A/n : fanfic ini tidak compatibel dengan HBP dan DH apalagi epilog. Di fanfic ini Dumbledore dan Snape masih hidup meski perang sudah selesai dan om Voldy sudah punah.
Aquadewi : Iya, ini tahun ke-7, tahun terakhir mereka di Hogwarts, 2 tahun setelah perang selesai. Ngomong-ngomong Tom ama Jade, udah conferm belum sih putus, di instagram sih kayaknya meyakinkan, lol jadi ngerumpi :D
Riska662 : Iya nih mumpung lagi mood dan ada inspirasi buat nulis, biar ga lupa
Undhott dan AuroraDM : Terima kasih untuk apresiasinya. :)
Don't Hold Back
Disclaimer : Harry Potter punya Mommy JK Rowling yang tega banget tidak mempersatukan Dramione
Aku menghabiskan separuh malam di salah satu bar di Diagon Alley bersama Blaise, Theo dan Goyle. Hari ini adalah hari ulang tahun Blaise, dia mentraktir kami minum-minum untuk hari besarnya ini, "Tahun ini aku hanya ingin pesta private saja bersama sahabatku, pesta para bujang." Katanya yang dilanjutkan dengan mengoceh tentang kebosanannya dengan para wanita yang selalu menggerayanginya dan menyuruh kami mencarikannya wanita uniq yang tidak membosankan, Goyle dengan polosnya menyarankan Blaise berpacaran dengan si Loony Lovegood yang mendapat sambitan di belakang kepala, aku hanya mendengus mendengarnya, Theo tertawa terpingkal-pingkal.
Malam ini sudah sangat dipersiapkan serapih mungkin oleh Blaise, bahkan dia berbicara dengan Granger untuk menukar jadwal patroliku tiga hari yang lalu. Dia juga sudah menyiapkan strategi dan sogokan agar tidak tertangkap oleh Flich. Malam yang tidak buruk, kami sangat menikmati pesta private bujang ala Blaise ini.
Pukul satu lebih tiga belas menit aku sampai di ruang rekreasi ketua murid, aku berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air ketika ketukan di pintu depan berbunyi, aku berjalan kembali menuju pintu masuk asrama ketua murid dan mendengar bisikan-bisikan saat aku telah sampai di balik pintu, aku sangat mengenal suara-suara itu, Potter, Weasley dan.. Granger. 'Kenapa dia tidak buka sendiri saja' pikirku.
Bicara soal ketiga orang itu, setelah perang hubunganku dengan Golden Trio ada dalam tahap good term. Kami memang tidak berteman tapi kami juga sudah tidak bermusuhan lagi, meski kadang tetap saling mengejek tapi levelnya masih dalam taraf 'normal'. Aku tak membenci mereka lagi, bagaimana bisa aku membenci mereka jika - aku benci mengatakan ini - telah menyelamatkan nyawaku dan Goyle dari lahapan api di kamar kebutuhan. Bahkan Pansy bersahabat dengan Granger, dia juga mulai berteman dengan Weasley perempuan yang sama-sama tergila-gila dengan fashion muggle. Aku hampir tak percaya mendengar dia bercerita padaku dan Theo di ruang rekreasi Slytherin tempo hari, dia antusias sekali.
Sama sepertiku, Pansy pun bukan tanpa alasan bisa berteman dengan Granger. dia berhutang nyawa pada Gryffindor itu saat perang dua tahun yang lalu, jika saat itu Granger tak menolongnya mungkin Pansy sudah mati, lukanya sangat parah - bahkan Millicent tak bisa tertolong - dan dia hampir terkena kutukan tak termaafkan. Sebenarnya aku benci berhutang nyawa pada orang lain tapi aku bersyukur aku masih hidup sekarang.
Setelah perang memang banyak orang yang berubah, khususnya orang yang dekat denganku, walaupun tidak dibarengi dengan keadaan di sekitar. Situasi tidak banyak berubah meski Dark Lord telah mati. Diluar dinding Hogwarts keadaan masih terbilang kacau. Prejudice masih tetap ada, Pureblood masih berpengaruh dan punya kuasa di kementrian. Meski kebanyakan dari Pureblood - khususnya yang senior - adalah pelahap maut dan banyak melakukan pembantaian saat perang lalu tapi tak banyak yang di penjara atau di adili, seperti Mcnair yang masih leluasa di luar sana, tak jarang mengancam dan melukai para Muggleborn, atau Lestrange bersaudara yang kabur ke negara lain setelah Dark Lord dan bibi Bella meninggal, aku tak tau tepatnya mereka kemana tapi yang aku dengar mereka pergi ke salah satu dunia sihir wilayah eropa.
Ayahku sendiri masih aktif di kementrian, dengan dukungan dan pengaruh dari para Pureblood senior yang lain serta limpahan kekayaan keluargaku, statusnya yang seorang Pelahap Maut dan pernah mendekam di Azkaban tak membuatnya kehilangan posisi di kementrian, ayah bahkan ditunjuk menjadi ketua organisasi persatuan para Pureblood, yang telah menghasilkan sebuah petisi untuk meng-Obliviate dan membuang para Muggleborn dan Squib ke dunia Muggle. Aku belum tau hasil dari petisi tersebut, tapi jika dilihat dari situasi sepertinya belum ada hasil akhir.
Ironisnya para Pureblood junior - khususnya di Hogwarts - justru berbeda pemikirannya dengan para senior, kami sudah tidak mementingkan prejudice, kami bertingkah laku kepada Muggleborn dengan baik bahkan kepada Squib di luar sana, kami berinteraksi dengan selayaknya. Kami para Pureblood junior lelah dengan kekacauan dan ketakutan yang kami semua alami sejak usia dini, kami hanya ingin hidup normal dan damai.
Aku membuka pintu, "Merlin, kau mengagetkanku saja Ferret." Kata Weasley hampir melompat.
"Jadi kau ingin aku menutup pintunya lagi Weasel?" Kataku enggan.
"Malfoy, syukurlah kau masih bangun. Kami akan membawa Hermione ke dalam." Itu suara Potter.
"Tak ku sangka ketua murid perempuan yang KATANYA sangat mematuhi aturan malah mabuk-mabukan disaat seharusnya dia berpatroli" aku mengejek, tapi menggeser badanku, mempersilahkan kedua Gryffindor itu membawa sahabat kesayangannya ke dalam.
Granger mabuk berat, dia mengoceh tidak jelas bahkan dia memukul kepala dua lelaki dari Golden Trio tersebut. Butuh usaha besar untuk tidak tertawa. "Kau juga habis minum-minum Malfoy, tercium jelas dari nafasmu. Lagipula ini sudah lewat dari jadwal patroli." Potter menimpali
"Apa password kamarmu Hermione?" Aku mendengar Weasley bertanya pada mantan pacarnya.
Sebenarnya aku tidak terkejut kalau Weasley ini bodoh tapi aku tidak menyangka dia bisa setolol itu, "Weasel, untuk masuk kesini saja kalian tidak bisa jika bukan aku yang membuka pintu. Bagaimana kau pikir dia bisa masuk ke kamarnya?"
"Jangan ikut campur Ferret,"
"Terserahlah, jangan ganggu aku." Aku berjalan ke dapur, meminum segelas air.
"Harry, bagaimana ini?"
"Hermione.. Hermione.. ayo bangun, katakan apa password kamarmu?" Potter mengguncang-guncang tubuh Granger, hanya dibalas dengan dorongan keras di pipinya.
Aku menggeleng-geleng 'Potty dan Weasel sama saja bodohnya' pikirku, lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
"Ini gara-gara kau, kenapa semua minuman kau campur wisky api?"
"Aku kan hanya ingin semua kebagian, biar adil." Samar-samar aku mendengar cekcok mereka disana. "Kita baringkan Hermione disana saja."
Aku keluar kamar mandi berjalan menuju kamarku, sempat melihat Granger dibaringkan di sofa depan perapian. "Kau yakin membiarkannya berbaring disini?"
"Kalau begitu kita bawa lagi saja Hermione ke asrama Gryffindor?"
"Jika tadi Hermione tidak bersikeras ingin dibawa ke asrama ketua murid, aku sudah membaringkannya di tempat Ginny, kau lihat sendiri dia sampai memohon-mohon."
"Lalu bagaimana?"
'Cekrek'
Terdengar suara pintu terbuka, mungkin Granger sudah sadar atau tidak sengaja menggumamkan passwordnya. Aku mengangkat bahu lalu terlelap.
Aku bangun dari tidurku, merasakan mual akibat minuman wisky api, segera aku keluar kamar, berlari menuju toilet, memuntahkan semua isi dalam perutku. Aku tak tau ini pukul berapa, tapi aku yakin ini sama sekali belum mendekati pagi karena diluar masih sangat gelap dan dingin. Tak lama suara langkah kaki mendekat dan sebuah tangan menggosok-gosok punggung dan memijit-mijit leherku. Aku tersentak tapi hanya sesaat karena aku dengan segera memuntahkan lagi isi perutku.
Malfoy, kenapa dia ada disini, bukankah Blaise mengatakan bahwa malam ini dia tidak akan pulang ke asrama ketua murid karena ada brithday party yang di adakan Blaise. 'Shit' batinku panik.
Setelah selesai patroli bersama Justin Flinn - Flechey, aku berkunjung ke asrama Gryffindor, sedang ada pesta disana, merayakan kemenangan tim Quidditch Gryffindor yang mengalahkan Ravenclaw dalam pertandingan beberapa hari yang lalu. Awalnya aku menolak mengizinkan mereka berpesta karena aku mendengar akan ada penyelundupan wisky api untuk acara malam ini, tapi semua murid asramaku dari tahun kelima sampai ketujuh berkonspirasi merayuku, mereka bilang wiskyapi-nya hanya ada sedikit khusus untuk anggota tim Quidditch saja. Akhirnya aku mengizinkannya.
Rencanaku sebenarnya hanya untuk menengok situasi pesta saja sebelum aku pulang kembali ke asrama ketua murid, tapi ketika aku datang, teman-teman memaksaku berdansa dan meneguk satu gelas butterbeer penuh. Karena aku lelah berdansa, ku teguk lagi satu gelas butterbeer yang aku ambil di meja pojok ruangan, tetapi minuman kali ini ada yang berbeda, butterbeer gelas kedua yang aku minum memiliki rasa lain yang sangat kuat. Aku dapat merasakan artichokes, oysters, asparagus dan darah unicorn saat minumannya melesat ke dalam tenggorokanku. Aku tersentak, berusaha memuntahkan lagi minumanku, tapi sia-sia, aku merasa kepalaku berat dan berkunang-kunang, sepertinya aku mabuk. "Shit," bisikku panik. Apa yang akan dibuat oleh campuran ke empat bahan ramuan itu jika bukan lust potion? Aku pernah membaca buku 20 ramuan termahal di dunia dan lust potion adalah salah satunya. Aku tak habis pikir siswa Gryffindor mana sanggup membeli ramuan seperti ini? Dan yang lebih penting lagi untuk apa dan siapa ramuan ini ditunjukkan. Aku merasa sial sekali mendapati minuman seperti ini, mungkin aku diganjar oleh Professor Dumbledore karena mengizinkan pesta ini, melalaikan kewajibanku.
Dengan sempoyongan aku berjalan ke tempat Harry tengah berdansa dan menariknya ke tepi ruangan, aku memintanya untuk mengantarku ke asrama ketua murid karena mabuk berat, Harry menyarankan untuk menginap di tempat Ginny, aku menolak mentah-mentah.
Bagaimana bisa aku menginap di kamar orang lain dengan keadaanku seperti ini, aku bahkan tidak tau level berapa lust potion yang aku minum untuk mengetahui berapa lama lagi hingga efek ramuannya akan mulai bekerja.
Aku memohon-mohon pada Harry untuk segera mengantarku, Ron melihat interaksiku bersama Harry lalu mendatangi kami, aku mengancam kepada kedua sahabatku itu tidak akan berbicara pada mereka selama sebulan penuh jika tak segera mengantarku ke asrama ketua murid, aku bahkan menjanjikan akan membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah mereka selama dua bulan penuh jika mereka membiarkanku sendirian disana.
Kembali ke asrama ketua murid dan meninggalkanku sendiri adalah satu-satunya cara agar aku tidak bertindak senonoh kepada orang lain. Aku tak tau apa yang aku alami ketika keluar dari asrama Gryffindor, aku sudah tak sadarkan diri, hingga tadi aku terbangun diranjangku sendirian. Aku pikir aku beruntung karena malam ini Malfoy tidak ada di asrama ketua murid. Tapi ternyata disinilah dia, tepat dibelakang punggungku, menawarkan segelas air putih. Aku menolak dan menyuruhnya untuk pergi. Dia menyerahkan gelas itu dengan paksa ke dalam genggamanku, "cepatlah selesaikan kegiatanmu, aku juga ingin menggunakan toilet," katanya, lalu pergi keluar kamar mandi.
Aku meminum air putih yang diserahkannya lalu berjalan menuju wastafel untuk mencuci mukaku. Aku segera berlari keluar kamar mandi menuju kamar tidurku, meninggalkan gelas yang bekas aku gunakan di wastafel karena aku merasakan efek ramuannya mulai bekerja. Tapi aku malah menabrak Malfoy dalam perjalananku menuju kamar tidur, tabrakannya cukup keras hingga kami terjatuh ke lantai, aku berada diatas tubuh Malfoy, kulihat bibirnya ketika aku mengangkat kepalaku, sangat menggairahkan. Tak sampai lima detik aku menatap bibir itu hingga aku merasakannya, menciumnya penuh gairah. Malfoy segera membalas ciumanku dengan lebih menggairahkan, menggiringku membalikkan posisi kami. Selanjutnya kami bergerak sesuai insting kami.
A/n : Omigot apa kata temen-temen gue kalau tau gue bikin scene beginian ckckckck lol
Lust potion dan 20 ramuan termahal-nya asli karangan sendiri, ingredient-nya dapet dari mbah google lol
