Disclaimer: Harry Potter bukan milikku, tapi milik dari J.K. Rowlings
Warning: AU, OOC, Slash, Mpreg
Rating: T
Genre: Adventure, Romence, Drama
Pairing: HPDM
AN: Hi, ini adalah fic percobaanku. aku terinspirasi untuk membuat fic ini setelah lihat anime uragiri wa boku no namae wo shitteiru. aku pinjam plotnya sedikit-sedikit dan aku manipulasi sedikit-sedikit pula
Nah, selamat membaca
KEY OF TWILIGHT
By
Sky
Peperangan yang telah berlangsung lebih dari 10000 tahun lamanya itu tidak akan berhenti dalam kurun waktu yang dekat, peperangan antara ksatria Walpurgis dengan pelahap maut telah memakan waktu yang begitu berkepanjangan, bahkan korban yang berjatuhan akibat peperangan yang sangat hebat itu tergolong tidak sedikit jumlahnya, baik itu di antara kedua pihak maupun orang-orang yang tidak bersalah.
Kekuatan sihir antara hitam dan putih terus bersaing antara satu dengan yang lainnya, darah yang mengalir dalam tubuh pun mengalir untuk membela pihak mereka. Selama 10000 tahun itu pula, para ksatria dan para pelahap maut pun terus bereinkarnasi dalam rantai kehidupan dan ditakdirkan untuk bertarung lagi sampai ke dalam kehidupan selanjutnya, rantai kehidupan mereka tidak pernah putus, mereka terus terlahir menjadi jiwa yang sama di dalam tubuh orang yang berbeda. Sejauh apapun mereka berpisah, atau sedekat apapun mereka saling mengenal, tetap saja takdir yang berada di antara keduanya telah memutuskan kalau mereka akan menjadi musuh untuk selama-lamanya. Musuh abadi yang terus bertarung sampai tidak ada sesuatu yang tertinggal di dalam mereka, sebuah rantai kehidupan yang sangat menyedihkan karena tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah.
Setiap seribu tahun sekali, puncak peperangan di antara kedua belah pihak terjadi dan setiap itu pula bulan merah yang diselimuti oleh cahaya silver akan muncul di atas langit malam yang gelap, menjadi sebuah pertanda kalau semuanya akan dimulai dan juga akan berakhir. Bulan Walpurgis, begitulah mereka menyebut bulan yang berselimut darah tersebut, sebuah nama yang ironis bagi para ksatria namun bulan itu malah memberi kekuatan kepada para demon yang telah membela sang pangeran kegelapan yang juga menjadi pemimpin dari pelahap maut.
Semua itu terus terjadi secara berulang-ulang, tidak ada kemenangan maupun kekalahan. Selama ia mengingat rantai kehidupannya, ia selalu terlahir menjadi orang yang sama, seseorang yang harus dilindungi dan juga seseorang yang harus diburu untuk dibunuh seumur hidupnya. Terkadang ia tidak mengerti untuk apa ia dilahirkan di dunia ini, ia merasa seperti orang yang tidak berguna, berada dalam perlindungan seseorang yang ia tahu akan mengorbankan jiwa mereka hanya untuk melindunginya. Seumur hidupnya, pemilik mata silver kebiruan itu dapat merasakan darah dari para ksatria-nya selalu dikorbankan untuk keselamatannya dan ia tidak menginginkan semua itu. Kesedihan yang terus berkepanjangan itu membuat sang pemilik mata idah tersebut menitikkan air matanya.
Sepasang lengan kekar memeluk tubuhnya dengan sangat erat, membuat dirinya membenamkan wajahnya pada jubah yang dikenakan oleh orang yang tengah memeluknya dengan erat tersebut.
"Kapan semua ini bisa berakhir? Kesakitan itu terus kuraskan di sini." Gumamnya dengan lembut, suaranya begitu lembut dan melodius. Sang pemilik mata indah tersebut menggenggam jubah milik orang yang memeluknya dengan sangat erat.
Pemuda berambut hitam yang tengah memeluknya itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memeluk tubuh kecil sang pangeran dengan sangat erat. Kerudung jubah yang ia kenakan dikepalanya itu menyembunyikan tatapan sedih yang pemuda berambut hitam itu, ia menatap kepala berambut pirang platinum milik sang pangeran yang tengah duduk di atas pangkuannya itu dengan lembut dan sedih, ia tahu kalau mereka berdua tengah terluka parah, namun Harry tidak peduli dengan semua itu, yang ia pedulikan saat ini adalah keadaan pemuda manis yang ada di pelukannya itu. Luka yang Harry derita itu tidak sebanding dengan luka hati yang Draco terima, ia masih bisa mengingat kalau sang pangeran manis itu adalah orang yang menanggung semua ini sampai akhir hayatnya, terus menderita dan tersiksa oleh luka hati karena semua ini.
"Untuk sekali saja aku ingin bebas, bebas dari semua penderitaan ini." Ujar sang pangeran, ia mengangkat wajahnya dan menatap Harry lekat-lekat, "Harry, terima kasih atas semuanya."
"Draco."
Sebuah senyum kecil muncul di wajah manis Draco, "Terima kasih karena kau selalu berada di sampingku, dan berjanjilah padaku kalau kau akan membebaskanku dari semua ini." Ujar Draco yang masih dengan senyum manisnya, namun kali ini sedikit bercampur dengan rasa sedih yang berada di sana, "Kalau aku ditakdirkan untuk menemui kematian, berjanjilah padaku kalau dirimulah yang akan membunuhku."
Harry memegang genggaman pedangnya dengan sangat erat, ia menatap wajah manis milik Draco secara lekat-lekat. Sang pangeran itu benar-benar manis, begitu memikat hati siapa saja yang melihatnya. Ia begitu mirip dengan seorang malaikat, lebih tepatnya adalah malaikat yang berhasil memikat hati Harry yang dingin itu. Sang ksatria Walpurgis tersebut memejamkan kedua mata emeraldnya untuk sesaat, ia melepaskan genggamannya dari pedangnya untuk membelai pipi Draco yang halus itu. Harry menatap wajah Draco, ia tahu kalau usia kekasih dan master-nya itu tidaklah lama, Draco telah menggunakan seluruh sihirnya untuk mengakhiri peperangan yang tidak ada hentinya ini untuk sementara, sama seperti yang Draco lakukan di kehidupan sebelumnya.
"Aku tidak akan pernah menyakitimu." Ujar Harry, ia membenamkan wajahnya pada rambut Draco, menghirup aroma mawar yang keluar dari tubuh kekasihnya itu. "Aku tidak akan mengkhianatimu."
Pemuda berambut hitam itu tahu saat ini sebuah bulan walpurgis berada di atas langit, tepat di atas kepala mereka, sebuah tanda di mana puncak peperangan terjadi seperti pada tahun-tahun sebelumnya dan diakhiri dengan pengorbanan jiwa dari sang pangeran.
"Draco." panggil Harry, ia mendekatkan wajahnya pada remaja berwajah manis itu dan Harry pun mengecup bibir mungil yang ranum itu.
Harry bisa merasakan senyuman yang merekah di bibir Draco saat ia menciumnya, dan Harry pun juga bisa merasakan kalau secara perlahan-lahan jiwa kekasihnya mulai meninggalkan tubuhnya. Dan saat ciuman itu berakhir, Harry mendapati kekasihnya telah memejamkan kedua mata indahnya untuk selama-lamanya, ia telah terlelap dalam tidur abadinya sampai ia memulai rantai kehidupannya lagi.
"Aku akan menunggumu, Draco. I love you, my sweet angel." Ujar Harry untuk yang terakhir kalinya pada kekasihnya yang saat ini telah meninggalkan Harry untuk kesekian kalinya dalam tidur abadinya.
Keadaan perang yang berada di sekeliling keduanya tampak begitu mempesona saat salju yang berwarna putih turun dari langit. Salju yang turun di musim panas adalah sebuah pertanda kalau langit ikut menangis dan juga sebagai simbol dari kemurnian jiwa sang pangeran yang telah mengorbankan dirinya untuk mengakhiri perang ini, meskipun itu hanya untuk sementara. Harry mengangkat tubuh kecil milik sang pangeran dan menggendongnya, ia berjalan menuju ke sebuah Cathedral yang tidak jauh dari sana, Harry menatap wajah Draco, ia begitu tenang dan damai dalam tidurnya, seperti seorang malaikat yang telah terlepas dari ikatan mereka dengan Tuhan. Harry memasuki bangunan itu dengan perlahan dan menuju ke arah altar yang merupakan sebuah danau kecil.
Pemuda itu berjalan terus sampai air menyentuh pinggangnya, mungkin ini bukanlah akir dari segalanya sebab hal inilah yang diinginkan oleh Draco, tidur dengan tenang untuk selama-lamanya sebelum ia membuka matanya dalam kehidupan selanjutnya. Harry mencium bibir Draco untuk sesaat sebelum ia meletakkan tubuh kekasihnya ke dalam air danau, dan secara ajaib ketika Harry melakukan itu sebuah sulur berduri dengan bunga mawar merah mengikat tubuh Draco, membuat penampilannya begitu rupawan. Harry hanya bisa menatap tubuh kekasihnya saat Draco tertarik ke dalam danau dan itu adalah saat-saat terakhir Harry untuk melihat kekasihnya pada masa tersebut.
AN: Bagaimana? Apakah harus kulanjutkan apa tidak?
Author: Sky
