Title: Stage Play

Summary: Bukankah Shakespeare pernah menuliskannya? Dunia ini adalah sebuah panggung dan kita hanyalah sekumpulan pemain—Oh, tunggu! Kalau semua adalah pemain, lantas peran apa yang dimainkan oleh Kuroba Kaito saat ini?

Disclaimer: D.C/Case Closed bukan milik penulis dan merupakan sebuah mahakarya dari Gosho Aoyama, di sini penulis hanya memiliki hak penuh atas fanfic ini dan akun di mana fanfic ini berada.


.

.

Door #1: Entrances

All the world's a stage,
And all the men and women merely players;
They have their exits and their entrances

William Shakespeare, As You Like It

.

.

Satu hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Kudo Shinichi ketika ia bangun adalah melihat seorang Nakamori Ginzo di balik pintu rumahnya. Ia bahkan tidak pernah membayangkan akan ada seorang yang cukup waras—dan cukup nyali tentunya—datang ke rumahnya di pagi hari dan mengetuk pintu rumahnya dengan jumlah tenaga yang berlebihan. Sangat berlebihan hingga bisa membangunkan setidaknya dua atau tiga rumah disekitarnya.

Tidak cukup sampai disitu (Shinichi sempat bernafas lega ketika bunyi ketukan bertenaga itu berhenti), sang inspektur rupanya mampu menemukan keberadaan bel listrik yang tertutup oleh hiasan natal tahun lalu.

Heh.

Ya, tentu saja ia sengaja membiarkan hiasan itu menutupi bel rumahnya. Ia tidak tahu—dan harus berjaga-jaga—apabila suatu saat, seperti sekarang ini, akan muncul tamu tidak tahu diri yang terus memencet tombol kecil menyedihkan itu.

Argh!

Daripada menyembunyikannya, mungkin lebih baik ia mengubah dering bel listrik itu menjadi alunan nada yang lebih lembut yang dapat mengantarnya tidur.

Ia memperdebatkan, dalam dirinya, apakah harus ia buka pintu yang membatasi mereka atau ia biarkan pria tua itu terus menunggu sementara ia kembali mencukupi kebutuhan tidurnya.

Ini hari minggu dan sudah hampir lima hari ia harus tersiksa secara fisik.

Ya, menginap di sebuah desa terpencil, tidur diatas sebuah tikar bersama beberapa orang asing (Ugh, dan seorang pria mesum yang terus mengganggu personal space-nya yang ternyata adalah seorang buronan polisi atas tuduhan pelecehan seksual—s, semacam itu. Ya.) sebelum akhirnya ia putuskan untuk ikut berpatroli bersama para polisi, dan kembali pulang setelah melakukan hampir sepuluh jam perjalanan dengan sebuah mobil pick up.

Apapun yang akan pria tua itu bicarakan—APAPUN—pastilah menyangkut rival abadi mereka; Kaito KID.

Dan bagaimanapun ia mencoba, membahas seorang pencuri di hari minggu—hari liburnya, bukanlah suatu hal yang membuatnya bergairah untuk bangkit dari tempat tidur.

Ia menghelakan nafasnya dan mengangguk-angguk.

Meyakinkan dirinya bahwa tempat tidur dengan sprei berwarna putih dan aroma pewangi favoritnya lebih menggoda daripada menerima seorang polisi masuk ke rumahnya di hari minggu pagi.

Detektif itu pun berbalik dan dengan senyum puas bersiap kembali memasuki kamar tercintanya.

Namun, belum sempat ia mencapai langkah ketiga (terhitung dari pintu), suara percakapan Nakamori Ginzo dan seseoang diluar sana menghentikannya. Membuatnya berbalik dan kembali mengintip melalui lubang kecil yang bersejajar dengan kedua matanya.

"Kau yakin?"

"Menurut laporan yang kudapat ia pulang semalam, sekitar pukul 11 lebih 23 menit dengan memakai mobil Kudo-san. Sampai detik ini mobil itu belum terlihat jadi, mm... Kuanggap ia belum datang."

"Bodoh! Bisa saja mobil itu dibawanya ke bengkel atau ia ditilang atau—intinya bisa saja saat ini ia didalam!"

"Ah, benar juga.. O, oh! Dia keluar!"

Nakamori Ginzo dan seorang pria disampingnya (Shinichi cukup yakin pria itu adalah asisten baru Nakamori Ginzo karena ini adalah kali pertama ia melihatnya) berdiri mematung saat pintu terbuka.

'Dia' yang mereka maksud Nampak mengernyitkan keningnya. Ia juga masih dilengkapi dengan piyama kuning terang berbordir bebek kecil pada saku dadanya serta sebuah kacamata baca yang bertengger pada batang hidungnya. Rambutnya masih nampak berantakan, poni yang menyebar rata menutupi keningnya dan cuat rambut khas pada bagian belakang kepalanya nampak tertutupi helai rambut yang acak itu.

Beberapa ruam merah bisa terlihat pada pipi dan lehernya—oh, juga pada lengannya. Kedua bola mata dengan iris biru langit cerah nampak sayu dan ada bekas hitam pada sekeliling matanya.

Sang inspektur tertegun untuk sesaat.

"Selamat pagi, ng... Shinichi-kun?"

Si pemilik rumah mengangguk pelan dan mengabaikan sapaan bingung lawan bicaranya. Ini bukan kali pertama ia membuka pintunya dan dikira sebagai orang lain.

"Wuah, lebih menyeramkan dari yang kau katakan, Keibu!"

Nakamori berdeham setelah menyikut bawahannya.

"Maaf kami mengganggu waktumu di hari libur, Shinichi-kun. Ada yang harus kami bica—tanyakan padamu. Apa kau ada waktu?"

Shinichi hendak menganggukan kepalanya untuk merespon pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ia jawab itu, namun, tiba-tiba saja matanya membelalak saat selembar kertas keluar dari sebuah amplop yang tergenggam erat dalam kepalan tangan Nakamori.

Diketik rapih dan dibubuhi cap resmi dari kantor kepolisian.

Hari itu, untuk kali pertama dalam 23 tahun, Kudo Shinichi mendapat pelajaran berharga dalam hidupnya; Jangan pernah buka pintu rumahmu untuk dua orang polisi di Minggu pagi.


A/N:

Enjoy the short madness and don't forget to leave a review, guys ^^