Disclaimer: Pastinya bukan aku. Naruto itu punyanya Tetanggaku. #PLAK! *Di rasengan naruto* I-iya-iya, Naruto kepunyaannya Mas Masashi KIshimoto.

Bagian 1: Prologue.

Tahun 2037, telah diumumkan penemuan sel genetic tipe baru bagi peradaban manusia. Sel yang dapat membentuk generasi manusia yang melampaui nenek moyangnya. Namun pada tahun 2039, 2 tahun setelah penemuan revolusioner itu, banyak Negara yang menyalahgunakannya, sebagai alat tempur bagi bagi Negara-negara berpengaruh di dunia. Sehingga Apa yang di sebut Perang dunia III tak terelakkan. Masing-masing Negara peserta dari perang besar ini pun tak tanggung-tanggung dalam menggunakan dari sel genetic pembawa petaka.

Setelah dunia di goncangkan oleh perang dunia berskala beasr-besaran tersebut, akhirnya di akhir tahun 2047 terbentuklah perjanjian perdamaian yang di tanda tangani di Jakarta oleh seluruh Negara yang mengikuti perang dunia ke-3, sehingga saat ini dikenal sebajai Perjanjian Jakarta. Menandakan bahwasannya perang mematikan tersebut telah usai.

United World, dimana jaman baru dimana para pengguna sel genetic mulai berkuasa. Serta jaman dimana hamper seluruh warga dunia memiliki Gen dari sel genetic. Dan Sel genetic tersebut saat ini disebut sebagai Psyco Accel, serta para penggunanya adalah…

"…Activer?"

Aku terkejut mendengar keputusan yang dikatakan oleh temanku ini. Mendengar keterkejutanku, ia pun mengangguk.

"Ya! Aku ingin menjadi seorang Activer yang hebat. Maka itulah sebabnya aku akan mendaftar ke slah satu dari 7 aliansi SMA bawahan Universitas Activer Nasional. Terlebih lagi Sasuke-kun juga akan bersekolah disana."

Cih, Sasuke katamu?

Sesaat aku memebelalakkan mataku.

Tu-tunggu! Tunggu dulu! Yang kutahu, salah satu dari 7 SMA Activer itu ada di seluruh penjuru jepang. Dan salah satunya adalah SMA 3 yang berada di kawasan Minato, yaitu pelabuhan di teluk Tokyo.

Jadi biar ku simpulkan satu hal.

"Sakura, kau akan mendaftar di SMA 3?"

Namun bukan tanggapan yang terduga yangku dapatkan, melainkan sebuah cengkraman kuat yang membuat sakit bahu kananku.

"Sudah kukatakan padamu ratusan kali, Naruto. Jangan menyebut nama depanku seolah kau sangat mengenalku."

Cengkramannya makin kuat! Dan aura ini?!

A-a-aku mulai bergidik ngeri!

"Ta-tapi aku kan sudah mengenalmu lebih dari tiga tahun, iya kan?" keringat dingin mulai mengucur di pelipisku.

Akan tetapi dia langsung menghajar perutku tanpa menahan kekuatan tangannya sedikitpun.

BUAAKKHHH!

"Ohhok~!"

Ternyata tidak sia-sia dia mendapat gelar [Kuro Hikari]. Rambut hitam panjangnya selalu berkibar saat dia sedang marah.

Aku memegang perut ku dan mulai bangkit dengan perlahan. Menegakkan kembali tulang punggungku yang sepertinya mulai bengkok.. itu semua Karena pengaruh hantaman penuh perasaan dari dari Saku- eh! maksudku Haruno.

Dia memang cepat marah.

"I-iya maaf. Tapi aku ingin meluruskan satu hal, Saku- ah, Haruno, kau akan mendaftar di SMA 3, bukan?"

Aku mengatakannya tanpa basa-basi dengan satu kali tarikan nafas sedang.

Gadis itu pun tersenyum tulus, yah, meskipun aku tahu senyuman seperti itu hanyalah sebuah topeng.

"Hm! Kau betul sekali."

"Apa kau juga akan iku mendaftar ke SMA 3?" sambungnya.

Mendengarnya hanya membuatku menggeleng kepala pelan sembari tersenyum sebagai senyuman balasan.

"Maaf, tapi itu tidak mungkin. Level Activer ku adalah ZERO. Dengan kata lain, aku tak memiliki Gen Psyco Accel di dalam diriku."

Sakura, atau yang mulai sekarang ini akan ku panggil sebagai Haruno-san, hanya menampakkan senyum pahit. Lalu di latar padang rumput ini dia membalikkan tubuhnya dan membelakangiku. Angin yang kencang pun mulai berhembus menerpa kami berdua. Rambut hitam panjangnya beserta Rambut Coklat pendek milikku pun tampak terlihat seperti saling menari-nari menyambut angin yang berhembus ini.

"Yah, sayang sekali. Aku kira akan menyenangkan bila aku, kau dan Sasuke masih tetap bersama."

Sasuke, kah. Ternyata kau masih saja terus mengingatnya setelah ia mencampakkanmu habis-habisan. Apakah ini yang kau maksud dengan Cinta, Haruno? Apa kau juga sadar jika cintamu telah bertepuk sebelah tangan.

Setelah Haruno mengatakan hal itu, ia pun melanjutkan kata-katanya. Akan tetapi entah mengapa aku sama sekali tak bisa mendengar lanjutan kata-katanya itu. Mungkinkah ini karena suara terpaan angin yang makin kencang. Ataukah ia hanya berbicara padaku tanpa mengeluarkan suara. Namun entah mengapa ia akan berkata apa, aku yang di sini hanya bisa tersenyum dan sembari memandang ke arahpunggungnya.

Tapi, di dalam hati ini aku hanya bisa meruntuki takdirku. Mengapa? MENGAPA?! Hanya aku saja yang tak memiliki Gen seorang Activer di dalam tubuhku. Di dalam nadiku, hanya darah biasa yang mengarir. Jadi untuk apa aku hidup.

"Na-naruto?"

"A-ah! Iya, ada apa Haruno-san?" jawabku pelan.

"Raut muka itu lagi? Naruto, bukankah sudah kukatakan padamu sebelumnya. Tolong berhentilah memasang raut wajah menakutkan itu. Itu dapat membuat mu semakin depresi." Haruno mengatakannya seraya memasang wajah sedih.

Aku tersenyum, ahaha, bukankah kau sendiri yang sudah mengingatkanku pada hal yang menyakitkan dan menyayat hati ini?

Aku hanya bias menjawab kekhawatirannya deng cengiran lebar ku.

"Ah!"

Aku teringat sesuatu, sesuatu yang sebenarnya akan kukatakan saat ini.

"Ano, Haruno-san."

"Hm?" Haruno sedikit memiringkan kepalanya.

"Ada apa, Naruto?"

"Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu." Lirih ku.

"Apa itu?"

Aku pun menelan ludahku seraya melawan rasa gugupku saat ini. Sulit, benar-benar sulit bagiku tuk mengatakannya! Apa aku yakin akan bias mengatakannya? Ayolah Naruto, katakanlah!

"A-ano… Pe-pertemuan ini akan menjadi perpisahan kita."

Haruno nampaknya langsung membulatkan kedua pasang matanya. Menatapku dengan tatapan tak percaya.

"A-a-apa maksudmu?!"

"Besok aku dan keluargaku akan pindah rumah setelah upacara kelulusan SMP Minato. Dan aku merasa senang telah bertemu denganmu, berteman denganmu, dan tertawa bersama denganmu. Dan pada akhirnya, inilah perpisahan kita."

"Kenapa?"

"Tapi, kita masih bisa saling mengirim email, kan?" sambungnya.

Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Gomen, Haruno -san. Tapi Ponselku rusak seminggu yang lalu. Apa kau lupa, saat di pantai, kau yang tak sengaja menyenggolku pas ketika aku tengah memegang Ponselku, itu saat kita sekelas sedang berlibur untuk yang terakhir kalinya sebelun perpisahan besok.

Masih menatapku tak percaya, dia pun menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya seraya mengelengkan kepalanya pertanda ia masih tak bias mempercayai atas apa yang telah kuputuskan sekarang ini. Matanya juga nampak sedikit berair. Meskipun kau melakukan hal itu, Sakura, tapi tetap saja… Aku harus pergi.

"Hontou ni Gomen, Haruno-san. Ini semua karena kesalahanku"

"Me-memangnya kau akan pindah kemana Naruto?"

"Tentu saja, ke tempat kelahiranku… Yokohama."

...

~Prologue End~

To Be Continued?

...

Holla!, balik lagi sama eyang Fajeri di fic-FIC aneh ku... Insya allah, fic ini bakalan terus on going hingga Chapter 15 s/d 17 untuk Cerita 1, dan di Cerita 2 masih nulis di buku tulis hingga Chapter 4. Tapi yang pasti, Cerita 1 sudah selesai kok, tinggal ngetiknya aja ^^. Yah sejujurnya fic ku yang sebelumnya udah kuputuskan menjadi HIATUS Total. bukan karena apa, itu karena Laptop rusak... ini aja ngetik di warnet. Total abis 5000. Sekarang aku sudah memelai hidupku menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Surabaya/UNESA di prodi Pendididkan Bahasa Jepang. Doakan biar bisa update tiap minggu, selain doa, ya, REVIEW!

VVV

VV

V