disklaimer: bts © bighit entertainment.
((yoonmin, drabble, psychological-theme/semi-abstract))


here.

Empat hari berturut-turut Yoongi menyeret langkah keluar bangsal karena dia benci sesuatu yang stagnan.

Tapi tetap, laci-lacinya penuh obat, besi tumpul bau karat, dan ruang memorinya masih sesak oleh kenangan dari orang sekarat.

Kenekatan lahir dari rasa terdesak. Yoongi dihimpit oleh urgensi berbuat di luar nalar, karena kakinya telah mencapai ujung atap dan tangannya terentang dengan maksud memeluk seisi kota (karena apapun yang dilihat dari ketinggian nampak kecil untuk dipeluk). Ketika angin menyikat rambutnya terlalu kencang, dia mundur, urung mewujudkan niat.

"Bisakah berhenti menghalangi apa yang akan kuperbuat?" kata Yoongi, terakhir kali sebelum dengan enggan kembali ke atas ranjangnya dan menutup tubuh tanpa menyisakan celah seinci saja.

Sangat sederhana jika Jimin disebut sebatas kenalan biasa; tapi Yoongi tinggi hati untuk mengakui bahwa laki-laki itu bukan hanya dianggap menghibur hari-hari. Lagipula, sejak awal mereka tidak diijinkan membangun harapan, jadi satu-dua pengakuan pasti tidak terlalu berguna. Esok hari, Yoongi menghitungnya sebagai penyesalan karena dia tidak punya kesempatan untuk mengungkapkan.

Ada ranting sakura membusuk di balik selimutnya, tapi darah dari jari Yoongi lebih cepat kering dibanding praduga perawat yang mengantar baki sarapan tiap pagi tiba. Setelah itu, Yoongi kembali berakting seperti kemarin dan kemarinnya lagi, dengan dalih bahwa dia terluka dalam usaha menguliti apel merah. Diam-diam perawat perempuan itu tahu, jika dia sudah memakan kebohongan; tapi dia terlalu baik hati karena pasien harus senang agar bisa lekas sembuh.

(Perawat itu melupakan fakta bila Yoongi dilabel sebagai pasien abadi. Setidaknya, jurnal pemeriksaannya baru-baru ini lebih dari cukup sebagai pembuktian. Sifat apatis kadang diperlukan dalam beberapa kesempatan.)

Yoongi tahu, Jimin menyelipkan implikasi untuknya agar jangan semudah itu untuk menyerah.

Jawabannya adalah: "Tapi kau curang karena tidak menepati janji." Alisnya tertekuk, emosi memainkan ekspresi wajah yang selalu datar.

Percobaannya hanya sebatas wacana karena sebanyak apapun Yoongi menetapkan tekad, dia tahu entah dari sudut mana Jimin berusaha mencegah dengan mata yang menatap nyalang, dan dia selalu merasa ada bisikan lembut yang mengatakan: "Aku di sini. Aku tidak pernah pergi. Kamu hanya tidak tahu."

"Kurasa aku memang tidak punya pilihan." Yoongi mengesah, dengan mata berkaca-kaca, lalu melupakan potongan keramik di tangannya dan pergi tidur bersama ribuan keinginan yang mendobrak labirin kesadaran. Beberapa detik kemudian, Yoongi terlelap meninggalkan permukaan bantal yang basah dan napas yang berembus teratur dari hidungnya.

Jika Jimin berkata untuk tetap hidup, maka Yoongi akan melakukannya biarpun dia tahu bahwa penyiksaan terbesar baginya adalah ditinggal mati.

Lebih daripada itu, mereka masih bisa bertemu di banyak mimpi.


end.


zula's note:

aku yakin pemikiran tiap orang beda-beda tentang ini, jadi aku ngebebasin apapun yg kalian pikirin sekarang. open-ending itu favoritku.

ps: voice fetish-ku tambah serius akhir-akhir ini.
ps2: sakura, kalau dalam bahasa bunga artinya selamanya bersamamu.