah yang membawa tubuh mungilnya pada sosok tegap yang mengulurkan tangannya di depan sebuah altar, mengundang riuh haru dan tepuk tangan.
Kau tau apa yang aku rasa kala tanganmu memasangkan sebuah benda yang melingkar pada jari manis kirinya?
Rasanya aku ingin mati detik itu jua.
Kala pendeta mengikrarkan janji dan mulut mu ikut mengecap janji,
Aku seperti ingin melompat dan membawamu lari bersamaku.
Saat bibir kalian pertamakali menyatu dalam sebuah hubungan yang suci,
Aku merasa jutaan panah api sukses menancap pada pembuluh darahku.
Aku membencimu,
Waktu,
Aku membecimu.
Kau-waktu telah merenggut sosoknya dari genggam kecilku.
Kau telah membuka lubang hatiku yang terdalam.
Apa kau pikir aku dapat segera mendapatkan sosok yang setara denganmu? Semua itu perlu waktu.
Cih.
Lagi-lagi, hanya dengan waktu, aku dapat berpangku tangan.
Waktu, aku membencimu.
.
.
.
.
.
A/N: Kagura lagi galau gegara abangnya nikah ama soyo eaaaak :v /enggak woi/
Sebenarnya yang sedang galau ini authornya /yang temenan dengan ku di facebook pasti tau apa masalahku/ dan jadilah fic berupa poetry ini.
Tau ah, gaje sekali. Karena dari dahulu aku emang gak puitis, jadi gak bisa bikin deskripsi yang bermajas dan mendayu-dayu macam author yang lain. Pokoknya author sedang galau. Makanya fanfic ini tersaji seadanya. Maaf jika kurang berkenan. Saran dan kritik sangat di harapkan.
Salam
-Halichi Miyamoto-
