TRUST ME

[FF||PROLOG||YOONMIN|| YAOI]

.

.

.

.

.

.

.

Comeback Round in My life

.

.

.

Genre: T

Length: Chapter

Main cast:

- Park Jimin

- Min Yoongi (Suga)

- Jeon Jungkook

- Kim Taehyung (V)

.

Support cast:

- All member BTS

- Byun Baekhyun

- Park Chanyeol

- Jihoon (Woozi)

- Kwon Soonyoung ( Hoshi )

- Jeon Wonwoo

.

.

.

.

.

.

.

WARNING!

TYPO BERTEBARAN KARENA NULISNYA DI HP :"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

^^HAPPY READING^^

Busan

Jimin POV

Hari ini, 1 September 2015. Dimana kekasihku ulang tahun untuk umurnya yang ke-19. Pagi ini aku harus buru-buru ke Toko baju terdekat untuk hadiah kekasihku ini.

.

"Jimin, sarapanlah dulu." Panggil ummaku yang sedang menyiapkan sarapan di ruang makan bersama sepupuku, Park Chanyeol.

.

Aku menggeleng pelan, "Aku tidak bisa, umma.. Nanti setelah aku kembali dari toko baju aku akan segera makan, kok." Responku jelas.

.

Melihat ibu yang sudah mengangguk mengerti aku langsung berterima kasih lantas membungkukkan badanku 90° memberi salam.

.

Di luar aku memasukkan kedua tanganku ke kantung jaketku mencoba menghangatkan tubuhku dari udara pagi yang dingin ini.

.

Ya, lagipula tidak apa-apa jika aku harus jatuh sakit. Yang terpenting kekasihku, Jeon Jungkook tidak marah padaku seperti tahun lalu karena melupakan ulang tahunnya karena harus menjemput kakak sepupuku itu.

.

Chanyeol hyung, ia tinggal bersamaku karena orang tua mereka bercerai. Sebenarnya Chanyeol hyung akan tinggal bersama bersama ayahnya, tapi karena ayahnya begitu sibuk dan ingin menikah dengan 'wanita baru', jelas ia menolak. Karena dipaksa, ia kabur dari rumah, ibuku khawatir dengan keadaan Chanyeol hyung, jadi ia membawa hyung pulang ke rumah.

.

Sebenarnya sampai sekarang aku tidak terlalu dekat dengannya. Aku berbicara dengan dia hanya sebutuhnya, begitu juga sebaliknya. Jujur aku prihatin dengan keadaannya, karena yang kudengar orangtuanya sama sekali tak memberi kabar apapun semenjak ia pergi dari rumahnya. Namun apa boleh buat, bahkan kami sama sekali tak ada kemauan untuk berbaur, kecuali bercanda singkat.

.

Setelah berada di toko baju aku segera memilih pakaian yang kira-kira cocok dengan Jungkook. Ada banyak sekali! Akhirnya aku belikan semua yang menurutku bagus.

.

Lalu aku segera membawanya ke kasir. Eh? Pelayannya tidak ada?

.

"Maaf, maaf. Saya terlambat hari ini!"

.

Aku menoleh ke sumber suara. Wajahnya asing bagiku, dia bukan pelayan sebelumnya. Sepertinya pelayan baru.

.

Aku menyerahkan baju-baju yang akan kubeli padanya. Ia mengangguk kemudian segera menghitung jumlah harganya.

.

Entah kenapa aku menoleh ke nametag yang ada di dada sebelah kanannya. Eh? Namanya sama?

.

"Min Jihoon? Bukannya itu nama pelayan sebelumnya?" tanyaku antusias. Ia menoleh padaku dan tersenyum.

.

"Aku tidak mempunyai seragamnya, jadi aku meminjam miliknya. Namaku Jeon Wonwoo." Ujarnya sambil menyerahkan strip pembayaran padaku, akupun mengangguk dan melihat harganya, pantas saja sedikit sempit jika dilihat. Lalu aku mengambil dompet dari saku celanaku dan memberinya uang sesuai harga baju yang kubeli untuk Jungkook.

.

"Sepertinya kau membeli baju ini bukan untukmu,ya? Dari ukuran baju sepertinya lebih besar dari badanmu." Tebaknya tanpa menerima uang yang ku berikan. Ck, aku tahu spoktur tubuh Jungkook lebih besar dariku, tapi bisa tidak jangan bilang sekencang itu. Membuatku malu.

.

"Ya, karena itu milik kekasihku. Aku membelinya sebagai hadiah ulang tahunnya." Jawabku tegas. Tanganku masih memegang uang yang seharusnya ia terima sedari tadi.

.

Sekitar 10 detik ia terdiam, ini membuatku gila! Apa dia ingin memberi baju ini dengan gratis? Lalu untuk apa strip pembayarannya!? Pasti orang ini sudah tidak waras!

.

"Siapa nama kekasihmu itu!?" tanyanya sambil menatapku tajam.

.

DEMI APA!? Astaga Jungkook, jika bukan karena ini hari ulang tahunmu aku akan membatalkan untuk membeli baju disini.

.

"Jeon Jungkook? Benar 'kan?" Tebaknya lagi sambil mengepalkan tangannya.

Kulihat rahangnya yang mengeras, karena terkejut aku menaruh uangnya di atas meja kasir.

.

"Ya, memangnya kenapa?" tanyaku balik. Ia mengalihkan pandangannya dariku.

.

"Maaf, antrian sudah panjang. Kau sudah membayarnya 'kan?" tanya seorang wanita yang sepertinya sudah menunggu lama di belakangku. Aku mengangguk sambil bergumam maaf lantas mengambil baju pesananku dan membawanya pergi.

.

Entah kenapa firasatku buruk tentang Jungkook hari ini. Haruskah aku bertanya padanya tentang pria bernama Jeon-..

.

Marga mereka sama! Jangan-jangan..

.

.

Author POV

Daegu

Yoongi keluar dari kamarnya sambil menguap karena ngantuk. Sekilas ia melihat jam dinding ruang makan dengan mata sayu tajamnya itu.

.

Berjalan santai menuju kulkas lalu mengambil roti serta selai, sesuai menu sarapannya setiap hari.

.

Pagi buta seperti ini membuatnya malas memasak, apalagi setelah beberapa bulan yang lalu ketika Jihoon pergi ke Busan untuk mencari pekerjaan disana. Jadi ia tak perlu repot berpura-pura tidak mengantuk ketika membangunkan adiknya itu dan harus menahan kantuk ketika memasak.

.

Dengan mata sayu miliknya itu ia mencoba untuk tidak memejamkan matanya melebihi 0.3 detik. Karena bisa saja ia tidak fokus menyiapkan sarapannya sendiri.

.

Tuk.. Tuk.. Tuk..

.

Suara ketukan pintu yang berasal dari pintu rumahnya membuat Yoongi yang hampir saja tertidur karena memejamkan mata selama 5 detik terlonjak kaget. Ia buru-buru segera membukakan pintu, ia berniat ingin memukul siapapun yang mengganggunya pagi hari seperti ini.

.

"Annyeong, hyung. Sepertinya pagi ini kau mengantuk sekali, tak seperti biasanya."

.

Ia mengurungkan niatnya untuk memukul orang yang datang di situasi ini. Yup, adiknya pulang, jika memukulnya akan memalukan bukan?

.

"Yah, terserah padamu. Intinya aku benar-benar mengantuk hari ini. Masuklah, Jihoon."

.

Jihoon masuk membuntuti Yoongi dari belakang yang sebenarnya Yoongi membawanya ke ruang makan.

.

Yoongi beranjak mengambil makanan dari kulkas untuk dimasak. Sementara Jihoon melihat meja makan yang hanya ada roti dan selai itu merasa tidak enak dengan Yoongi.

.

"Ah! Hyung tidak perlu memasak untukku kok. Di perjalanan aku sudah makan." Kata Jihoon yang membuat Yoongi heran.

Karena tak biasanya Jihoon menolak masakan Yoongi, bahkan di hari-hari biasanya Jihoon selalu merengek untuk Yoongi memasak sesuatu untuknya walaupun sudah makan berkali-kali sebelumnya. Apa semenjak di Busan sikap Jihoon berubah?

.

Yoongi mengangguk kemudian duduk di kursi dimana ia duduk disana sebelumnya.

.

"Kalau begitu terserah padamu. Jika kau lapar bilang saja padaku, aku akan memasak untukmu."

.

"Itu juga tidak perlu, hyung! Aku akan masak sendiri." Tolak Jihoon sambil mengibaskan tangannya.

.

"Eh? Yasudahlah, kau tidur saja sekarang. Bukankah kau merasa lelah?" Perintah Yoongi.

.

Jihoon termenung. Ia tetap berdiri ditempatnya sambil menunduk dengan tatapan kosong.

.

Melihat adiknya yang tidak bergeming, ia mulai merasa khawatir. Yoongi mulai dengan taktik basa-basi ala Mr. Min Yoongi.

.

"Kenapa kau kembali secepat itu? Setidaknya kau beritahu aku!" Sungut Yoongi sambil mengerucutkan bibirnya.

.

Jihoon POV

Kenapa kau sebaik ini padaku, hyung? Bukannya selama ini kau membenciku? Aku tak mau kau harus beracting hebat hanya karena aku.

.

"Maaf, hyung.. Aku hanya lelah tinggal di Busan, jadi aku kembali ke Daegu lagi." Jawabku pelan, tetap menunduk.

.

Yoongi hyung mengalihkan tatapannya ke roti yang ia pegang kemudian menatapku kembali.

.

"Maafkan hyung karena tidak mengirimkan uang bulan lalu. Hyung sudah berusaha mengirimnya ta-.."

.

"Kenapa hyung harus khawatir padaku? Bukankah keluargamu hancur karena aku? Apa yang membuatmu begitu kuat untuk beracting seperti itu?" potongku cepat sambil memejam mataku.

.

Aku membuka mataku perlahan menatapnya. Kulihat dirinya menatapku terkejut, kentara sekali.

.

"A-Apa.. Apa m-maksudmu Jihoon-ah?" Tanyanya terkejut. Aku menghampirinya dan duduk dihadapannya dengan tatapan tajam.

.

Ia menunjukkan ekspresi kebingungan, itu membuatku ragu untuk bertanya. Bagaimana jika apa yang kuselidiki ini tidak sepenuhnya? Bagaimana.. Jika aku salah paham?

.

Aku menarik napasku panjang. Mencoba untuk rileks agar tidak terbawa emosi.

.

Aku juga harus tahu semuanya secara intens. Mereka termasuk Yoongi hyung menyembunyikan semuanya agar menjaga perasaanku saja kan? Lalu bagaimana dengan Yoongi hyung? Apa dia baik-baik saja? Apa dia membenciku? Kenapa ini menjadi sangat rumit ya, Tuhan?

.

"Aku bukan adik kandungmu 'kan, hyung?" tanyaku pelan. Menatapnya nanar, melihat sosok yang selalu dewasa dan tegar menghadapiku ketika aku mendapatkan masalah. Yang selalu ada di sampingku ketika aku terpuruk, nyatanya membenciku? Aku tak percaya ini.. Katakan ini semua bohong, hyung. Katakan bahwa aku salah. Katakan, hyung..

.

Sekitar 1 menit suasana ruang ini menghening. Aku benar-benar mengharapkan jawaban darinya, kenapa dia diam saja? Apa aku benar?

.

"Apa kau kembali hanya untuk itu?"

.

DEG!

.

Aku harus tau semuanya!

Aku harus tau semuanya!

Katakan padaku!

Katakan padaku!

Aku percaya padamu!

Aku percaya padamu!

Hyung, tak apa 'kah?

.

Aku mengangguk. Rasanya berat sekali untuk menurunkan daguku.

.

"Kau adikku." Jawabnya singkat. Aku menghela napasku untuk mengendalikan emosiku. Kutatap dirinya dengan tajam. Perlahan ia berdiri, aku yakin dia ingin pergi.

.

"Ya, tapi berbeda ayah." Ucapku sambil menarik tangannya. Menahannya untuk pergi.

.

"Jihoon, kau.. Tidak tau semuanya."

Author POV

Busan, Restoran

"Hyung! Mana kadoku? Hari ini aku 'kan ulang tahun!" seru pria bernama Jeon Jungkook itu sambil bergelayut manja pada pria disampingnya, Jimin.

.

"Kita pilih tempat duduk dulu, ya." Kata Jimin sambil mengusap kepala Jungkook gemas. Jungkook hanya mempoutkan bibirnya imut.

.

Setelah mereka duduk di meja paling ujung, mereka duduk bersampingan dengan tatapan yang sama sekali tak dapat diartikan namun dapat dirasakan.

.

Jimin mengeluarkan semua isi tasnya yang sedari tadi ia bawa selama berkencan dengan Jungkook. Walaupun berat, yah mau bagaimana lagi? Jika dipakaikan kado justru akan menyusahkan dirinya saat berkencan.

.

"Woah! Hyung, membelikan ku baju,ya?" Histeris Jungkook sambil melihat baju-baju

yang diberikan Jimin.

.

"Ya, dan ini sangat spesial untukmu, chagi~" Ujar Jimin lantas mencium kening Jungkook lembut.

.

"Sangat spesial karena aku harus bertemu orang aneh, yang sepertinya stalkerku." Batin Jimin.

.

Jungkook tersenyum, kemudian melihat baju-baju dan mencocokkan pada tubuhnya.

.

Sepintas Jungkook melihat merek baju yang dibelikan Jimin untuknya, ia langsung terbelalak.

.

Melihat ekspresi Jungkook yang tak sesuai harapannya, Jimin langsung menatap Jungkook tajam.

.

"Ada apa, Kookie?" Tanya Jimin lalu merangkul Jungkook.

.

"Apa kau bertemu... Wonwoo, hyung?" Tanya Jungkook balik.

.

"Maksudmu si aneh itu? Hyung? Jadi kau mengenalnya?" Batin Jimin untuk kedua kalinya.

.

Jimin mengangguk. Ia menunggu respon Jungkook, apa..

.

"Apa yang dia katakan?" tanya Jungkook panik.

.

"Permisi, kalian mau pesan apa?" tanya pelayan yang baru saja datang.

.

Jungkook POV

"Permisi, kalian mau pesan apa?"

.

Oke, pelayan itu memang datang saat yang tidak tepat. Dasar pelayan baru, jika kau sudah beberapa minggu disini akan aku tuntut!

.

Kulirik nametagnya lalu tersenyum."Maaf pelayan Kwon Soonyoung, kami akan memesan setelah 15 menit lagi." kataku dengan nada memerintah.

.

"Aku ingin pesan Cappucino." Sahut Jimin hyung tiba-tiba sebelum pelayan Soonyoung itu pergi setelah mendengar ucapanku.

.

"Baiklah." Balas pelayan itu sambil mengangguk. Lalu aku memandang Jimin hyung kembali.

.

"Dia berkata tentang kau dengan menahan amarahnya. Aku tak mengerti ini, Kookie. Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyanya. Aku menunduk, aku bahkan tak sanggup mengatakannya. Apa Jimin hyung akan marah padaku?

.

"Hyung, Wonwoo hyung menjodohkanku dengan pria yang sama sekali tak ku kenal 2 minggu yang lalu. Aku sudah menolaknya, tapi ia menolak karena-.."

.

Aku menghentikan perkataanku ketika melihat ekspresi Jimin yang tidak enak memandangku bahkan ia melepas rangkulannya. Aku menunduk. Ragu untuk menjelaskannya karena takut.

.

"Apa kau tidak bilang pada keluargamu soal aku? Bahkan mereka sampai menjodohkanmu dengan orang lain." Herannya sambil menatapku tajam.

.

Aku terkesiap. Ya, aku tidak bisa bilang soal itu karena waktu itu Wonwoo hyung pulang dan langsung berbicara soal perjodohanku. Aku tidak bisa mengatakannya.

.

BRUKK

.

Jimin hyung memelukku. Aku tak bisa berkata apapun, ia memelukku seolah ia memahami keadaanku. Aku tak tahu apa maksudnya ini.

.

"Kita jalani saja, kita lihat apa yang terjadi. Kita lihat apa yang akan takdir perbuat pada pasti akan baik-baik saja." Ucapnya pelan sambil mengelus punggungku seolah menenangkan keadaan.

Terkadang aku berpikir. Orang seperti apakah Park Jimin itu? Kenapa ia begitu tegar dengan hubungan kami yang telah berjalan 3 tahun ini? Terkadang aku tidak mengerti dirinya yang selalu ada sisiku ini.

.

Ya, Tuhan.. Aku berterima kasih padamu karena telah menitipkan pria ini padaku. Aku takkan menyia-nyiakannya atau melukainya, takkan pernah. Apapun akan kulakukan agar perjodohan itu batal secepatnya.

Aku membalas pelukannya, rasanya aku takkan pernah mau melepaskan pelukannya. Takkan pernah.

.

Author POV

"Jadi seminggu lagi kau akan pergi ke Busan, Tae?" tanya namja mungil berparas manis itu sambil menatap lawan bicaranya nanar. Nada suaranya menantang sekali, tidak seperti wajahnya.

.

"Nde, mianhae Yoongi hyung. Aku bahkan tidak bisa menemanimu dalam keadaan Jihoon yang seperti itu." Ucap sang lawan bicara Yoongi, Taehyung.

.

"Gwaenchana, Tae. Lagipula akan lebih baik aku bersandar padamu ketika kau tidak ada masalah. Pulanglah, selesaikan masalahmu." Respon Yoongi dengan tersenyum getir.

.

Taehyung tahu itu, Yoongi kecewa. Kentara sekali kalau kekasihnya ini membutuhkan dirinya untuk menenangkan diri soal Jihoon.

.

"Aku akan kembali secepatnya, hyung. Jadi jaga dirimu baik-baik saja selama aku tak ada" Kata Taehyung sambil menggenggam tangan Yoongi erat.

.

Yoongi membalasnya dengan memeluk Taehyung erat, rasanya ia benar-benar ingin menangis. Ia sama sekali tak menyangka kekasih yang menemaninya sejak ia kecil ini pergi dengan alasan yang sama sekali tak pernah ia harapkan, seumur hidupnya.

.

"Aku akan baik-baik saja. Aku akan menunggumu, kalau bisa aku akan mengunjungimu." Ujar Yoongi sambil menggigit bibirnya menahan tangis.

.

Taehyung membalas pelukan Yoongi sambil mengusap rambut Yoongi lembut. Kemudian ia mencium ubun-ubun yang berbau harum itu lembut.

"Sekalipun aku tak kembali, aku takkan melepaskanmu, hyung. Aku yakin perjodohan itu akan batal pada waktunya, percayalah. Mianhae, hyung. Saranghae~" Batin Taehyung.

CHU~

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC/END?

First FF Yaoi :" Comment yaw :* Krisarnya/? di comment ditunggu '-'