Selalu saja begitu—menundukkan kepalamu dibawah rintikan hujan—Diam dengan ekspresi yang hampa ...
Lihat rintikan hujan itu. Langit seakan-akan mengasihanimu yang sedang pilu hatinya. Kau biarkan air hujan membasahi wajahmu—menutupi air matamu yang sekarang sedang turun dari matamu ..
Kau—orang yang selalu menyebut orang lain lemah darimu, Kau pikir kau kuat ? Lihat dirimu yang sekarang, Hibari ..
Tanpa dia .. Sendirian ..
Yang kau lakukan hanya mengingat kenanganmu bersamanya ..
Kadang kau menangisinya ..
Dan kadang kau tesenyum mengingat kenangan yang bahagia bersamanya ..
Padahal kau tahu, mengingatnya hanya membuat hatimu semakin sedih ..
Kau bagaikan awan mendung yang tidak akan menjadi cerah tanpa mataharimu ..
Lalu apa yang sekarang bisa kau lakukan tanpa mataharimu ?
Tidak ada.
Entah apa yang akan dia lakukan jika melihat dirimu yang seperti ini ...
Sedih ..?
Haha, Ya .. Pasti begitu ...
"... Dino—"
B with U
Disclaimer : Katekyo Hitman Reborn ©Akira Amano
Story ©Noel Nuvola
Rating : T
Pairing : D18—Dino Cavallone X Hibari Kyouya
Genre : Angst & Romance
A/n : hallo minna, saya balik lagi. Ada yang kangen saya ga ? #ngarepdikangenin #dicekek. Saya kembali dengan nama baru, oyey oyey. Ada yang tahu nama saya sebelum ini apa ? Yang bisa nebak dengan benar akan mendapatkan piring cantik, silahkan ambil di ruang resepsi Namimori School (kalo berani) LOLOL. Fic kedua saya dengan fandom yang sama dan pairing yang sama, ohohoho. Oh iya, Matahari yang di Summary itu bukan Ryouhei lho ya -_- itu Di— no—, eeh, senyumnya itu lho ! *ngebayangin Dino senyum ampe giginya CLING CLING* #PLAK. Okelah, saya ga mau banyak ngomong. Hope you enjoy this ffic minna :)
Warning : OOC, typo .. err—abal maybe ? -_-
"Kyouya !" panggil pemuda berambut pirang kepada laki-laki berambut raven yang sekarang sedang berjalan di koridor sekolah Namimori School.
Si rambut raven—Hibari Kyouya—tidak menjawab. Hanya menoleh ke arah asal suara yang menurutnya mengganggu. Ya. Meng-gang-gu. Tapi suara ini juga sangat familiar di telinga sang Cloud Guardian—Vongola Famiglia ini.
"... Disini kau rupanya .." Dan si rambut pirang—Dino Cavallone—dengan nafas yang tidak teratur dan senyum khas orang ceroboh yang menghiasi wajahnya semenjak ia memanggil Hibari tadi, sekarang mulai mengatur nafas dan membuka mulut dan bicara lagi "Ehm ... Apa kau ingat ini hari apa ?"
"Tentu. Rabu," balas Hibari. Cepat.
Hening.
Baiklah, itu bukan jawaban yang diinginkan Dino. Kecewa ? Sedikit. Tapi tetap saja cinta Dino ke kekasihnya—yang katanya 'manis' itu—utuh. Lagipula Dino juga sudah terbiasa dengan jawaban Hibari yang seperti itu. Karena ini .. yang ke-duabelas kalinya ..
"Kyouya .. nanti malam kau ada waktu luang atau tidak ?" tanya Dino, tersenyum.
"Ada," jawab Hibari—dan tentu saja dengan cepat—dan tegas.
"Ahaha, baguslah .." Masih tersenyum, Dino mendekatkan wajahnya ke wajah Hibari dan mendorong kepala Hibari—mempersempit jarak diantara wajah mereka—Dan kalau kau pikir Dino akan mencium Hibari, jawabanmu salah—Dino mendekatkan mulutnya ke telinga Hibari.
"Temui aku ditempat biasa ya, Kyouya .." bisiknya.
"... Hn,"
"Aku mencintaimu .."
"..."
Dino tertawa kecil. Ia tahu alasan kenapa Hibari tidak mau menjawab kata-katanya yang terakhir—Nampak jelas diwajahnya yang sekarang memerah. Dan yaahh .. Menurut Dino itu sangat ... Manis ?
"Sampai jumpa nanti malam, Kyouyaa !" kata Dino—pergi sambil melambai-lambaikan tangannya ke Hibari.
Hibari hanya membalasnya dengan tatapan—sampai sosok pria yang melambai-lambaikan tangannya ke dia, tidak telihat lagi. Hibari menghela napas. Merepotkan sekali si Dino itu, datang menghampirinya hanya untuk menanyakan 'Hari apa' dan 'Ada waktu luang atau tidak ?'. Tentu saja Hibari ingat ini hari apa—Hari yang spesial bagi pasangan Dino Hibari—Hanya saja, ia pura-pura lupa untuk memberikan kekasihnya itu sebuah kejutan.
Dan sekarang dapat dilihat kalau sang Cloud Guardian itu tersenyum.
"Kinen-bi omedetou .. Dino .."
-ooo-
Dino mengetuk-ngetuk kaca yang sekarang sedang ia jadikan tempat untuk menidurkan kepalanya. Lalu melihat ke arah jam yang ada di pergelangan tangannya. Dino menggigit bibir bawahnya, "Lama sekali sih .." gerutunya.
Tentu saja ia mengeluh, sudah 1 jam lebih ia menunggu di toko ini—Toko yang menjual .. ehm .. Perhiasan ?
BRAAAKK—!
"Maaf, sudah membuatmu menunggu, Dino. Aku benar-benar lupa meletakkan benda itu. Sungguh, aku tidak berbohong. Kupikir aku sudah menyimpannya di tempat paling aman supaya kalau ada perampok, benda itu tetap akan selamat. Dan kau tahu sendiri kan, benda itu sangat kecil, banyak kemungkinan benda itu berada. Bisa saja ada di lemari, dibawah meja, di—"
"Cukup, Aurica .." kata Dino menghentikan kata-kata gadis yang bernama Aurica itu.
"Eh ?"
"Iya, aku mengerti. Bisakah kau memberikan benda itu padaku ?" kata Dino, sambil tersenyum.
"Oh, hahaha. Aku hampir lupa dengan ini .." Aurica melirik kotak kecil yang dibungkus dengan kertas berwarna ungu dan dililit dengan pita berwarna biru tua, "Ini punyamu sekarang, Dino. Silahkan .." katanya sembari memberikan kotak kecil itu pada Dino.
"Grazie. Baiklah, aku tidak bisa berlama-lama disini—Kau tahu, dia sudah menungguku," ujar Dino sambil berjalan menuju pintu toko, lalu membuka pintu toko, "Sampai jumpa,"
Dino berjalan sambil menggenggam ponselnya, lalu menekan tombol-tombol yang ada disitu dan menempelkannya pada telinga kanannya.
Diam dan tetap berjalan.
Sang Cavallone Decimo sekarang sedang menunggu jawaban dari orang yang diteleponnya. Tangan kirinya menggengam benda yang tadi diambilnya disebuah toko.
Dan Dino tersenyum saat mendengar suara dari ponselnya.
"Halo .."
"Kyouya, kau ada dimana sekarang ?"
"Kau-tahu-dimana .."
"Oh, haha, sudah ada disana ya .."
"..."
"Tunggu aku, aku akan segera kesana,"
"Hn,"
"Ti amo .."
—TUT TUT TUT
Dino menatap ponselnya lalu tersenyum, lalu menaruhnya dalamsaku jaketnya.
DUKK—
Seseorang menyenggol Dino dan membuat benda yang sedari tadi ada ditangan kirinya terjatuh—sampai ke jalanan, spontan, Dino memunggutnya—tanpa peduli kalau ada truk yang sedang melaju kencang ke arahnya.
CKIIIIIITT—
-ooo-
Hibari menguap. Sudah 2 jam lebih ia menunggu Dino dan sudah 2 jam lebih ia duduk menatap kota Namimori kesukaannya. Hibari sekarang berada di bukit yang mempunyai pemandangan yang bagus—kota Namimori—terlebih jika dilihat saat malam hari. Dan yang menemukan tempat itu ? Tentu saja Dino—dengan bantuan anak buahnya.
"Midori tanabiku .. Namimori no .."
Suara itu membuat Hibari tersadar dan langsung mengambil ponselnya, morogoh sakunya—Berharap bahwa orang yang meneleponnya adalah Dino—Hibari membuka klop ponselnya ..
"... Halo .."
"Kyouya-sama .. Dino-sama—"
BRAAAKK—!
Pintu itu terbuka—dengan kasar, lebih tepatnya—membuat orang-orang yang ada di dalam ruangan itu terkejut. Mereka mengalihkan pandangan mereka ke si-pembuka-pintu-yang-kasar-itu—Hibari Kyouya.
"Kyouya ?" seru salah satu orang yang ada di dalam ruangan—Dino.
"..." Hibari tidak menjawab, ia malah menatap Dino dengan tatapan yang tajam—ciri khas si penguasa Namimori itu.
Dino tersenyum, ia tahu maksud dari Hibari, "Maaf, bisa tolong tinggalkan kami berdua ?", dan tanpa basa basi, Romario, Dokter, dan Suster yang ada di ruangan itu meninggalkan mereka berdua.
Pintu itu tertutup, membuat suasana dalam ruangan itu menjadi sepi. Kedua orang yang ada di dalamnya hanya diam membisu.
Ya. Membisu sampai salah satu diantara mereka membuka mulut—mendapatkan topik untuk dibicarakan ?
"Kyouya .." panggil Dino seraya menurunkan kakinya dari ranjang tempat ia tertidur tadi "Maaf, aku membatalkan janjiku .." Dino berjalan dan memeluk Hibari—mencium wangi yang ada di sekujur tubuh kekasihnya itu—lalu menggenggam tangan Hibari. Hibari hanya menunduk—tidak menatap orang yang ada di depannya.
"... Tanganmu dingin .." kata Dino agak kaget, lalu menatap Hibari "—Sudah berapa jam kau menungguku ?"
"..." Tapi tetap saja .. Hibari tidak menjawab ..
"Kyouya .. Maaf .." kata Dino lirih.
"... Tidak peduli—" jawab Hibari pelan, namun masih menundukkan kepalanya, "... Aku .. mencemaskanmu .. bodoh .." Dan akhirnya Hibari mengangkat kepalanya dan menatap Dino. Bukan dengan tatapan yang biasa, tapi .. tatapan yang menunjukkan kalau dia cemas .. dan
.. takut ?
Ya. Ekspresi yang jarang—bahkan ini pertama kalinya—ditunjukkan oleh Hibari.
Dino tersenyum, "Aku tidak apa-apa kok .." dan mendekatkan wajahnya ke Hibari—mau mencium bibir Hibari.
"Kau-gila" kata Hibari dengan cepat—membuat Dino menghentikan kegiatan mau-mencium-bibir-Hibari, "Bagaimana mungkin kau baik-baik saja, padahal ada luka di kepalamu" sambungnya sambil men-death-glare manusia yang ada di depannya.
"Ahaha, hanya terbentur tiang kok .." Dino sweatdrop.
"Ceritakan"
"Ah, iya. Emm,kau ingat kan saat aku meneleponmu ?"
Hibari mengangguk.
"Iya, setelah itu handphone-ku jatuh, karena disenggol orang, saat aku mau mengambilnya, ada Truk melaju."
"Ceroboh .. Lalu ?"
"err—spontan aku melompat kebelakang, tapi malah terbentur tiang yang keras .. Daan .. sepertinya aku pingsan .."
"Begitukah ?"
"... Iya,"
"Oh," Dino menghela napas—lega karena Hibari tidak mengetahui kebohongannya—lalu tersenyum, untuk menutupi kebohongan itu dan melirik ke bantal yang ada di tempat tidur.
Bukan. Bukan bantalnya .. tapi sesuatu yang ada di bawahnya ..
'Mungkin nanti ..' kata Dino dalam hati.
"Ada apa ?" tanya Hibari yang mengetahui kalau ada yang aneh dengan Dino.
"Tidak .. Tidak ada apa-apa," jawab Dino, tersenyum ke lawan bicaranya, lalu memeluknya.
TbC-
A/n : yeaaaaaaaaaahh ! setelah saya baca ulang .. pppffttt ..
#nahanketawa
Chapter pertama emang masih biasa banget XDD
oke deh, saya gamau ngasih spoiler #authorpelit XDD
Review yaaaaaa :)
