LOVE DETECTOR

Rated T+; Luffy X Sanji; Romance & Hurt/Comfort

Disclaimer; One Piece © Eiichiro Oda

...

Tributed for Michantous. Janji saya untuk mem-publish Luffy X Sanji yang memiliki 4-5 chapter. Enjoy it! :D

...

Di jembatan merah bertiang biru tua...

Kau akan menemukan sebuah lentera dengan bel kerincing emas...

Di balik lentera tersebut,

Ada sebuah legenda yang mengitarinya dan mengundang calon kekasih untuk datang...

Kabarnya ketika bel bergemerincing dan lentera menyala dengan lembut,

Dan ketika kau melihat ada orang di hadapanmu...

Kau telah menemukan kekasihmu...

Chapter 1. New Year

...

Sanji tersenyum ketika ia berhasil memasangkan kertas permohonannya di salah satu ranting yang lumayan tebal dan kuat. Rasa puas muncul dari desahannya yang kuat. Dia menatapi seluruh kertas-kertas permohonan yang sudah dipasangkan di ranting-ranting pohon tua tersebut. Rata-rata permohonan tersebut menuliskan supaya tahun ini jauh lebih baik lagi, lulus ujian perguruan tinggi, lulus ujian negara, mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi, dan daging.

Apa?

Tunggu sebentar? Daging? Ya Tuhan... orang sebodoh mana yang menuliskan permohonan agar mendapatkan daging? Pasti dia hanyalah orang yang bodoh.

Sanji terus memandangi kertas bertuliskan 'DAGING!' tersebut, bahkan tulisannya sama amburadulnya dengan pola pikir penulisnya. Sanji mendecak di balik bibirnya yang tengah melumat ujung rokok. Asap kelabunya terkadang membuat orang menyingkir darinya, ditambah dengan tatapan kesal. Namun Sanji tidak mengacuhkannya. Dia terus melihat kertas tersebut, dan dia merasakan sesuatu membentur tubuhnya. Dia menoleh ke samping, raut wajahnya penasaran. Takut-takut kalau yang jatuh itu adalah seorang lady yang sama sekali tidak boleh terluka. Dia melihat ke bawah, seorang laki-laki. Sanji mendecih.

"Kau tidak apa-apa?" namun dia tetap saja mengulurkan tangannya ke arah anak tersebut. Mata birunya menangkap sosok tersebut.

Rambut hitamnya benar-benar terlihat lembut, tubuhnya tinggi namun tidak setinggi Sanji, kurus namun Sanji bisa merasakan ada otot ketika tangan itu menjamah tangannya.

Matanya nyaris tidak berkedip begitu melihat sosok tersebut di hadapannya.

.

.

.

Dia benar-benar memiliki mata yang paling besar dan berkilau. Manik onyx-nya sama sekali tidak bisa dibandingkan oleh segala hal... Sanji menggelengkan kepalanya.

Maaf...

Tapi aku tidak bisa bersamamu lagi,

Dia tidak boleh mengingat itu. Kembali lagi dia menatap anak laki-laki yang ada di hadapannya. Ada sebuah luka yang dijahit di bawah mata kirinya. Namun itu malah membuatnya terlihat begitu imut. Namun Sanji bisa merasakan maskulinitas dari auranya. Jelas-jelas dia bukan pria biasa. Terutama senyuman lebarnya tersebut.

Senyuman yang bisa selalu menular kepada semua orang. Sanji juga jadi ingin tersenyum.

"Maaf, ya. Xixixixixi..."

Bahkan suaranya juga begitu renyah dan enak didengar. Dan lagi, tawa itu. Sanji selalu ingin mendengar tawa itu.

NYUT...

Sanji mencubit pipinya.

Dia baru bertemu dengan anak yang tidak dikenal ini. Dan dia sudah merasakan sesuatu di jantungnya. Melihat tubuh itu, Sanji ingin memeluknya. Namun hati kecilnya mengatakan kalau dia jauh lebih ingin dipeluk. Sanji mencubit pipinya lagi. Jelas-jelas anak itu lebih muda daripada dia!

"Ah... tidak. Harusnya aku yang minta maaf."

Namun anak itu hilang. Sanji mendengus kecewa. Namun dia bisa mendengar teriakan di ujung trotoar sana.

"DAGIIIING!"

Bulit keringat mengalir di kepala Sanji.

Hari ini dia sudah mengetahui siapa yang menuliskan permohonan konyol di kertas tersebut.

Sialnya, dia sudah mencintai orang tersebut.

Dalam pandangan pertama.

...

Phew... singkat. Namun tenang sajalah... saya enggak sebodoh itu membuat Fic yang terlalu pendek. Chapter yang satu ini khusus untuk prelude-nya aja. Chapter kedua-kelimanya pasti akan jauh lebih panjang, tunggu, ya... ;)