STAR LIGHT
.
Sore itu, ketika mentari mulai menenggelamkan dirinya di ufuk barat, dan burung-burung berkicauan. Di sebuah RSU kota Namimori—tepatnya di sebuah ruangan ICU—hening mencekam antara seorang pemuda dan dokter bertampang kusut yang baru saja memeriksanya
"Maaf, saya sangat menyesal untuk mengatakan ini, namun.." suara berat sang dokter memecahkan keheningan diantara mereka berdua. Tampak jelas bahwa sesuatu yang buruk sedang—atau akan—terjadi.
"Namun apa?" tanya pemuda dengan rambut raven dan mata onyx itu. Ia tidak takut sama sekali, walau ia tahu bahwa ia akan mendengarkan berita buruk—atau yang terburuk tentang kondisinya.
"Waktu mu.. Waktumu tidak lama, bertahan selama 14 tahun saja sudah merupakan sebuah mukzijat." Ujar sang dokter menggigit bibir bawahnya. Ia merasa bersalah tidak menyadari keadaan pemuda itu sejak awal, menyadari bahwa pemuda itu sudah tidak dapat ditolong lagi..
"oh." Seakan hal itu tidak berdampak apa-apa baginya, si pemuda hanya menjawab sekenanya dan bersikap seolah tidak ada yang bahaya atau apalah.
"Tapi, selama kau memakan obat, mungkin nyawamu bisa diperpanjang." Jelas dokter itu berusaha memberikan harapan kepada si pemuda dan memberikan secarik kertas yang berisi resep obatnya.
"Hn, aku tak butuh itu. cepat atau lambat manusia pasti mati." Dan setelah mengatakan hal itu, pemuda itu pun berlalu.
I Present To You—
Star Light
Genre: Angst, Hurt/comfort
Rate: T
Pairing: D18, G27, 8059
Disclaimer: nangis darah pun ga bakalan jadi milikku, selamanya tetap Amano Akira-sensei ( ;3;)
WARNING! Typo mungkin bertebaran :v, fic gaje, author newbie, harap maklum ( ;A;) rada OOC mungkin ._.)
Enjoy!
.
"we, like the Flowers and the Trees, are pitiful
How do I live without you?
.
.
Langit sedang cerah, di sore hari itu terdengar bunyi langkah kaki seseorang yang tergesa-gesa dan berat. BRAK! Suara pintu yang dibuka dengan kasar, disertai dengan suara riangnya yang memanggil kekasihnya; "Kyouya!"
"hnn.." sedangkan yang dipanggil hanya menyahut singkat, memberikan death-glare singkat kepada Dino yang telah mengganggu ketenangan di dalam ruangannya, tonfanya terangkat siap menggigit pemuda itu sampai mati. "UWA! Tahan dulu Kyouya!" kata Dino panic sambil mengeluarkan cambuknya mencoba menahan serangan dari Kyouya. "Mau apa kau, haneuma? Mengusikku disaat aku tidur siang.. terima akibatnya!" tampaknya Kyouya tak peduli dan terus menerus menyerang Dino sampai akhirnya tonfanya tertahan oleh cambuk Dino. "Cih.." Kyouya mendecak pelan tanda tak senang. Dino sendiri lega karena ia tidak ceroboh seperti biasanya—atau dia sudah babak belur saat ini. "Haneuma—" "Kyouya! Ayo kita keluar!" ajak Dino sebelum Kyouya sempat menyelesaikan kata-katanya. Sejenak Kyouya terdiam. "Ada apa—" tangan Dino meraih selembar kertas yang ada diatas meja Kyouya, yang langsung direbut oleh Kyouya. "—Apa itu?" tanya Dino penasaran. "Bukan apa-apa. Jadi? Mau kemana?" tanya Kyouya berusaha mengubah topic. Walau sedikit bingung, tetapi Dino tidak menghiraukannya. Paling hanya kertas kerjaan, begitu pikir Dino. "Kau tau hari ini hari apa?" tanya Dino. "Aku tak peduli ini hari apa." Jawab Kyouya sekenanya, yang disambut dengan sweatdrop Dino. Khas Kyouya, memang.
"Ayolah, hari ini hari festival Tanabata! Mari kita keluar! Kata Romario, bila sepasang kekasih menyaksikan Tanabata bersama-sama, mereka tidak akan terpisahkan, karena hikaboshi dan orihime akan senantiasa melindungi mereka.." jelas Dino panjang lebar. "tidak terpisahkan…" Kyouya bergumam tidak jelas. "Kyouya?" Dino merasa ada yang tidak beres dengan Kyouya, ia pun merasa bersalah mengajak Kyouya. "K-kalau kau merasa tidak enak, maka—" Sebelum Dino sempat menyelesaikan ucapannya terpotong oleh Kyouya, "—Tidak, ayo kita pergi." Tak disangka, Karnivore yang biasanya benci keramaian itu menerima ajakan Dino. Menarik Dino keluar dari ruangannya dan membuang kertas tadi, yang berisi berbagai resep dokter.
"aku ingin melewati waktu sebanyak mungkin denganmu…"
-oOo—
Dan disinilah dirinya, Hibari Kyouya, ditengah keramaian pengunjung festival. Tak disangka, bahwa ia dapat tersesat—atau malah Dino menyesatkan dirinya sendiri. Menarik nafas panjang, Kyouya mengeluarkan deathglare sepanjang jalan agar ia dapat berjalan dan mencari Dino dengan tenang, yang malah membuat banyak pengunjung ketakutan. "Baka.." pikir Kyouya. Ia menyesal menerima ajakan Dino walau mengetahui bahwa Romario atau orang-orang yang dianggapnya sebagai keluarga itu tidak ada. Dia harusnya tahu, Dino sangat ceroboh. Ya, harusnya dia mengantisipasi ini. Kyouya menelusuri sekeliling tetapi hasilnya nihil. Dia tidak menemukan Dino.
"Khh—" ia tersentak, memegangi dadanya yang terasa sesak. "—tidak, jangan sekarang.." keadaan Kyouya menjadi buruk, sangat. Ia sekarang bermandian keringat dingin hanya dalam beberapa menit saja. Bahkan sekarang ia tidak dapat bernafas dengan baik, dan pandangannya mulai mengabur. Inikah akhirnya? …..
"Kyouya!" sebuah suara memanggilnya. Yang bersangkutan kembali sadar, bahwa ia—kekasihnya Dino tidak boleh mengetahui tentang penyakitnya. Tidak, ia tidak boleh tahu. Kyouya berusaha terlihat normal, walau keringat masih mengucur dengan derasnya, membasahi kimononya. Setelah merasa cukup normal, Kyouya pun berbalik dan menemukan Dino telah berdiri disana, membawa banyak barang dan makanan. "Kyouya? Kau tidak apa?" sial.. Dino sudah menyadarinya—mungkin. "Aku tak apa-apa bodoh.." ujar Kyouya berusaha rileks. "Tapi kau berkeri—BRUK! Sebuah hantaman tonfa mendarat di perut Dino. "Aduh.." Dino merintih pelan dan mengusap-usap perutnya yang 'dicium' itu. "kau meninggalkanku disini, ditengah-tengah keramaian ini.." nada Kyouya rendah dan dingin. "M-maaf! Aku mencari sebuah tempat dimana kita bisa menyaksikannya tanpa keramaian, dan juga romantic.." tanpa basa-basi Dino menarik tangan Kyouya, mengajaknya ke tempat yang disebutkannya itu.
"berikan aku waktu, sedikit lagi saja.."
-oOo-
"Ne, Kyouya.. Kau suka bunga apa?" tanya Dino berusaha mencari topik untuk memecahkan keheningan.
"Mengapa tiba-tiba?" Kyouya mengernyitkan dahi. Tak biasanya Dino bertanya seperti itu.
"Yah, kau tahu.. aku hanya penasaran, tidak ada hal lain. Ayolah?"
"Tak ada yang special." Jawab Kyouya singkat
"Kalau begitu, yang berkesan saja."
"Dandelion."
"Kenapa?"
Kyouya menghela nafas. "Kau penasaran—atau sedang mengintrogasiku?" Kyouya jelas terusik dengan pertanyaan Dino yang bertubi-tubi. Sedangkan Dino hanya tertawa kecil menanggapinya. "Maaf, aku hanya penasaran. Dandelion itu kecil, dan dia juga tidak seindah bunga mawar atau lily. Kenapa kau menyukainya?"
"Dandelion mungkin kecil, tetapi dia kuat. Dan lagi setelah dia gugur, dia menerbangkan kelopaknya bersamaan dengan harapan baru dan angin.." Kyouya menerawang jauh
"Oh ya? Aku malah membenci Dandelion.." kata Dino setelah mendengar perkataan Kyouya. Kyouya pun hanya terdiam, tapi Dino tahu artinya.
"Dandelion itu, seperti katamu, dia menerbangkan kelopaknya bersamaan dengan harapan baru dan angin.. karena itu aku membencinya." Dino menggenggam tangan Kyouya sebelum melanjutkan, "Bayangan bila Dandelion itu adalah orang yang kusayangi. Aku tak ingin dia pergi, meninggalkanku. 'Harapan baru' itu seperti.. kau tahu, seperti mempunyai orang lain yang disayangi.. yah begitulah. Dan lagi Dandelion hanya mekar sebentar, kemudian ia layu. Aku tak ingin itu. aku ingin bersama-sama dengan orang yang kusayangi selama mungkin. Aku juga ingin dia bermanja-manja padaku, menumpahkan kegelisahannya. Aku ingin bisa diandalkan olehnya.. ia mungkin kuat, tetapi tetap saja.." Dino menatap Kyouya lekat-lekat, dan kemudian menghapus jarak antara mereka—mengecup bibir Kyouya lembut dan sesaat.
"Aku mencintaimu, Kyouya.." ujar Dino.
".. Cavallone—" Dino mengernyitkan dahi. Tidak biasanya Kyouya memanggilnya seperti itu.
"—bagaimana kalau kita hentikan bermanis-manis seperti ini saja?" DEG! Perkataan Kyouya benar-benar membuat Dino bingung sekarang.
-oOo-
Hibari's PoV
".. Cavallone—" Aku menelan ludah. Jujur saja aku tak ingin terdengar dingin seperti ini—walau biasanya aku dingin—tetapi, aku harus melakukannya. Maaf, aku tak bermaksud menyakitimu. Kupandang sejenak wajah Dino, dan aku tahu benar bahwa ia kebingungan.
"—bagaimana kalau kita hentikan bermanis-manis seperti ini saja?" sukses. Kata itu sukses meluncur dari bibirku. Kuharap perkataanku cukup dingin dan menusuk.
"A-Apa maksudmu, Kyouya?" tanya Dino. Bisa kulihat dengan jelas bahwa badannya bergetar walau pelan.
Aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya.. "Jelas, bukan? Aku muak bermanis-manis seperti ini, Cavallone."
"Tapi! K-kita tidak bermanis-manis!" Suaranya mulai bergetar dan meninggi. Maafkan aku, Dino..
Tidak, aku tahu..tapi, aku tidak bisa mundur sekarang.. "Oh ya, Cavallone? Apakah karena bodyguard lemah tidak ada disekelilingmu?"
"MEREKA BUKAN BODYGUARD LEMAH! MEREKA KELUARGAKU!" aku terkejut. Baru kali ini kulihat Dino semarah ini denganku. Keluarganya sangat berharga baginya, aku tahu itu. Tampaknya Dino pun sama terkejutnya. Mungkin ia tidak sadar telah membentakku. "M-maaf, a-aku tak bermaksud membentakmu. Tolong, jangan menghina keluargaku."
"Bunga apa yang kau sukai, Dino?" tanya ku sebelum kulanjutkan perkataanku tadi.
"—Ha? Err… Iris." Jawab Dino yang bingung dengan pertanyaanku yang 'aneh' itu.
"Mengapa?" tanyaku lagi.
"um.. iris artinya 'pelangi' dan.." Dino terdiam sejenak.
"Dan..?"
"Aku rela melakukan apapun.. untuk orang yang kusayangi, dan itu kau, Kyouya.." ujar Dino lirih.
".. Dino.." aku menelan ludah—lagi—kali ini aku benar-benar tak tahu. Apa yang harus kulakukan? Aku.. aku tidak ingin menyakitinya—menyakiti Dino. Tapi..
"Kau lah awanku.. Kyouya.." Ujar Dino lagi. "Kau lah pelangiku. Kau membuatku menyadari hal lain—lebih penting dari mafia. Kau membuat hidupku berwarna. Kau .. kau segalanya.."
Kaulah segalanya untukku, Dino.. kau membuatku mengenal hal itu..—cinta. Tapi.. "Maaf, Cavallone. Kau bukanlah langitku, aku tidak mencintaimu." Maaf, aku harus berbohong padamu, Dino..
"Bohong! Kau bohong kan, Kyouya? Ah.. april mop sudah lewat—atau kau mau memberikan aku kejutan? Ahaha. Itu tidak lucu, Kyouya.. Katakan! ITU BOHONG BUKAN?!" Dino menguncang-guncang pundak kecil Kyouya, tak menerima apa yang dikatakan Kyouya.
"…" alih-alih memberikan sebuah jawaban, aku tersenyum—tersenyum lebar untuk pertama kalinya, dan terakhir kalinya.
"Maafkan aku, Dino." Kemudian aku pun berbalik, memunggungi Dino dan menjauhinya. Aku tak bisa menoleh—tidak, aku tidak boleh. Atau aku akan bimbang kembali. Tak terasa airmataku jatuh.
Apakah tadi cukup bagus? Ya.. kurasa cukup, itulah acting terbaikku selama ini.
-OoO-
Dino's PoV
""Bohong! Kau bohong kan, Kyouya? Ah.. april mop sudah lewat—atau kau mau memberikan aku kejutan? Ahaha. Itu tidak lucu, Kyouya.. Katakan! ITU BOHONG BUKAN?!" aku menguncang-guncang pundak kecil Kyouya, tak menerima apa yang dikatakan Kyouya. Walau yang kutahu, Kyouya tak pernah berbohong padaku selama ini. Aku tak dapat menerimanya! Bagaimana bisa? Aku mencintainya—sangat sangat mencintainya.
"…" tidak ada respon dari Kyouya. Ia masih diam, rambut ravennya menutupi wajahnya, membuatku susah menebak ekspresinya saat ini. Ketika aku hendak membuka mulutku, aku terkejut.
Dia, Hibari Kyouya tersenyum lebar. sangat sangat cantik. Matanya tanpa keraguan, membuatku tertegun. Dia serius. Matanya tidak menyiratkan keraguan, tidak ada sedikitpun ekspresi dingin di wajahnya—malah ia sangat hangat, dan itu sukses membuat hatiku terasa sangat sakit. Aku tidak suka ini. Aku lebih menyukainya saat ia bersikap dingin—seperti sikap biasanya.
"Maafkan aku, Dino" katanya lalu berbalik memunggungiku dan menjauh. Sakit, aku tak mau melihatnya menjauh. Aku ingin memilikinya, selamanya. Ingin rasanya menariknya kedalam pelukanku—tapi itu mustahil, ya.. tidak mungkin, ia membenciku sekarang. Satu-satunya hal yang dapat kulakukan adalah mengabulkannya, dan berhenti mengganggunya. Selamat tinggal cintaku, selamat tinggal awanku..
-To Be Continued—
Yosha~ Alicia is here! Gimana? Keren kah? Gaje? OOC?
Huwaa~ entah kenapa ingin buat angst lagi ,a dan kebut terus! Yeah~
Ini fic multichap pertama X3 dan mungkin kisah D18 akan diselingi dengan kisah pairing lainnya. Jadi mungkin chap 1 (yang ini) D18, chap 2 8018, chap 3 D18 (lagi), dan seterusnya ,
Apakah menyusahkan? Kalo iya biar disambung terus.. tapi mungkin apdetnya kelamaan *sigh* apalagi kendala waktu.. tapi yosha! Ganbarimas~~ w9
Nah, judul ceritanya diambil dari lagu ed Busou Renkin, Hoshi Akari (Star Light). Lagunya keren lho! Rada-rada galau gimana gitu *slap*. Tapi tenang, ini bukan song fic. Cuma "rada" song fic aja XD
Okay~ last, review pliss m(_ _)m author baru butuh review sebanyak mungkin agar bisa semakin berkembang desu ;A; flame juga boleh kok X3 review yaaa! Pliss, plisss? *maksa(?)
