beautiful wound
kyoukai no kanata (c) nagomu torii
story is mine
warn; typo, oocgalaogajelas, selipan eps 9
.
.
.
.
:O:
"Jangan bunuh Akkey..."
Samar-samar, Mirai tahu Hiromi mendecih. Siluet tangan lelaki itu terkepal, seperti hatinya yang kini ikut mengkerut. Hiromi harus tahu, tak hanya dia saja yang terjatuh, depresi, khawatir, cemas, apa yang Mirai rasakan jauh lebih rumit.
Mirai memandang langit musim gugur yang kusam dan teringat kembali pada senyum Akihito yang muram. Genggaman pada kawat-kawat rapi yang terajut membentuk pagar semakin erat. Mirai sesak, Mirai butuh dua detik untuk bernapas dengan lega.
"Lupakan,"
Mirai harus memilih keputusan yang sulit diantara kekacauan yang menjadi sapaan benaknya setiap hari.
Hiromi mengedip, dia memahami apa yang melanda Mirai lebih dari siapapun. Hiromi geram, apa yang ada dipikiran kakaknya, Hiromi tak bisa menebak. Nyawa Akihito menjadi bahan taruhan dan hal itu harus diselesaikan oleh Mirai seorang.
Mirai mengenang pertemuan pertama Akihito dengannya. Semilir angin beku tak menerbangkan kesedihan yang melekat di kerak-kerak hatinya. Mirai melukiskan sebuah senyuman yang hanya dia dan Tuhan yang tahu apa yang tersembunyi di baliknya.
Hiromi tak bisa membantu apapun.
Hiromi membenci dirinya sendiri lebih dari apapun.
.
.
.
.
.
"Kertas ini akan menuntunmu pada Kanbara-kun,"
.
.
.
.
.
.
Mirai tidak keberatan.
Akihito dengan sosok yang bukan dikenalnya. Hijau-hijau-hitam-mengerikan. Menggeram, membelah sepi. Membakar, melemparkan bola api ke segala arah. Ini bukan Akihito.
Mirai tersenyum diantara tangisan langit yang semakin deras.
Akihito yang ia kenal. Entahlah, Mirai sendiri kadang tak bisa mengekspresikan dengan kata-kata. Kekuatan tatapan mata antara dia dan Akihito sudah mengucapkan beribu kata lebih banyak daripada lidah.
Di ujung sana, siluman itu berpijak pada tanah, lingkaran bom mengitarinya, dengan kekuatan peledak dahsyat siap untuk dilepaskan. Mirai menyiapkan senjata yang dibenci banyak orang, yang membuat keluarganya meninggalkannya sendiri.
Mirai akan mempertaruhkan segalanya.
Akihito yang ia kenal adalah sosok pemuda yang baik. Cara Akihito memanggilnya terngiang-ngiang di gendang telinganya. Senyum Akihito menjadi bayangan tetap di pelupuk matanya. Kacamatanya berembun dan Mirai menangis.
Darah terkutuk itu menusuk, merusak dan merasuk ke dalam tubuh Akihito, sabetan pedang nyaris mengenai bagian vital, cipratan warna merah darah memenuhi udara, begitu kontras dengan abu-abunya langit, menciptakan sepia kesedihan yang nyaris Mirai tak sanggup lagi untuk menahannya.
[Jeritan mengaduh itu merobek udara, Mirai semakin mengerahkan kekuatan, lolongan menyedihkan terus-terus-terus memekakkan telinga]
Mirai tak kuasa menahan bendungan di kedua pelupuk matanya dan Mirai tahu dia menang, meskipun siluman brengsek itu dipaksa keluar, melenyapkan dan menelannya, Mirai tak keberatan.
Luka yang diderita Mirai terasa begitu indah dan tak ada artinya.
Mirai tersenyum sekali lagi ketika kontur wajah Akihito menjadi potret terakhir sebelum semuanya menjadi gelap.
Sakit—sakit sekali, menanggung sisa kebencian manusia yang menjelma menjadi siluman itu sungguh mengerikan. Mirai bisa dan dia tahu dia mampu untuk bertahan. Selama Akihito selamat, Mirai tak mengapa.
'Kuriyama-san!'
Mirai kuat karena ia punya orang yang ia lindungi. Orang yang mengakuinya, yang perhatian. Mirai tahu dia menang karena dia bisa menyelamatkan senyuman paling berharga, senyuman orang yang sangat baik, senyuman orang paling mesum,
Senyuman orang yang ia cintai.
'Senpai!'
Jika Akihito selamat, di dunia kedua, Mirai bisa mencintainya sekali lagi.
.
.
.
Einde.
a/n; maaf udah nyampah gajelas cuman pingin cium mereka aja tolong mereka unyu dan aku gakuat hiks thanks for reading :")
