Exam
Story by Datgurll
.
.
Jeon Jungkook x Kim Taehyung
Warning! Seme!Jungkook x Uke!Taehyung
.
.
Selamat membaca^^
-0o0-
Matematika. Sejarah. Geografi.
Taehyung melangkah pelan, melihat-lihat apakah ia sudah berada di jalan yang benar atau belum. Maksudnya, selama ujian semester ini berlangsung, kelasnya akan di campur dengan murid kelas sepuluh, yang artinya ia juga akan duduk bersama dengan adik kelasnya (dia tidak tau siapa).
Ketika melihat secarik kertas yang di tempel di jendela, Taehyung tersenyum, Ruang 3 adalah ruangannya, jadi ia menggeser pintu kelas kemudian melangkah masuk. Untungnya, disana sudah ada Jimin, teman sekelasnya sekaligus teman sebangkunya di hari-hari biasa.
"Kenapa tempat duduknya acak?" Taehyung meletakkan tasnya begitu sudah mengetahui nomor meja miliknya, tepat di depan Jimin. "Kenapa juga kau malah bermain game bukannya belajar?" Tanyanya lagi.
Jimin menatapnya. "Tidak tau, aku juga bingung tapi yasudah biarkan saja" Teman laki-lakinya itu mengangkat kedua bahunya, seakan-akan tidak perduli. "Aku pakai cara lama, kau masih ingat cara kelas sepuluh dulu?"
"Mencari jawaban di internet?" Taehyung menebak. "Kau sudah gila. Memangnya kau tau siapa pengawas ruangan ini nanti? Bisa saja dia Jung songsaenim, guru galak itu" Katanya setelah melihat Jimin mengangguk.
"Kenapa? Aku tidak takut dengannya" Jimin tersenyum lebar. "Adik kelas yang duduk di sebelahku pastilah orangnya juga licik, aku akan mengajaknya bekerja sama"
Taehyung diam, duduk di bangkunya sendiri kemudian mengeluarkan buku yang akan menjadi bahan ujian hari ini. "Matematika ya? Oh astaga, benar-benar sarapan yang paling terindah" Gumamnya.
Belum lagi memulai belajar, Taehyung sudah dikejutkan oleh kedatangan adik-adik kelasnya yang terdengar berisik. Dia mengira-ngira siapa yang akan duduk dengannya nanti, apakah perempuan atau justru laki-laki, entahlah.
Laki-laki. Yeah, seorang siswa berkacamata menghampirinya sambil tersenyum ramah. "Annyeong, aku Choi Junhong dan nomor mejaku tepat di sebelah sunbae" Katanya, membuat Taehyung berpikir kalau siswa ini benar-benar ramah.
Taehyung berdiri dan menyingkir. "Kalau begitu duduklah. Kau tidak berencana keluar lagi kan? Aku mau belajar soalnya"
"Tidak" Junhong menggeleng pelan.
Taehyung tersenyum tipis. "Baguslah" Setelah itu ia duduk kembali, membuka buku catatannya dan mulai belajar. Sebenarnya ia ragu jika belajar sekarang, mana mungkin ia bisa hafal rumus sebanyak itu dalam waktu setengah jam?
.
.
.
.
Taehyung menggigit ujung pensilnya. Bloody Hell, soal macam apa yang sekarang tengah ia kerjakan? Kenapa sulit? Kenapa berbeda dengan materi yang diberikan oleh guru matematikanya? Stres, Taehyung rasa ia akan stres setelah ini.
"Psstt"
Taehyung melihat sang pengawas yang sepertinya sedang memandang ke arah lain, ia buru-buru menoleh ke belakang dan menemukan Jimin sedang tersenyum lebar kepadanya. Kalau ia boleh jujur, senyum itu adalah senyum paling menyebalkan yang pernah Jimin punya.
"Kau belum selesai ya?" Jimin berbisik pelan. "Aku sudah menyelesaikan tiga puluh lima soal dengan sempurna. Apa kau iri padaku?"
"Kau sedang menyindirku?" Taehyung memberikannya tatapan tajam. "Darimana kau tau semua jawaban itu? Apa itu benar? Kau tidak pandai dalam pelajaran matematika" Bisiknya, sesekali melirik ke meja pengawas.
Jimin memutar bola mata. "Jadi, kau mau melihat jawabanku atau berpikir sampai bel istirahat berbunyi? Jangan ragukan jawaban ini, aku mendapatkannya dari kelas sebelah, mereka mengirimnya ke grup kelas kita di kakao"
Taehyung menjulurkan tangannya. "Cepat berikan padaku!"
"Dasar munafik" Jimin langsung memberikan lembar jawabannya pada Taehyung. "Jangan sampai ketahuan pengawasnya atau kita akan benar-benar habis, Kim Taehyung" Kata Jimin, penuh dengan penekanan.
"Aku tau, dasar bawel"
Takut? Sangat. Baru kali ini Taehyung menyalin jawaban temannya dengan cara seperti ini, apalagi yang ia hadapi sekarang adalah ujian, bukan pelajaran-pelajaran di hari biasa. Kedua mata Taehyung memandang pengawas setiap detiknya, mengira-ngira kemana mata pengawas itu memandang.
Belum selesai menyalin, seseorang menusuk-nusuk punggungnya menggunakan pensil.
"Taehyung"
"Apa?" Jawab Taehyung tanpa menoleh ke belakang. "Tunggu sebentar, aku belum selesai dan pengawas itu masih diam di tempatnya" Bisiknya lagi.
Tapi orang itu tetap saja menusuk-nusuk punggungnya dengan pensil, membuat Taehyung jengah dan langsung menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya ia melihat Jimin yang tidak melakukan apapun, hanya diam memandang dirinya dengan tatapan 'apaan sih?'
Kalau bukan Jimin yang melakukannya, lalu siapa?!
"Maaf aku menganggumu" Seseorang yang di sebelah Jimin berbicara. "Tapi bisakah kau memberikan ini pada temanku yang ada di depanmu?" Tanyanya pelan.
Taehyung mengerjapkan matanya, menyadari bahwa Jimin memiliki teman sebangku yang cukup—ugh, tampan dan mempesona. Sedetik kemudian Taehyung buru-buru menghapus pikiran konyolnya, ia mengambil lembar jawaban itu dengan tatapan sebal.
"Kenapa tidak memberikannya pada teman yang ada di depanmu saja sih?!"
Siswa itu tertawa kecil dan Taehyung bisa mendengarnya dengan jelas. "Kalau aku berikan ke Junhong, akan terlihat oleh pengawasnya, sayang"
What the F—lower?! Taehyung tidak salah dengar bukan? Apa adik kelasnya itu baru saja memanggilnya dengan sebutan sayang?! Oh tidak, ia pasti salah dengar, telinganya pasti bermasalah sekarang!
"Kau memanggilku apa?!" Taehyung kembali menoleh, memberikan tatapan tajam.
Adik kelasnya tersenyum. "Aku memanggilmu sayang, kenapa memangnya? Apa kau menyukai panggilan barumu itu? Ahh, aku memang pandai membuat orang lain jatuh cinta padaku" Katanya, seperti membangga-banggakan dirinya sendiri.
Ewh, percaya diri yang berlebihan. Taehyung memutar bola matanya. "Dasar tidak sopan, kau bahkan lebih muda dariku! Seharusnya kau memanggil—"
"Kim Taehyung, Jeon Jungkook" Suara itu bagaikan menggema di ruangan kelas. "Jika kalian masih saja saling berdebat, aku akan mengambil lembar jawaban kalian dan merobeknya. Tolong diam dan fokus pada soal kalian"
Datar namun menusuk. Taehyung langsung kembali dalam posisinya, menunduk dalam-dalam agar pengawas itu tidak memberinya tatapan tajam terus-menerus. Sial sekali dirinya hari ini, tapi beruntung pengawas itu tak mengambil dan merobek jawabannya.
Adik kelas itu, Taehyung akan memarahinya saat istirahat nanti.
.
.
.
.
Sayangnya, niat Taehyung untuk memarahi Jeon Jungkook tidak terlaksanakan dengan sukses. Buktinya, sekarang adik kelasnya itu malah menghilang bersama Junhong dan teman-temannya. Taehyung terlalu malas mencari keberadaannya, toh nanti mereka akan bertemu kembali.
"Harusnya kau tau bagaimana ekspresimu saat terkejut mendengar adik kelas itu memanggilmu sayang" Jimin tertawa terpingkal-pingkal, memegangi perutnya karena terasa sakit.
Taehyung hampir saja meninju Jimin jika saja tak mengingat kalau temannya ini sudah membantunya. "Itu adalah hal yang paling memalukan seumur hidupku. Kau tau? Bahkan beberapa siswa dan siswi yang mendengarnya langsung menahan tawa, menyebalkan"
"Adik kelas yang duduk di sebelahmu saja menahan tawa"
"Mwo? Maksudmu Junhong?" Alis Taehyung hampir menyatu.
"Molla" Jimin kembali mengeluarkan ponselnya. "Tapi kapan lagi kau di panggil sayang dengan adik kelas populer? Jungkook, aku kenal namanya, dia sering di bicarakan oleh murid-murid. Ayah dan Ibunya adalah pengusaha yang sukses" Ceritanya.
Taehyung memutar bola mata. "Aku tidak tertarik dengan latar belakang kehidupannya. Lagipula aku tak mengenalnya, jadi kau tidak perlu bercerita"
Disaat obrolan mereka terus berlanjut, kelompok Jungkook dan teman-temannya lain baru saja tiba di kelas, sepertinya mereka sudah selesai dengan makan paginya. Walaupun terlihat pendiam, Junhong dan Jungkook ternyata sama-sama aktif di sekitar teman-temannya.
Taehyung mengepalkan tangannya ketika Jungkook berjalan menuju ke arahnya. Lihat saja, ia akan menyemburkan semua emosinya kepada—
"Untukmu"
Taehyung terdiam, menunduk dan menemukan lima bungkus permen rasa strawberry kesukaannya. "Huh?" Hanya itulah respon dari seorang Kim Taehyung, ia juga reflek menjawabnya karena bingung.
Jungkook memutar bola mata. "Untukmu karena sudah membantuku tadi. Well, tapi jangan harap ada kata maaf dariku, memanggilmu sayang sudah menjadi kewajibanku yang nomor satu sekarang" Siswa itu duduk kembali di tempatnya.
Jimin bahkan menahan tawanya mati-matian. Sebenarnya ia ingin sekali memotret wajah Taehyung yang benar-benar memalukan, tapi karena ia sahabat yang baik, Jimin jadi mengurungkan niatnya.
"T-terima kasih?"
Karena tidak bisa lagi menahan tawa, Jimin langsung meledak saat itu juga. "Pfftt—astaga Tae! Harusnya kau liat ekspresimu itu! Sungguh memalukan astaga!" Katanya, tertawa terbahak-bahak, sampai memukul meja.
Taehyung tidak merespon, ia masih tidak menyangka sekaligus mencerna apa yang baru saja terjadi. Oh Jungkook, apa maksudmu melakukan semua ini? Apa kau tidak kasihan melihat wajah Taehyung yang kebingungan?
Setelah keheningan berlangsung lama, suasana itu tergantikan oleh ketegangan. Pengawas selanjutnya sudah memasuki kelas, yang berarti waktu istirahat sudah habis. Murid-murid yang masih di luar langsung berlarian masuk ke dalam kelas, kembali duduk di tempatnya masing-masing.
Junhong mendekati bangkunya. "Um? Sunbae? Boleh aku minta satu permennya?" Tanya Junhong pelan.
Taehyung mendongak. "Tentu saja—"
"Junhong" Jungkook memanggil. "Kau makan yang ini saja. Kau suka rasa jeruk bukan? Ini ambilah!" Siswa itu melemparkan satu bungkus permen yang langsung di terima dengan sempurna oleh Junhong.
"Hey, tapi aku tidak suka rasa—"
"Junhong, tolong duduk di tempatmu" Suara pengawas itu membuat Junhong buru-buru duduk di bangkunya. Apa lagi sekarang? Jam pertama mereka di awasi pengawas galak, dan sekarang lagi? Ya ampun.
"Kelas ini terkena kutukan" Jimin mencibir dan itu dapat di dengar jelas oleh Taehyung.
Pengawas itu membagikan soal serta kertas lembar jawaban kosong pada masing-masing murid. Tatapannya tidak sekalipun terlepas pada siswa-siswi yang bergerak-gerik mencurigakan, siswa yang mengambil pensil di lantai saja tetap ia awasi.
Taehyung yang menyadari kelakuan pengawas itu mendengus. "Dasar kurang kerjaan, apa dia tidak bisa duduk diam di bangkunya dan tidak melakukan apapun?"
Junhong yang sedang menuliskan namanya di lembar jawaban langsung tertawa kecil. "Dia memang tidak bisa diam. Dia adalah guru kami, selama mengajar yang ia lakukan hanyalah mengawasi murid-muridnya yang tidak mendengarkan" Jelas Junhong.
"Benarkah? Lalu apa hukumannya jika—"
"Tae, apa kau tidak bisa diam?" Suara Jungkook memasuki telinga Taehyung. "Kalau kau terus berbicara, kau semakin terlihat menggemaskan tau" Lanjutnya lagi, kali ini dengan nada menggoda yang menjijikkan.
Taehyung memutar bola mata. "Mau kau ini apa sih? Mengangguku terus"
"Mengganggumu sudah menjadi hobi baruku" Jungkook tertawa pelan, mengabaikan Jimin yang sepertinya menahan tawa lagi. "Hanya kau yang aku panggil sayang, selama ini aku tak pernah memanggil siapapun dengan sebutan itu"
"Well, itu sungguh manis" Taehyung tersenyum memandang Jungkook. "Tapi maaf, aku bukan siapa-siapanya dirimu. Jadi, kau jangan seenaknya memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu" Lanjutnya, kali ini dengan tatapan tajam.
Jungkook menyeringai. "Tapi kau menyukainya, aku benarkan?"
"Mwo?" Taehyung menaikkan satu alisnya. "Kenapa aku harus menyukai panggilan itu?"
"Yah" Jimin melerai pertengkaran keduanya. "Seharusnya kalian berdua tidak di pertemukan. Kalian berdua benar-benar tidak memiliki kecocokkan satu sama lain. Bisakah kalian diam dan jangan buat aku terus-menerus menahan tawa?"
"Jimin, kenapa kau tidak membelaku?" Taehyung merengut kesal.
Jungkook tersenyum miring. "Jimin sunbae harus konsentrasi agar cara liciknya tidak ketahuan, begitu saja kau tidak tau" Katanya, dengan nada yang terdengar menyebalkan.
Taehyung hampir menjatuhkan rahangnya. "Kau memanggil Jimin dengan embel-embel sunbae, tapi kenapa aku tidak? Maksudmu apa sih?!" Tanyanya geram.
Sayangnya, pertanyaan itu tidak di jawab oleh Jungkook.
Saat mereka memulai ujian, Taehyung terus tersenyum karena mendapati soal-soal yang ia kerjakan lebih dari kata mudah. Pelajaran ini adalah pelajaran kesukaan Taehyung, jadi dengan mudahnya ia bisa mengisi jawaban itu (kebenarannya di ragukan, sebenarnya).
Jungkook mengayun-ayunkan pensilnya, memandang punggung Taehyung yang sedari tadi tidak bisa diam sama sekali. Pemuda itu menoleh, menemukan Jimin tertidur dengan pulasnya karena sudah menyelesaikan soal itu dengan waktu kurang dari sepuluh menit.
Dia juga susah selesai dengan semua soalnya. Jungkook itu termasuk murid yang jenius, menempati peringkat nomor satu semenjak duduk di bangku sekolah dasar. Tapi, baru kali ini Jungkook tertarik pada kakak kelasnya, apalagi orangnya itu seperti Kim Taehyung (Biasanya Jungkook tidak pernah tertarik dengan murid manapun). Menurut Jungkook, Taehyung punya kekuatan tersembunyi yang mampu menarik rasa perhatiannya.
Ada-ada saja.
"Taehyung" Jungkook memanggil pelan.
Taehyung tidak menjawab dan itu sengaja, ia tetap mengerjakan soal-soalnya, terkadang siswa itu bersenandung pelan, entah menyanyikan lagu apa ia tak tau.
"Tae, kenapa kau tidak mendengarkanku?"
Tetap tidak ada jawaban. Jungkook bukanlah tipe orang yang mudah menyerah, jadi ia tetap berusaha menarik perhatian kakak kelasnya yang manis ini.
"Taehyung, kenapa kau manis?"
Nah. Tubuh Taehyung langsung menegang begitu Jungkook melontarkan kalimat sederhana tersebut. Jungkook menyeringai kecil, akhirnya ia berhasil membuat perhatian Taehyung teralih padanya.
Taehyung sendiri masih terdiam, wajahnya memerah seperti kepiting rebus karena pertanyaan Jungkook yang menurutnya sungguh menyebalkan. Kenapa ruangan ini tiba-tiba panas? Kenapa Taehyung jadi tidak fokus pada soal-soalnya?
"Tae" Jungkook memanggil lagi. "Kenapa kau sangat manis huh? Apa kau mau membuatku terkena diabetes akibat wajah dan tingkahmu yang manis?"
"Jung—" Taehyung hampir membentak jika saja ia tak melihat Jungkook yang sedang tersenyum kepadanya. Senyuman itu, senyuman itu mampu membuat semua kalimat Taehyung kembali tertahan di tenggorokannya.
Astaga, ia baru sadar kalau Jungkook itu tampan.
"Aku kenapa, Tae?"
"—panggil aku hyung atau sunbae! Setidaknya kau harus sopan pada kakak kelasmu" Hanya itu alasan yang dapat Taehyung berikan (untuk menutupi rasa gugupnya), ia kembali membelakangi Jungkook dan mengerjakan soal-soalnya.
"Baiklah, Taehyung sunbae" Jungkook menopang dagunya menggunakan satu tangannya, terus memperhatian punggung Taehyung tanpa mengalihkan pandangannya.
.
.
.
.
Tiga pelajaran sudah terlewati. Taehyung menghembuskan nafasnya lega, hari pertama berjalan dengan lancar (meskipun ia menyalin jawaban Jimin saat pelajaran matematika). Tapi ia juga tidak bisa senang-senang, karena ini baru hari pertama, masih ada lima hari lagi yang harus ia lewati.
Jimin memakai tas punggungnya. "Mau pulang bersama? Kebetulan aku pulang bersama Yoongi hyung" Tawar Jimin. Yoongi adalah kakak kelas mereka yang kebetulan dekat dengan mereka berdua.
Taehyung memutar bola mata. "Lalu kalau kau pulang bersama Yoongi hyung, aku naik apa? Motormu itukan kecil, masa kita mau bertiga?" Katanya jengah.
"Yeah, kau kan bisa mendorong motorku sampai—aww!" Jimin meringis saat menerima lemparan penghapus dari Taehyung. "Galak sekali! Kalau begitu aku pulang duluan~ sampai jumpa besok ya Tae~ jangan lupa belajar!"
"Harusnya aku yang bilang seperti itu!"
Kepala Jimin muncul di pintu kelas. "Apa Taehyung? Aku tidak dengar~" Teriaknya, berpura-pura lalu tertawa keras, setelah itu menghilang lagi.
Taehyung mendengus melihat kepergian Jimin, dia langsung membereskan alat-alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas. Keadaan kelas sudah lumayan sepi, hanya ada dirinya, dua teman sekelasnya dan… Jungkook?!
"Kenapa kau belum pulang?!" Omelnya.
Jungkook duduk di atas meja Jimin. "Kenapa kau memarahiku kalau aku belum pulang? Aku mau mengajakmu pulang bersama, sunbae" Jawab Jungkook dengan nada datar namun tetap mempesona bagi siapapun yang melihatnya.
Taehyung menghela nafasnya. "Aku saja tidak tau rumahmu dimana, bagaimana bisa kita pulang bersama? Jangan bodoh, aku mau pulang dan sebaiknya kau pulang juga" Katanya, memakai tas miliknya sendiri dan bersiap-siap untuk pergi.
Tapi sayang, belum dua langkah, Jungkook menahan lengannya.
"Apa?!"
Jungkook menarik lengan Taehyung hingga jarak di antara mereka menipis, tubuh Taehyung yang sedang tidak ada tenaga langsung tertarik ke hadapan Jungkook, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.
Taehyung melebarkan matanya, ia sangat terkejut dengan perlakuan Jungkook yang tiba-tiba begini. Mereka mengabaikan dua murid yang berteriak heboh, seakan-akan di hadapan mereka adalah adegan romantis di drama-drama.
Dengan sangat jelas, Taehyung melihat seringaian Jungkook tercipta di bibirnya.
"Hari ini, jam tujuh malam, café dekat sekolah" Bisiknya pelan.
Taehyung mengerjapkan matanya. "A-apa?"
Jungkook tersenyum kecil, menjauhkan wajahnya dan melepas genggamannya pada lengan Taehyung. "Malam ini, jam tujuh di café dekat sekolah, kita bertemu. Kalau kau bertanya ada apa, jawabannya mudah"
Taehyung diam, membiarkan Jungkook melanjutkan kalimatnya agar ia mengerti.
"Malam ini kita kencan, sunbae"
Setelah itu, Jungkook dengan percaya dirinya langsung berjalan meninggalkan Taehyung yang saat ini membulatkan matanya tidak percaya.
Well, sepertinya adik kelas kurang ajar itu akan membuat Taehyung kerepotan sore ini. Kerepotan apa? Memilih pakaian yang pantas untuk ia kenakan. Meskipun Taehyung ingin menolak, ia tetap memikirkan pakaian apa yang cocok untuk malam nanti.
Jeon Jungkook. Kau membuat Taehyung tidak mengerti apa-apa lagi sekarang.
END
Bonus dariku sebagai permintaan maaf karena kelamaan update What The— /nyengir/
Sebenarnya, ini adalah kisah nyata yang aku alami /curhat/ di kenyataannya, aku itu Taehyung, Jimin itu temen cewekku dan endingnya bener-bener ga sama (Kalau disini endingnya manis, di kenyataan yang aku malah dapet kalimat gini "Kok lu pendek banget? Ga pernah minum susu ya?" /kemudian nangis di pojokkan/)
Well, terima kasih banyak buat temen-temen yang selalu memberi masukan dan komentar positif buat semua fanfic bikinanku~ aku bakal berusaha lebih keras lagi supaya semakin baik kedepannya^^
