RASCAL CHANYEOL

Cast : My Virus Chanyeol and My Bacteri Baekhyun

M

.

Happy Reading

.

Chanyeol marah bukan main. Langkah kakinya terhentak dengan terburu-buru, bibirnya membentuk satu garis datar dan matanya menatap lurus ke depan dengan tajam. Tangan kanannya menggenggam tongkat besi yang ia ambil dari samping pos security. Ketika matanya menangkap objek yang dicari, kakinya semakin cepat melangkah. Chanyeol belum pernah semarah ini sebelumnya.

Melihat sahabat sekaligus sekretarisnya, Oh Sehun sedang mencumbui pacarnya dengan mata kepalanya sendiri membuat darah mengalir cepat ke otak Chanyeol dan membuatnya mendidih. Chanyeol sudah menjalani hubungan dengan Luhan lebih dari satu tahun dan ia kira tidak ada halangan berarti dalam hubungan mereka. Namun yang baru saja ia lihat di ruang tengah apartemen Luhan adalah indikasi bahwa hubungan mereka tidak baik-baik saja.

Mengingat wajah kedua orang itu emosi Chanyeol meninggi, kini ia telah berdiri di depan sebuah mobil hitam dengan tangan yang terangkat ke udara dan mengayunkannya tongkat besi ke kaca depan mobil itu sampai retak, ia mengulanginya beberapa kali sampai kaca itu pecah, lalu berpindah memukul badan mobil yang terlihat masih sangat mulus. Alarm mobil terdengar keras sekali namun tidak sampai menyadarkan Chanyeol.

"Hey, orang gila macam apa kau ini?!" sepasang lengan menahannya saat Chanyeol kembali melayangkan pukulan ke sisi kiri mobil di depannya. Chanyeol mendorong tangan itu dengan keras hingga pekikan seseorang di dekatnya membuat Chanyeol berbalik menatap ke sumber suara.

Seseorang jatuh terduduk dengan posisi tangan menyangga tubuhnya. Ia mencoba untuk berdiri dan berdiri tepat di hadapan Chanyeol. Ketika pandangan mereka bertemu, kedua mata mereka melebar.

"Byun Baekhyun?" tanya Chanyeol memastikan. Jika dilihat dari bentuk wajah, mata yang sipit dan hidung mungil dan bibir tipis di depannya, ini jelas wajah Byun Baekhyun.

"Oh, ternyata kau! Ada dendam kesumat apa sampai kau merusak mobilku sampai seperti ini?!" kedua tangan Baekhyun ia tempatkan di sisi pinggang, menatap Chanyeol dengan pandangan kesal. Bagaimana bisa seseorang tidak marah jika sesuatu miliknya dirusak oleh orang lain. Sedangkan Chanyeol yang mendengar perkataan Baekhyun mengernyitkan kedua alisnya.

"Aku tidak merusak mobilmu, aku hanya me – " sangkalan Chanyeol terhenti saat matanya melirik nomor plat mobil yang berada di hadapannya, ini bukan mobil Sehun. Ekspresinya yang keras sedikit melunak. "Ini benar-benar... mobilmu?"

"Kau pikir aku sangat miskin hingga tidak bisa membeli mobil, hah?!" wajah Baekhyun memerah karena marah, sangat kontras dengan sweater tebal berwarna putih yang dipakainya. "Kau harus bertanggung jawab!"

"Gunakan saja asuransinya," ujar Chanyeol enteng, ia melempar barang bukti aksi anarkisnya dan menimbulkan suara yang nyaring.

"Ini mobil baru dan aku belum mengasuransikannya." Baekhyun melirik kembali keadaan mobil di sampingnya dengan kernyitan di dahi, banyak tubuh mobil yang lecet parah dan kacanya pecah. "Kau harus menggantinya. Dan karena kau pekerjaanku jadi terganggu."

"Ini tidak sepenuhnya rusak, jadi aku akan membayar setengah dari perbaikannya. Gampang kan?"

Tangan Baekhyun mengepal. "Kau selalu saja seperti ini. Bertindak seenaknya jika sedang marah dan enggan untuk bertanggung jawab! Kau selalu menganggap semua kesalahan itu milik orang lain!"

"Kau sedang membicarakan masalah mobil atau masalah yang lain?" tanya Chanyeol sambil mengangkat kedua alisnya. Ia pandangi Baekhyun yang tidak banyak berubah dari dulu. Rambutnya yang dahulu berwarna hitam berubah menjadi cokelat gelap. Wajahnya berubah menjadi lebih dewasa dari yang terakhir Chanyeol lihat.

Emosi Baekhyun kian menjadi-jadi, ia melirik mobil berwarna kuning yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan perlahan Baekhyun berjalan mendekat pada Chanyeol hingga jarak di antara mereka kian terkikis. Baekhyun menyeringai saat tangannya mendapatkan apa yang ia mau. Setelah itu ia menendang selangkangan Chanyeol dan berlari menuju mobil kuning yang ia yakini adalah milik Chanyeol. Setelah ia sudah membuka kunci dan masuk ke kemudi mobil, suara umpatan Chanyeol semakin terdengar karena ia sudah mendekat.

"... Sialan kau Baekhyun! Kau melukai emasku!"

Baekhyun memasukkan kunci ke lubangnya dan mobil menyala, ia pun berteriak pada Chanyeol. "Ya bangga-banggakan saja pisang payahmu itu!"

Baekhyun menginjak gas dan tersenyum jahat saat telinganya masih mendengar umpatan Chanyeol yang tiada habisnya.

"Kau berkata seperti itu karena kau tidak pernah mau kumasuki! Dasar – "

Teriakan Chanyeol perlahan menghilang tertelan jarak. Baekhyun mengendarai mobil itu dengan cepat, ia sendiri pun kagum dengan mobil yang tengah ia kendarai saat ini, benar-benar keren. Ia yakin jika ia ingin memiliki mobil seperti ini, ia harus menggunakan gaji bekerjanya selama dua puluh tahun.

Bandul bergoyang-goyang yang menggantung di bawah cermin di depannya membuat Baekhyun melepaskan tekanan kaki kirinya, mobil perlahan berjalan melambat. Di sana tergantung sebuah foto yang dikelilingi bingkai pokemon. Itu adalah gambar Chanyeol dan seseorang yang tengah lelaki itu cium.

Baekhyun menghela nafas kasar, bukannya ia cemburu karena melihat foto mesra di hadapannya, walaupun itu sedikit membuat hatinya tercubit. Ia cemburu pada Chanyeol yang masih bisa merasakan kebahagiaan setelah berpisah dengannya. Tentu saja, memangnya kehidupan park Chanyeol hanya berpusat padaku apa, pikir Baekhyun.

Setelah berusaha menghilangkan perasaan sedihnya, Baekhyun kembali mengemudikan mobil itu ke tempat tujuannya. Ia harus menghadiri pembukaan galeri seni yang dibuka di Daegu. Baekhyun menjadi karyawan perusahaan yang cukup besar dan ia diutus untuk menghadiri acara itu. Mobil yang dihancurkan Chanyeol sebenarnya adalah milik perusahaan, kepalanya berdenyut saat memikirkan kemungkinan apa yang terjadi saat atasannya tahu bahwa mobil yang dipercayakan padanya pulang dengan keadaan mengenaskan.

.

e)(o

.

Penampilan Chanyeol berantakan, dasi yang awalnya terpasang rapi kini sudah dilonggarkan dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Jas kerjanya entah ia lempar kemana, rambut yang biasanya tersisir rapi kini berantakan karena ia terus menerus mengusak rambutnya.

Setiap pegawai yang dilewati Chanyeol sudah tidak heran lagi dengan keadaan Chanyeol yang seperti itu, hanya saja hari ini adalah yang terburuk. Mereka menghindari Chanyeol dan sebisa mungkin tidak berhadapan dengannya karena pasti akan didamprat habis-habisan bahkan tanpa mereka melakukan kesalahan.

"Kim Jong In!" salah satu orang yang tidak beruntung diteriaki oleh Chanyeol. Chanyeol berteriak tanpa menghentikan jalannya dan masuk ke dalam ruangan, Jongin mengikutinya masuk dan menutup pintu.

"Ya, Pak?"

"Pecat Sehun dan promosikan karyawan yang pantas menjadi sekretarisku!" Jongin sempat terkejut, ia mendongakkan wajahnya seolah akan bertanya mengapa tapi Chanyeol buru-buru berkata dengan keras.

"Jangan tanya mengapa aku melakukan itu dan keluar dari sini sekarang juga!" apapun yang dilakukan Sehun, Jongin rasa temannya itu telah melakukan kesalahan besar hingga Chanyeol semarah ini. Ia mengenal sifat sepupunya, jadi tanpa banyak pertanyaan Jongin berbalik dan meninggalkan ruangan Chanyeol.

Baru saja Jongin menutup pintu di belakangnya, matanya melihat Sehun sedang terburu-buru berjalan menuju ke arahnya. Dengan cepat ia menghalau langkah Sehun dengan merentangkan kedua tangannya di depan lelaki berkulit putih itu.

"Kau tidak boleh masuk ke sana." Ucapan Jongin dianggap angin lalu oleh Sehun, ia berusaha menyingkirkan tubuh Jongin yang menghalangi jalannya dan kembali berjalan menuju ke ruangan Chanyeol.

"Kau dipecat!"

Langkah Sehun terhenti mendengar perkataan Jongin, ia sempat menoleh ke arah Jongin yang menatapnya tajam sebelum ia meraih handle pintu ruangan Chanyeol dan membukanya.

"Kau tidak boleh mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan kita, Chanyeol!" pekik Sehun setelah ia menutup pintu dengan bantingan. Kedatangan Sehun membuat amarah Chanyeol yang sempat menyurut kembali berkobar.

"Aku tidak peduli, terserahmu jika masih ingin bekerja di sini tapi jangan harap aku akan menggajimu!" tukas Chanyeol sok tenang, padahal kedua tangannya sudah terkepal kuat di bawah meja ingin segera memukul wajah Sehun.

"Ya, itulah kau! Selalu bertindak semaumu sendiri! Semua orang bahkan kekasihmu saja jengah padamu! Terus saja seperti itu sampai semua orang yang berada di sekitarmu – "

"Diam, Oh Sehun!"

" – mengkhianatimu dan berbalik memunggungimu."

Sehun mengakhiri ucapannya dengan nafas yang tidak teratur, bahunya naik turun dengan cepat dan kelopak matanya melebar dan wajahnya memerah. Matanya menatap tajam pada Chanyeol yang kini tengah berjalan mendekatinya dengan santai.

"Aku berusaha memperingatkanmu untuk berhenti, kunyuk!" kepalan tangan Chanyeol melayang ke arah wajah Sehun sampai bibirnya pecah dan tubuhnya terhuyung ke belakang. Tanpa banyak berpikir Sehun segera bangkit dan membalas pukulan Chanyeol tepat di hidung, segaris darah mengalir dari salah satu lubang hidungnya.

"Terus saja bersikap layaknya preman saat seseorang sedang mengkritikmu!"

Chanyeol mendorong Sehun ke arah meja dan barang-barang diatas meja terlempar. Jongin masuk dan menahan tubuh Chanyeol yang hendak melayangkan tinju dan tendangan ke tubuh Sehun.

"Keluar, bodoh!" teriak Jongin sambil menatap Sehun dengan tajam. Ia meringis karena siku Chanyeol menghantam perutnya. Sehun segera berdiri dan meninggalkan ruangan Chanyeol dengan bantingan pintu. Barulah Jongin melepaskan rengkuhannya pada tubuh Chanyeol.

"Kalian berdua sama-sama sialan!" maki Chanyeol sambil melepas dasinya dengan kasar. Ia mendudukkan tubuhnya dengan kasar ke sofa yang berada di dekatnya dan memejamkan matanya. Jongin yang sudah mengenal Chanyeol sejak kecil pun berusaha memaklumi, ia meninggalkan ruangan Chanyeol dengan tangan yang terus memegangi perutnya.

.

e)(o

.

Baekhyun memberikan Chanyeol lirikan sinis yang baru pernah ia lakukan seumur hidup. Dadanya kembang kempis karena jantungnya berdetak dengan lebih kencang, emosinya naik ke ubun-ubun. Kedua tangannya mencengkeram jeruji besi berada di hadapannya dengan sangat erat. Bagaimana tidak marah, baru saja ia masuk ke pesta pembukaan galeri lukis di daegu, dua orang berseragam polisi menemuinya dan membawanya ke kantor polisi dengan tuduhan pencurian mobil.

"Keluarkan aku dari sini," ujar Baekhyun saat Chanyeol hanya berdiri menatapnya dengan senyum menyebalkan di hadapannya, hanya saja jeruji besi menjadi penghalang di antara mereka. "Seharusnya aku yang menuntutmu karena telah merusak mobilku – "

"Mobil perusahaanmu."

"Itu bahkan lebih buruk dari kenyataan bahwa mobil itu milikku!" teriak Baekhyun saat Chanyeol mengetahui bahwa mobil itu bukan miliknya. "Aku pulang dengan membawa mobil rusak ke perusahaan dan bahkan membuat kekacauan di acara yang sangat penting, kau benar-benar akan membuat karirku anjlok!"

"Tenang saja, Baekhyun. Kau bukan dipecat, tapi dipindahkan ke perusahaanku."

"Apa?"

"Kau tidak akan bisa menolak. Di mana lagi kau akan mendapat gaji sebanyak dariku untuk membayar kerugian mobilmu?"

"Kau yang akan membayarnya! Basement itu mempunyai CCTV sebagai barang bukti."

Chanyeol menyeringai. "Ya, dan aku juga akan menggunakan rekaman CCTV itu untuk menuntutmu karena telah mencuri mobilku."

Baekhyun marah karena ia merasa kalah. Melihat senyuman Chanyeol yang meremehkannya, Baekhyun hanya bisa diam. Ia tidak punya ide untuk melawan Chanyeol. Lelaki tinggi itu berbalik menjauhinya, berbicara pada petugas polisi selama beberapa menit dan pintu jeruji itu dibuka. Setelah membungkuk sopan pada polisi tersebut, Baekhyun mengikuti Chanyeol yang sudah berjalan keluar dari kantor polisi.

"Berapa lama aku bekerja denganmu sampai kau mau mencabut tuntutanmu?" tanya Baekhyun saat ia sudah berjalan di samping Chanyeol, menyamai langkah panjangnya. Chanyeol menjawab tanpa menoleh pada Baekhyun.

"Sampai aku memecatmu."

Tatapan Chanyeol terfokus pada mobil kuning kesayangannya. Pandangan Chanyeol menajam saat ia melihat goresan di bagian bamper kiri.

"Mana bisa beg – " protesan Baekhyun terhenti saat melihat tatapan marah Chanyeol yang ditujukan padanya. "Baiklah, baiklah. Aku setuju!"

Baekhyun tahu jika barang kesukaan Chanyeol dirusak atau dicuri orang lain, kemarahannya memuncak dan dia menggila. Baekhyun tahu itu dari dulu. Dan sebagian besar barang-barang Chanyeol berwarna kuning. Pernah saat ia tidak sengaja menjatuhkan robot Bumblebee milik Chanyeol, lelaki tinggi itu langsung mendiamkannya berhari-hari. Dan sepertinya ia harus menerima konsekuensi dari kemarahan Chanyeol karena ia membuat mobil kesayangan Chanyeol yang mirip dengan Bumblebee itu cacat di beberapa tempat karena ia menyerempet tiang kemarin.

.

e)(o

.

"Jongin, aku mau kau saja yang menjadi sekretarisku." Kedua alis Jongin mengernyit heran mendengar pernyataan Chanyeol.

"Kenapa? Aku suka dengan jabatanku – " Jongin menjeda ucapannya saat melihat tatapan Chanyeol padanya, " – baiklah aku sekretarismu sekarang."

"Aku akan menempatkan Byun Baekhyun untuk mengganti posisimu di resepsionis dekat ruanganku," ujar Chanyeol santai sambil membaca dokumen di hadapannya. Jongin yang mendengar sebuah nama yang tidak asing di telinganya mencoba bertanya untuk memastikan.

"Apa barusan kau mengatakan... Byun Baekhyun?"

Diamnya Chanyeol artinya ya. Dan Jongin sedikit tidak mempercayai keputusan Chanyeol yang satu ini. "Kau tidak sedang gila atau apa kan, Chanyeol? Kau mempekerjakan mantan pacarmu di sini?"

"Aku membuatnya dipecat dari perusahaan dan aku merasa bersalah padanya."

"Merasa bersalah?" nada ragu dari Jongin membuat Chanyeol mengalihkan pandangannya dari dokumen yang ia pegang.

"Ada yang salah?"

"Tidak. Oke, aku akan mengurus dokumennya." Jongin beranjak, berniat meninggalkan ruangan Chanyeol sebelum ia mendengar perkataan Chanyeol.

"Baiklah. Dan ini terakhir kali aku membiarkanmu berbicara non-formal denganku saat di kantor, Kim Jongin."

.

e)(o

.

Hari pertama Baekhyun bekerja di perusahaan Chanyeol. Ia mengenakan setelan celana bahan dan kemeja hitam dengan kemeja ungu muda di dalamnya. Orang pertama yang ia kenal di kantor ini adalah Jongin. Lelaki itu adalah sepupu Chanyeol, Baekhyun bertemu dengan Jongin beberapa kali saat ia sedang berkencan dengan Chanyeol.

"Anda, Kim Jongin, kan?" tanya Baekhyun memastikan. Jongin yang sekarang terlihat lebih tampan dan sekarang lebih tinggi darinya. Jongin tersenyum dan mengangguk.

"Jangan sekaku itu padaku, Baekhyun," ujar Jongin sambil mempertahankan senyumnya. "Kau akan menggantikan posisi jabatanku mulai hari ini."

"Apa?" Baekhyun sedikit terkejut, tentu saja jabatan Jongin di sini tinggi, walaupun pasti ia adalah bawahan Chanyeol. Sedangkan Baekhyun hanyalah karyawan bagian pemasaran di perusahaan lamanya.

"Kau akan bekerja di resepsionis dan membantu pekerjaanku. Aku sekretaris Chanyeol." Jongin mengajak Baekhyun untuk melihat tempat kerjanya. Mereka duduk bersisian. "Aku sedikit kaget saat Chanyeol ingin mempekerjakanmu."

"Ya, aku juga." Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar. "Aku tidak bisa menjamin bahwa aku akan tunduk padanya selama di sini."

"Aku juga meragukan itu."

Hari demi hari Baekhyun lalui dengan sabar karena Park Chanyeol benar-benar menjengkelkan. Ia salut dengan Jongin yang dari dulu sampai sekarang masih saja kuat bekerja dengan Chanyeol yang banyak protes. Minggu pertama Baekhyun bekerja, Chanyeol benar-benar memperlakukannya seperti pembantu. Minggu berikutnya tidak lebih baik dari sebelumnya, bahkan ia dimarahi hanya karena ia menghabiskan waktu lima belas menit di WC karena diare.

"Setidaknya setrika dulu pakaianmu saat akan bekerja," ucap Chanyeol saat ia berhenti sejenak di meja resepsionis dekat rekat ruangannya. Padahal hanya bagian lengan atas kemeja Baekhyun yang terlipat sedikit tapi laki-laki itu protes. Setiap hari Chanyeol seolah mencari-cari kesalahan Baekhyun.

"Ya aku memang menyetrikanya, tapi menjadi seperti ini karena aku berdesakan di dalam kereta."

"Kau naik kereta?"

"Memangnya aku punya kendaraan sendiri?"

"Sudah kuperingatkan untuk selalu berbicara sopan padaku, ya!"

"Kau juga berbicara informal padaku, ngomong-ngomong." Baekhyun jengah karena sikap sok mengatur Chanyeol. "Oh, sepertinya anda salah memakai kostum. Apakah pantas memakai kaus kaki berwarna kuning ke kantor?"

Jongin yang hampir setiap hari melihat pertengkaran mereka di kantor hanya diam saja dan duduk anteng di kursinya. Untung saja ruangan mereka sedikit jauh dengan ruangan lain, hingga tidak banyak karyawan yang melihat pertengkaran rutin mereka. Ia juga heran kenapa Chanyeol tidak memecat Baekhyun, padahal Baekhyun terkadang sangat tidak sopan terhadap atasannya itu. Apa Chanyeol jatuh cinta lagi?

Kembali pada dua orang dewasa yang tengah bertengkar seperti biasanya

"Mana ada seseorang berumur dua puluh lima masih menggunakan sabun dan shampoo bayi." Baekhyun mendelik, Jongin pun juga. Sepertinya Jongin baru menyadari ini?

"Berani-beraninya kau menghina kebiasaanku?! Dasar maniak kuning!" kini Baekhyun berdiri di hadapan Chanyeol. Mereka saling bertatapan dengan tajam. Jongin hanya sanggup menghela nafas, sikap mereka benar-benar sama dengan saat mereka pacaran dulu jika bertengkar.

"Aku tahu, karena obsesimu pada warna kuning itu, kau bahkan tidak rela saat membuang fesesmu, kan?!"

"Ap – apa?" Chanyeol terkejut setelah mendengar perkataan frontal dan tidak sopan dari Baekhyun. Matanya kian mendelik dan wajahnya memerah. Sedangkan Jongin harap-harap cemas, sepertinya kemarahan Chanyeol sudah tidak bisa ditolerir lagi. Baekhyun harus bersiap-siap, OUT!

"Chanyeol?"

Sebuah suara membuat ketiga orang itu menoleh secara bersamaan. Ekspresi Chanyeol dan Jongin berubah, namun tidak dengan Baekhyun. Ia sama sekali tidak mengenal seseorang dengan wajah manis berambut coklat madu yang tengah menatap Chanyeol dengan tatapan sendu. Ketika Baekhyun mempelajari wajah itu lebih lanjut, orang itu adalah sosok yang dicium Chanyeol di foto yang tergantung di mobil Bumbleebee-nya.

"Jangan mendekat, Luhan." Tatapan Chanyeol berubah menjadi datar, dan tatapan datar Chanyeol adalah ekspresi terburuk yang dimiliki Chanyeol. Namun Luhan tetap berjalan mendekat ke arah Chanyeol.

Luhan menghubunginya tapi Chanyeol sama sekali tidak mengangkatnya, ia mengirim pesan tapi Chanyeol menghapusnya bahkan sebelum lelaki tinggi itu membaca pesan itu. Akhirnya dengan segenap keberanian ia menemui Chanyeol, karena tau seperti apa Chanyeol ketika kemarahannya bangkit.

"Aku ..."

Perkataan Luhan terhenti saat Chanyeol menarik lengan atas Baekhyun untuk menghadapnya dan menundukkan wajahnya, telapan tangan kiri Chanyeol merangkum rahang Baekhyun dan bibir mereka bertemu.

Bibir atas Baekhyun terhisap dengan kuat sampai Baekhyun melenguh. Tangan Baekhyun terkepal dan mendorong dada Chanyeol tapi perbuatannya membuat Chanyeol menggunakan lidahnya untuk menggoda bibir Baekhyun. Luhan melebarkan mata rusanya, tidak menyangka akan disuguhi kejutan yang sangat tidak menyenangkan dari Chanyeol.

"Baiklah aku mengerti. Oke, kita berpisah, Chanyeol." Itu perkataan Luhan sebelum berbalik dan meninggalkan ketiga orang yang berada di ruangan itu. Jongin masih ada di sana, ia menatap tidak percaya pada dua orang yang tengah berciuman di hadapannya.

Rengkuhan dan ciuman Chanyeol terlepas saat Baekhyun menendang selangkangan Chanyeol sekuat tenaga. Langsung saja Chanyeol membungkuk sambil memegangi benda berharganya. Ia sangat marah karena kedatangan Luhan dan kini kemarahan itu bertambah sampai tingkat teratas.

"KAU! SIAL – "

Umpatan Chanyeol seolah tertelan kembali saat melihat Baekhyun berjalan mundur perlahan lalu jatuh terduduk. Matanya tidak fokus dan pelipisnya berpeluh. Kemarahan Chanyeol perlahan menghilang dan terganti dengan perasaan khawatir. Jongin yang tanggap langsung saja berlari mendekati Baekhyun dan berjongkok di depannya.

"Kau kenapa, Baekhyun?" saat tangan Jongin menyentuh pundaknya, Baekhyun menepisnya dan berkata dengan lirih, suaranya tersendat oleh nafasnya yang tidak beraturan.

"Aku ... aku baik-baik saja."

Chanyeol termenung saat melihat keadaan Baekhyun, dan reaksinya saat Jongin menyentuhnya. Baekhyun berubah, etahu Chanyeol, Baekhyun tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia berjalan mendekat ke arah Baekhyun dan Jongin dan melihat Baekhyun menenangkan dirinya.

Baekhyun mengambil nafas pendek dan menghembuskannya perlahan selama beberapa menit, sebelum akhirnya ia bisa bernafas normal. Ia gunakan punggung tangannya untuk menyeka keringat di pelipis, leher, dan tengkuknya. Jongin yang sedari tadi membimbing Baekhyun untuk menenangkan dirinya pun ikut tenang saat Baekhyun kembali normal.

Ketika Baekhyun berdiri, Chanyeol mendekat pada Baekhyun. Sebelum ia sempat bertanya bagaimana keadaannya, pipi kanan Chanyeol memanas setelah sebuah tamparan keras mengenainya.

Continue?