Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Rate M

Genre :

Romance/Hurt-Comfort

Warning! :

AU/OOC (semoga saja tidak)/Typo(?)/MatureContent/BahasaVulgar#maybe/Yaoi/LIME/LEMON #keepsafe

.

.

.

Suara kemeriahan di suatu tempat tertutup membuat beberapa orang yang mendengarnya ikut menghebohkan suasana sambil bertepuk tangan. Sebuah pesta rahasia? tidak!, sebuah perkumpulan anak-anak gaul? tidak!, semua asumsi tentang tempat itu selalu salah. Tempat itu memang tertutup, tapi tidak sedikit juga orang-orang yang mengetahui tempat aneh itu, to the point.. tempat para lelaki penghibur.

Biasanya orang-orang akan menjumpai klub-klub dewasa dengan para gadis-gadis sexy sambil menari erotis maupun para wanita penghibur yang rela kehilangan harta berharganya demi beberapa lembar uang, tapi tempat yang satu ini sangatlah berbeda, orang-orang hanya bisa menjumpai ribuan laki-laki remaja maupun dewasa berkumpul di tempat itu, sudah jelas bahwa tempat itu berisi para kaum Yaoi yang ingin memenuhi hasrat seksualnya.

"Siapakah yang akan membayar lebih tinggi untuk pria seme disampingku ini?" teriak seseorang yang dikenal sebagai MC acara taruhan di tempat itu.

Semua pria berparas wajah uke memenuhi area pria seme itu, Aomine Daiki namanya. Wajah seme dengan kulit coklat gelap menjadi serbuan pria uke saat ini, banyak yang menawarnya dengan harga yang sangat tinggi.

"Kise Ryota, dia memilih Aomine dengan harga sangat tinggi, ada yang sanggup melewatinya?" seru sang MC saat salah seorang pemuda membuka harga tinggi.

Kehebohan pun berubah menjadi keheningan, mungkin tidak ada uke lain yang dapat melewati bayaran Kise.

"Selamat, Kise-san." sang MC memberi salam pada Kise dan memberikannya ruang untuk mengajak Aomine pergi dan menjadi partnernya malam itu.

"Baiklah, untuk yang terakhir pada malam hari ini. Dia adalah seorang uke."

Kali ini para pria seme memenuhi panggung sambutan, seolah mereka siap membayar tinggi untuk uke yang satu ini, klub di tempat ini jarang memunculkan uke, maka sudah jelas kalau uke yang menjadi bahan taruhan ini akan sangat dikejar-kejar oleh seme lainnya.

Suara tapak kaki dari arah pintu dekat panggung pun semakin jelas seraya seorang pria atau dapat dibilang, seorang pemuda berambut biru terang dengan paras wajah yang sangat uke itu benar-benar membuat para seme-seme menantinya penuh kegirangan, antara ingin segera membawanya pulang atau menidurinya.

"Kuroko Tetsuya, seorang uke, dan masih amatir, belum ada yang pernah menjamahnya, maka harganya akan langsung dibuka dengan jumlah yang cukup tinggi. Ada yang sanggup?" sang MC menarik pemuda bernama Kuroko Tetsuya itu agar lebih dekat dengan calon pembayarnya itu.

Seketika suasana menjadi sangat hening, itu antara pemuda ini tidak laku atau pemuda ini terlalu mahal. Tapi tidak lama, ada seorang pemuda juga yang berani mengangkat tangannya.

"Aku akan membayarnya dengan jumlah itu." kata salah satu pemuda, berambut merah kehitaman dan bertubuh kekar berotot itu.

"Kagami?" sahut salah satu temannya, "Jangan lakukan."

"Kau terlalu meremehkanku, Midorima.", pemuda berambut merah itu pun mengeluarkan uangnya dan memberikannya pada sang MC.

"Baiklah, mari kita ucapkan selamat untuk Ka-"

"Tunggu!" teriak seorang pemuda lainnya dari arah berlawanan, "Aku akan membayarnya jauh lebih tinggi lagi dan aku dapat memastikan tidak ada yang mampu melebihi bayaranku."

Semua seme yang sedaritadi memperhatikan wajah polos Kuroko kini beralih pada wajah seorang pemuda dengan mata heterochromianya itu.

"A-Akashi?" cetus pemuda yang terlebih dahulu membayar untuk Kuroko, Kagami Taiga.

Tanpa mendengarkan perkataan Kagami, pemuda heterochromia bernama Akashi itu sudah memberikan semua uangnya pada sang MC. MC yang tidak bisa berkata-kata lagi langsung memberikan ruang untuk Akashi agar dapat membawa Kuroko. Persaingan yang begitu singkat tapi ketat.

Akashi menarik Kuroko ke sebuah ruangan kecil, sebuah ruang ganti sepertinya.

"Cepat kenakan pakaianmu, kau akan bersamaku semalaman ini." katanya datar tapi menatap dalam pemuda uke didepannya itu.

Kuroko dengan cepat memunguti pakaiannya di lantai ruang ganti itu, mungkin karena terlalu terburu-buru, ia tidak sempat menaruh pakaiannya di tempat yang layak, saat ini Kuroko hanya mengenakan boxer biru polosnya, memancing pandangan Akashi untuk selalu melihatinya.

"Ehm..A-Ano.. bisakah kau tidak melihatku seperti itu?"

Akashi mengalihkan wajahnya, "Memang kau pikir aku akan melakukannya denganmu sekarang? Cih!" balasnya ketus.

Dengan cepatnya Kuroko mengenakan pakaiannya itu dan mengikuti Akashi ke apartementnya yang terletak tepat 2 bangunan dari tempat itu, Akashi mengajak masuk Kuroko yang sedaritadi memasang wajah paniknya itu.

"Doushite?" tanya Akashi saat menyadarinya.

Kuroko menelan ludahnya tanda panik yang tertahan itu, ia mengalami dilema yang kuat, antara harus menggantikan uang Akashi dengan memuaskannya atau kabur dan menerima resiko masuk penjara karena telah melakukan penipuan.

"Ehm.. kau tau bahwa aku masih amatir kan? E-Ehm..jadi," tiba-tiba Akashi mendorong tubuh Kuroko ke ranjangnya itu dan menindih tubuh mungilnya, "Aaah..Akashi-kun." rintih Kuroko kesakitan akibat perlakuan Akashi.

Akashi menarik tangan Kuroko dan membimbingnya untuk menyentuh absnya, Kuroko memejamkan matanya, ia benar-benar uke yang amatir. Melihat respon Kuroko, Akashi menyudahi aksinya dan memberi ruang Kuroko untuk bernapas lega.

"Kau benar-benar amatiran ya, Tetsuya."

"Hmm.. ya begitulah."

Dengan wajah datarnya Akashi menatap dalam uke amatiran yang baru saja ia bayar mahal itu, "Kau memang bodoh." bisiknya pada Kuroko.

"Are?"

"Menyentuh absku saja kau tidak becus, bagaimana kalau ku suruh kau melakukannya lebih intim lagi?"

Kedua chrom mata yang berbeda warna itu melihati Kuroko penuh ketajaman, sebentar lagi pemuda yang ia bayar ini akan menganggapnya berotak mesum, bagaimana tidak? ia rela melepas lembaran demi lembaran uang yang ia punya itu hanya untuk menyewa pemuda amatiran yang sama sekali tidak berpengalaman untuk memuaskannya.

"Gomennasai, Akashi-kun. A-Aku masih belum yakin untuk melakukannya."

Lagi-lagi sinar mata seram dipancarkan Akashi, "Lantas, apa gunanya kau mengikuti taruhan sialan itu?"

"Ehm..sebenarnya aku juga tidak ingin melakukannya, tapi demi bertahan hidup, aku terpaksa mengikuti taruhan itu." jelasnya sambil mengusap air matanya yang mulai menetes, sungguh pemuda yang mudah tersentuh hatinya. Wajah polos ukenya dibasahi oleh butiran-butiran air mata, tidak ragu Akashi mengusap setiap butiran itu, walau terlihat kejam dan sombong, Akashi tetaplah manusia yang memiliki hati.

"Lagipula, aku juga tidak ingin melakukannya padamu, Tetsuya."

"Lalu mengapa kau rela membayar mahal untukku, Akashi-kun?"

"Karena suatu alasan, dan akan jauh lebih baik untuk tidak dibahas sekarang."

Wajah Akashi yang semula datar, kini berubah menjadi lebih nyaman dilihat seolah ada sesuatu yang menempel di benaknya.

"Sebenarnya banyak hal yang ingin ku tau darimu, tapi kau butuh istirahat bukan? menginaplah di apartementku, besok akan ku antar kau pulang."

Kuroko mengangguk kecil, awalnya ia merasa terancam dengan Akashi, tapi dengan reaksi Akashi yang sama sekali tidak berniat untuk menjamahnya itu membuatnya merasa lebih nyaman. Mungkin ia sudah menyadari kepribadian Akashi yang sebenarnya.

"Hmm.. tidurlah sekarang. Besok kau akan menjadi partnerku seharian."

"B-Baiklah, Akashi-kun."

TBC


A/N : Minna-san.. kembali lagi author membuat fanfict ala jampe jampenya Shounen-ai #dilempar

Tapi jangan kuatir, untuk fanfict author yang masih berstatus belum kelar, maka masih author lanjutkan, tapi tentu updatenya gak pasti. :D maklum, tangan author udah greget banget mau nulis fanfict baru. Semoga suka dengan fanfict baru ini ya :P hehe..

Next! Chapter 2 comingsoon! Kuroko POV only XD

Mind to review?