Love the Prince of Darkness

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

L'amore du prince des tenebres © Sherra Brightman

Strory By: Ritsuka Sakuishi

Matahari hampir tenggelam di ufuk barat. Namun berkas-berkas sinarnya masih tampak. Membuat langit seperti tumpahan cat berwarna oranye kemerahan. Sinarnya menimpa pohon-pohon yang menjulang tinggi ke langit. Ranting-ranting dan dahan pohon-pohon itu tampak bergerak-gerak di tiup angin.

Senja kala telah memayungi tempat itu. Sebuah desa kecil. Pepohonan-pepohonan tinggi seakan menghalangi sinar matahari. Membuat desa itu gelap walaupun masih senja.

Angin berhembus berulang kali. Membuat bunga-bunga cantik dengan tangkai yang lemah bergerak mengikuti irama angin. Sebuah mobil BMW hitam melaju pelan seiring suara angin bertiup. Seorang gadis yang duduk di dalamnya hanya melihat pemandangan indah sekaligus menyeramkan itu dari balik kaca mobil yang tertutup rapat.

Ckit… Brum…

Mobil BMW hitam tadi berhenti di depan pagar bukan tetapi gerbang sebuah bangunan tua yang sangat besar. Seorang lelaki berambut spike berwarna kuning keluar dari mobil itu dan membukakan gerbang bangunan tadi. Lalu berlari dan masuk lagi kedalam mobil tadi. Setelahnya mobil itu melaju lagi memasuki gerbang puri itu.

BMW tadi bergerak melewati sebuah halaman yang lebih tepat di sebut lapangan yang sangat luas dengan rumput yang di potong sama panjang. Berbagai macam bunga berwarna-warni terdapat di sana. Terdapat air pancur besar dengan patung-patung berbentuk putri duyung di pinggir-pinggirnya dan sebuah patung putri duyung besar di tengahnya. Sakura –nama gadis tadi masih melihatnya dari balik kaca mobil itu.

Mobil itu berhenti tepat di depan puri. Gadis berambut merah muda yang bernama Sakura itu keluar dari mobil BMW tadi. Di depannya berdiri puri besar yang tinggi menjulang dengan megahnya. Puncak puri itu terkena sinar matahari senja sehingga membuatnya tampak indah sekaligus menyeramkan Sakura harus mendongak terlebih dahulu untuk melihat puncaknya. Bangunan itu lebih mirip dengan castle dari pada sebuah puri. Dan tentunya terdapat banyak ruangan dan kamar yang bisa membuat orang yang tidak tau seluk-beluknya akan tersesat.

"Wah! Bagus sekali!" suara seseorang disebelahnya menyadarkan Sakura dari lamunannya. Sakura menoleh ke asal suara itu. Dia melihat seorang lelaki berambut kuning sedang menatap bangunan itu dengan tatapan kagum. Mata birunya tampak berkilauan di terpa sinar matahari. Sakura tersenyum melihat kakak angkatnya itu.

"Bagus sekali ya, Sakura-chan?" ujarnya sambil nyengir lebar kearah Sakura. Sakura hanya tersenyum sambil mengangguk kecil. "Aku tak menyangka ayah memberikan sebuah puri untuk ulang tahunmu."

"A-apa maksudmu Naruto-nii?" tanya Sakura sambil menatap Naruto tak yakin.

"Puri ini untukmu." Naruto kembali nyengir lebar. "Seharusnya aku tak katakan ini padamu tapi, sebenarnya puri ini milik teman ayah. Dia tak bisa membayar hutangnya jadi dia memberikan puri ini untuk melunasi hutang-hutangnya. Ya ayah senang sekali karena purinya bagus dan dia langsung berencana memberikan ini untukmu."

Sakura hanya mengangguk sambil kemabali menatap bangunan tua yang sangat besar itu. Sakura merasakan ada yang aneh dengan puri ini. Seperti mempunyai aura tersendiri, aura gelap yang sangat terasa hingga seakan menusuk hatinya.

"Sebenarnya hutang teman ayah itu sangat tidak sebanding dengan puri ini. Tapi kenapa dia dengan gampang menyerahkan puri ini ya? Puri ini sangat bagus." Kata Sakura kepada Naruto.

"Aku tidak tau itu. Katanya dia tidak sanggup mengurusnya. Puri ini dulunya di kelola oleh agen pemasaran bangunan. Entah kenapa mereka menjualnya dengan harga murah ke teman ayah itu." Naruto menjawab pertanyaan Sakura. "Ayo kita masuk sebentar lagi gelap."

Naruto berjalan mendahului Sakura. Sakura langsung berlari mengikuti Naruto dari belakang. Naruto mengambil sebuah kunci yang berukuran besar dari tas oranye yang di bawanya. Dan memasukannya kelubang kunci.

Krriieettt…

Pintu itu menyebabkan bunyi berisik ketika di buka. Sakura menoleh kearah Naruto. Naruto hanya nyengir lebar. Sakura berjalan masuk ke dalam puri itu. Sebelumnya hanya gelap yang ada di dalam puri itu, tapi menjadi terang ketika Naruto menekan tombol lampu. Sakura bahkan sempat berpikir kalau tempat itu tidak ada listriknya. Sakura memperhatikan apa yang ada di dalam puri itu. Hampir semua barang-barang di tutupi oleh kain berwarna putih.

Pandangan Sakura beralih ke anak tangga yang di alasi karpet berwarna merah tua. Di sepanjang dinding anak tangga itu berderet lukisan-lukisan tua yang menurutnya lebih cocok di pajang di dinding museum. Dan ada sebuah cermin yang menyatu dengan dinding di sampingnya.

Sret…

Naruto menarik salah satu kain yang menutupi sofa. Dengan cepat Sakura berbalik ketika mendengar bunyi itu. Dilihatnya Naruto sedang tiduran di atas sofa dengan kain putih tadi di bahunya. Kelihatannya kakak angkatnyanya itu lelah sekali.

"Ada apa Sakura-chan?" tanya Naruto sambil menatap Sakura. Sakura hanya menggeleng pelan.

Sakura menyeret koper biru tua besarnya menaiki tangga. Sakura sempat mengeluh beberapa kali ketika membawa koper besar itu.

"Hati-hati tersesat ya Sakura-chan." goda Naruto sambil melirik Sakura yang sedang kesal. "Hahaha, hanya bercanda."

Sakura melanjutkan kegiatannya menyeret koper biru tua besarnya menaiki tangga sambil melihat-lihat lukisan-lukisan yang berjejer rapi di dinding samping tangga. Akhirnya dia sampai di lantai dua. Sakura melihat banyak kamar yang saling berhadapan. Hingga sampai-sampai dia bingung sendiri untuk memilih kamar mana yang akan dia tempati. Akhirnya dia memutuskan untuk melihatnya satu-persatu.

Setelah melihat satu persatu kamar-kamar tersebut dan mempertimbangkan akhirnya Sakura memutuskan untuk menempati kamar nomor empat. Sakura meletakan koper besarnya di samping lemari berwarna coklat di depan ranjang. Sakura langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang bersperei merah marun dengan tirai putih.

Kretek, kretek.

Sakura membuka matanya dan duduk ketika mendengar bunyi sesuatu. Sakura mengarahkan mata jadenya kearah pintu kaca menuju balkon yang tertutupi gorden berwarna carmine. Sakura berdiri dan berjalan mendekati pintu itu. Ternyata tidak apa-apa, pintu itu masih tertutup dengan rapat. Sakura merasakan sesuatu bergerak di belakangnya. Gadis berambut merah muda itu berbalik. Tidak ada apa pun. Semua masih normal-normal saja. Karena takut Sakura memutuskan untuk keluar dan menemui Naruto.

"Sakura-chan, aku akan pulang sekarang." ujar Naruto tiba-tiba ketika Sakura berjalan menuruni tangga, dan itu membuat Sakura terkejut. "Kau tidak apa-apa kan di tinggal sendirian?"

"Ya, aku tidak apa-apa. Tapi tidak bisakah kau lebih lama lagi di sini?" tanya Sakura ragu-ragu.

"Besok aku sudah mulai kuliah. Jadi maaf ya." kata Naruto, nada penyesalan tersirat jelas di kalimatnya tadi.

"Oh baiklah, aku tak apa sendirian." Sakura tersenyum di paksakan.

"Hati-hati ya." Naruto tersenyum. "Oh ya, satu lagi. Jangan pergi ke sungai ya."

"Memangnya kenapa?" tanya Sakura sambil menatap Naruto.

"Bukan apa-apa." Naruto menggeleng cepat. "Selamat malam, sampai jumpa."

Naruto melangkah kearah pintu masuk yang berukuran besar itu lalu membukanya. Sedetik kemudian sakura dapat mendengar suara mobil Naruto menjauh dari puri besar itu.

***

Malam sudah semakin larut, bulan di malam itu bersinar terang. Pantulan sinarnya mengenai air terjun kecil yang tampak begitu rendah. Membuat airnya seperti berlian yang berkilauan. Terdengar gemericik pelan dari air sungai yang mengalir teratur. Di tambah bunga-bunga yang berwarna-warni, rumput hijau yang tumbuh beraturan serta sebuah pohon sakura besar di pinggir sungai tersebut. Membawa suasana tenang di malam yang begitu indah.

Seorang lelaki berdiri di pinggir sungai menikmati sinar bulan malam yang indah. Rambut hitamnya tampak berantakan di tiup angin dingin malam. Begitu juga mantel hitam yang dikenakannya tampak bergerak-gerak di tiup angin. Air sungai mengalir dengan tenang. Tapi ada sesuatu yang janggal di sana. Tak ada bayangan lelaki yang berpakaian serba hitam berdiri di pinggirannya. Yang ada hanyalah pantulan sinar purnama yang membuat sungai itu berkilauan.

Mata berwarna merah semerah darah menatap sang dewi purnama dengan tatapan tenang tanpa emosi. Mata itu seakan menusuk langit yang penuh gemerlap bintang. Tatapan tajam tanpa ekspresi. Hanya tatapan kosong yang tidak ada arti.

Ada yang datang…

Angin bertiup lagi, kali ini lebih kencang dari yang tadi. Lelaki itu tiba-tiba saja menghilang ketika terpaan angina berlalu. Seakan-akan lenyap bersama angin.

***

Sakura duduk di tepi ranjangnya yang terletak di kamar yang tadi sore di pilihnya. Mata jadenya memperhatikan keseluruh penjuru kamar itu. Warna merah, biru dan hitam yang mendominasi kamar itu. Sungguh warna yang menurut Sakura sangat aneh untuk di dominasikan. Tapi menghasilkan interior yang sungguh mengesankan.

Sakura mengalihkan perhatiannya ke samping ranjangnya. Terdapat sebuah meja kecil dari kayu dan dindingnya tergantung sebuah lukisan. Sakura menyipitkan sebelah matanya. Dia tak ingat kalau tadi dia sempat melihat lukisan itu. Sakura berjalan mendekatinya. Lukisan seorang lelaki, dengan rambut hitam yang mencuat ke belakang. Dengan mata berwarna hitam. Sakura merasa seakan terhisap masuk kedalam mata hitam itu walaupun itu hanyalah sebuah lukisan. Pelukisnya pasti sangat pandai melukiskan detil lukisannya, pikir Sakura. Lelaki di dalam lukisan itu sangat tampan. Mata Sakura seperti terpaku kepada lukisan itu.

Kretak…

Sakura langsung tersadar ketika mendengar suara berisik dari pintu kaca menuju balkon di kamarnya. Sakura memberanikan dirinya untuk mengintip sedikit dari balik gorden berwarna carmine yang menutupi pintu itu. Sama seperti tadi sore, tidak ada apa-apa. Sakura menghela nafasnya dan membuka pintu itu. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat langit yang penuh dengan gemerlap bintang. Rambut merah muda panjangnya bergerak-gerak di tiup angin. Sungguh cantik, seperti bunga sakura yang berguguran.

Tanpa sepengetahuannya sepasang mata berwarna merah darah melihatnya dari balik pepohonan di dekatnya. Sepasang mata ini terus mengawasinya setiap gerak-gerik Sakura. Dan melihat senyuman Sakura ketika melihat langit. Entah kenapa sang pemilik mata tadi merasakan suatu hal ketika melihat senyuman gadis itu. Entah apa dia juga tidak mengerti. Dia hanya merasa tenang ketika melihat senyuman itu.

To Be Continued…

Apaan ini? Fic GaJe lagi? Ah ancur, alurnya kecepetan, aneh, GaJe, GaJe GaJe! *teriak-teriak sendiri* dan Vampire fic lagi? Sepertinya udah freaks banget dengan yang namanya vampire.

Abis mid otak ngadat, dan lagi-lagi bikin fic GaJe, dan kali ini fic ini asli buatanya Ritsuka, Ritsuki ke laut aja (depaked). Ide dapet tiba-tiba abis baca novel Prancis yang judulnya L'amore du prince des tenebres (cinta pangeran kegelapan) karangan Sherra Brightman. Kalau ada yang pernah baca pasti cerita ini nggak ada mirip-miripnya dengan novel itu.

Maaf banget kalau ficnya aneh dan ancur-ancuran. Udah deh bacotan saya mind to review?