Usai PD Ninja ke-4, Orochimaru dengan segala kemampuannya dalam menciptakan hal-hal yang baru ditambah dengan teknologi canggih yang dapat membantunya dalam melakukan penelitian pada akhirnya berhasil melakukan sebuah observasi penemuan yang mampu menggegerkan seluruh dunia. "Aku melakukan semua ini untuk menebus dosa-dosaku, sama sepertimu, Sasuke-kun."
[WARNING : Segala tindak PLAGIARISMEakan dikenakan sanksi Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 10 Ayat (4) ]
Naruto disclaimer © Masashi Kishimoto
Born From The Death by Merisshintia
Rated T+
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Pairing : [Sasuke, Sakura, Itachi] Naruto x Hinata
.
Chapter 1 : Penemuan baru
Jalanan di Konoha tampak senggang sore itu. Kaki jenjangnya berjalan dengan pelan menikmati semilir angin sore yang kini menerbangkan rambut sewarna permen kapas miliknya. Dedaunan kering yang berjatuhan dan berserakan di jalanan tersebut terinjak oleh kaki yang beralaskan sepatu ninja yang selalu di kenakannya. Mata hijau klorofil seindah batu emerald itu menatap sedih gerbang Konoha yang dijaga oleh beberapa penjaga gerbang yang terlihat malas-malasan sambil bermain Shogi[1].
Memang, semenjak berakhirnya perang dengan Kaguya yang dipelopori oleh Madara, Obito, serta Kabuto yang membangkitkan jutsu terlarang, keadaan desa kini benar-benar damai. Inilah yang selalu dilakukannya saat waktu senggang dan tidak ada pekerjaan di rumah sakit ataupun misi dari sensei-nya yang sekarang telah menjabat menjadi Hokage, dia selalu mengunjungi gerbang tempat di mana dia dan sensei-nya itu mengantarkan cinta pertamanya untuk kembali berkelana jauh dari desa dengan alasan "untuk menebus dosa-dosanya." Sakura tersenyum kecut setelah hampir tiga tahun lamanya, pujaan hatinya itu benar-benar tidak pernah menunjukkan kembali batang hidungnya. Hanya berkunjung beberapa menit ke ruangan Hokage ke-6 kemudian menghilang kembali tanpa sempat bertemu dengannya.
Tapi, apapun itu, asalkan pujaan hatinya tidak kembali ke jalan yang gelap, Sakura tidak masalah dan hatinya tetap bersyukur akan hal itu walaupun perasaannya tidak terbalaskan, benarkah? Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran kunoichi muda terkuat di Konoha ini, menyimpulkan semuanya dalam pemikirannya sendiri, dengan spekulasi yang sebenarnya salah dan sangat melenceng jauh itu.
TAP TAP TAP
Sakura berbalik kemudian kakinya melangkah menjauhi gerbang desa, rambut merah muda panjangnya mengayun seirama dengan langkah kakinya. Baru beberapa langkah dia berjalan, dua orang Anbu lengkap dengan topeng yang selalu menutupi wajahnya itu berdiri menghalangi jalannya. Sakura menaikan alis merah mudanya,
"Sakura-san, Hokage-sama memanggilmu ke ruangannya sekarang juga." Ucap salah satu dari mereka yang memiliki tinggi badan lebih tinggi dibandingkan rekan satunya. Sakura menghela napas pelan,
"Baiklah."Jawabnya, kemudian mengikuti langkah para Anbu Elite Konoha dengan meloncati atap-atap dari bangunan rumah para warga desa. Pikiran gadis berusia awal 20 tahunan itu berkelana entah kemana saat mereka dalam perjalanan menuju bangunan milik Hokage, tidak ada yang tahu bahwa gadis ini meskipun merupakan terkenal sebagai kunoichi terkuat di Konoha tetapi pada kenyataannya memiliki hati yang paling rapuh untuk masalah cinta dan itu mungkin melebihi rapuhnya hati dari Puteri Klan Hyuga, Hinata.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mereka sampai di gedung Hokage dan berjalan menuju ruangan pemimpin Konoha saat ini.
Cklek
Pintu dibuka dan Sakura memasuki ruangan yang ternyata sudah dipenuhi oleh beberapa orang selain dari Kakashi yang notabane adalah Hokage dan asistennya yang berambut pirang. Di sana berdiri Shikamaru, Sai, Naruto, dan yang lebih mengejutkan lagi dua orang Sannin Legendaris Tsunade yang merupakan Shisou-nya dan Orochimaru yang kini duduk santai di sofa khusus tamu.
"Ah, Sakura akhirnya kau datang." Ujar sang Hokage datar seperti biasanya dengan kedua mata onyx-nya yang tajam namun selalu terlihat malas. Naruto tampak begitu antusias dan menarik Sakura-chan-nya untuk berdiri di dekatnya.
"Ha'i Hokage-sama. Sebenarnya ada keperluan apa Anda memanggil saya kemari?" tanya Sakura formal, dan sopan seperti biasanya. Sangat berbeda dengan Naruto yang tetap memanggil Kakashi dengan sebutan sensei. Kakashi berdehem, dia tidak menjawab pertanyaan dari mantan muridnya itu tetapi justru memandang mereka semua dengan tatapan tajamnya. Kakashi mulai berbicara serius ketika semuanya sudah berkumpul,
"Sebenarnya bukan akulah yang akan menjelaskan mengapa kalian semua dikumpulkan di sini. Hanya saja, aku meminta Naruto karena kau calon Hokage selanjutnya, Shikamaru karena dia merupakan penasehatku dan juga penasehat Hokage berikutnya, Sai merupakan mata-mata andalan Konoha yang bergerak di dalam pasukan Anbu, kemudian Sakura—" Kakashi menghela napas sejenak,
"—karena kau ninja medis terbaik yang mampu mengalahkan Tsunade-sama." Semuanya tetap diam. Menunggu penjelasan sang Hokage lebih lanjut,
"Semua yang akan menjelaskannya adalah Orochimaru-sama dan Tsunade-sama." Dan, kali ini mereka semua mengalihkan perhatiannya pada Tsunade dan Orochimaru yang duduk dengan nyaman di sofa bludru yang di sediakan di dekat jendela ruangan Hokage. Tsunade menyesap ocha-nyayang terlihat masih mengeluarkan asap hangatnya,
"Kami telah melakukan riset,"Orochimaru mulai membuka pembicaraan,
"Dan ini adalah penemuan yang sangat mengagumkan, ya mungkin bisa dibilang edo tensei yang sempurna atau modern edo tensei."
"Apa maksudmu dengan edo tensei yang sempurna, Orochimaru?!" bentak Naruto yang saat ini tangannya terkepal erat, ia tidak mengira bahwa alasannya dikumpulkan kemari karena hal ini. "Tenanglah, Naruto." Ujar Sakura, mencoba menenangkan sahabat pirangnya ini.
"Aku tidak mengerti apa yang Tsunade-baachan pikirkan hingga mau bekerja sama dengan Orochimaru untuk kembali melakukan hal nista ini." Aura gelap melingkupi diri Naruto, Kurama yang berada di dalam dirinya 'pun merasa tidak suka dengan pembahasan ini. Edo tensei adalah justu terlarang, dan dalam penggunaannya memerlukan tumbal, dan sesuatu seperti itu sama saja dengan merebut hak asasi manusia yang disebutkan dalam pasal tentang 'hak hidup' yang Naruto pelajari selama ini sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuannya dalam menunjang jabatannya sebagai Hokage beberapa tahun lagi.
"Tenanglah, Naruto!" Kali ini sang Hokage 'lah yang mencoba menghentikan mantan muridnya untuk bertindak bodoh, meskipun dirinya sendiri merasa terkejut dengan penuturan yang baru saja Orochimaru katakan. "Jika itu memang suatu perbuatan yang tercela dan tentu saja tidak berfaedah, Tsunade-shisou tidak mungkin membiarkan Orochimaru-sama untuk melakukannya, kan, Naruto?" Ucap Sakura mencoba berpikir realistis.
Tsunade menghela napas berat, dia memijat pelipisnya, "Sebenarnya penemuan si ular kali ini benar-benar patut untuk mendapatkan applause dari desa. Dia benar-benar ahli, dan aku yakin kalian semua akan tercengang begitu melihatnya langsung ke lab. Kurasa penjelasan dari kami akan sulit kalian cerna jadi lebih baik kita ke laboratorium riset milik Orochimaru saja." Tsunade mengangkat tubuhnya yang telah nyaman duduk di sofa dan meregangkan sedikit ototnya, "Ayolah anak muda, kalian jangan terlalu tegang begitu. Relax-relax!" Tsunade berjalan keluar dari ruangan diikuti oleh Orochimaru yang tersenyum misterius dan menghilang di balik pintu.
BRAK!
Naruto menggebrak meja Kakashi, mata biru langitnya menyiratkan keputusasaan. "Sensei.. aku tahu ini gila tapi.. apapun itu bila hubungannya dengan jutsu terlarang kumohon jangan kau setujui risetnya Orochimaru meskipun Tsunade-baachan mendukungnya." Naruto menundukkan kepalanya,
Kakashi menghela napas pelan. Dia sangat mengerti bila Naruto masih trauma dengan yang namanya edo tensei karena perang dunia yang memakan banyak korban jiwa demi membangkitkan orang yang mati. Kakashi menepuk kepala Naruto,
"Aku mengerti. Serahkan semuanya padaku." Dan, secercah senyum lebar menghiasi wajah tampan Naruto, "Arigatou, sensei! Kau memang yang terbaik!" ujarnya.
.
.
Orochimaru's Laboratorioum Research and Technology
Mereka berjalan memasuki ruangan yang dipenuhi dengan kaca-kaca dan terlihat sangat bersih. Ketika memasuki ruangan, mereka berhenti karena beberapa petugas laboratorium menahan mereka –kecuali Kakashi yang selaku Hokage. Kakashi berjalan mengikuti Tsunade dan Orochimaru meninggalkan mantan-mantan muridnya di belakang.
Shikamaru berdecih kesal, "Apa yang kalian lakukan?" tanyanya tajam,
"Maafkan saya, Nara-san. Kurasa Anda mengingat peraturan mengenai memasuki laboratorium yang ada di dalam UU pasal 13 yang disetujui oleh para petinggi satu tahun yang lalu." Shikamaru mengernyitkan alisnya, dia mengenal suara ini.
"Kabuto!" Desis mereka serempak ketika Kabuto muncul di balik ketiga orang penjaga lab dengan mengenakan jas putih panjangnya yang mencapai lutut.
"Tenanglah kalian semua. Apa yang kau inginkan, Kabuto-san?" tanya Sakura melerai benang-benang kemarahan yang akan menimbulkan keributan diantara Kabuto dan Shikamaru. Shikamaru berdecih kesal seraya bergumam dengan kata-kata favoritnya, mendokusai[2].
"Hanya melakukan sebuah pengecekan. Tolong lepaskan semua benda yang kalian kenakan yang berasal dari benda besi atau logam. Termasuk, hitai ate." Kabuto melipat tangan di depan dada dan berbalik berjalan meninggalkan mereka.
"NANI?"
.
.
Dengan segala umpatan yang mereka keluarkan—Shikamaru dan Naruto saja sih sebenarnya—pada akhirnya mereka memasuki lab dengan meninggalkan segala tek-tek bengek perlengkapan ninjanya. Walaupun kesal, tetapi tetap saja tatapan kekaguman itu keluar dari mata mereka tatkala melihat bagaimana interior dari laboratorium milik salahsatu Sannin Legendaris Konoha ini. "Apa yang membuat kalian begitu lama?" tanya Tsunade kesal,
Naruto mengerucutkan bibirnya, "Salahkan Kabuto dan antek-antek sialannya itu!" desisnya.
"Aku mendengarnya disini." Teriak Kabuto. Sakura dan Sai saling pandang, kemudian mereka tersenyum kaku. "Sudahlah kalian jangan seperti perempuan datang bulan." Ungkap Sai yang sedari tadi hanya diam pada akhirnya angkat suara. Shikamaru mendelik tajam pada mata-mata andalan Konoha itu. Orochimaru menempelkan kelima jarinya pada layar monitor dekat sebuah pintu besar yang terbuat dari alumunium yang ternyata digunakan sebagai password untuk memasuki ruangan itu lebih dalam.
Blupp blupp blupp
Suara dari gelembung-gelembung air dan suara dari mesin-mesin canggih yang tidak dimengerti oleh mereka kini memasuki indera penglihatan serta pendengaran mereka. Tabung-tabung raksasa berjejer di sana berisi cairan-cairan yang tidak dimengerti pula oleh mereka. Tabung itu hanya berupa tabung kosong berisi cairan serta mesin seperti yang pada umumnya ada di rumah sakit sebagai pendeteksi kehidupan dari detak jantung namun di desain menjadi lebih rumit.
Langkah Naruto yang berjalan lebih depan dari teman-temannya berhenti dan mata sapphire blue-nya membulat, terbelalak kaget melihat apa yang memasuki indera penglihatannya, tepat di depannya dua buah tabung raksasa berisi cairan yang entah apa namanya itu diisi oleh manusia dengan jenis kelamin berbeda dan dengan surai rambut yang berbeda warna pula. Bibirnya berkedut, "Kaa-san.. Tou-san.." lirihnya menyentuh tabung-tabung itu,
Mereka semua tercengang. Kabuto menguap bosan.
Apabila Naruto terkejut melihat kedua orangtuanya berada di dalam tabung raksasa itu, berbeda halnya dengan yang lainnya. Sakura terkejut bukan main melihat sosok lelaki dengan surai merah yang pernah dikalahkannya dengan susah payah yang merupakan anggota organisasi kriminal kelas S tiga tahun yang lalu itu berada di dalam tabung meski tidak sadarkan diri. Shikamaru melihat sosok Shikaku Nara yang meninggal saat perang dunia ke-4 berada di dalam tabung, serta Sai yang melihat sosok kakaknya Shin.
"Tolong lupakan dulu masalah pribadi kalian. Ayo cepat kesini, ada yang lebih penting yang ingin aku tunjukkan pada kalian." Suara serak menginterupsi alam sadar mereka masing masing. Kakashi dengan wajah datarnya mengikuti Orochimaru dan Tsunade.
"A-apa apaan ini.." ucap Naruto pelan. Rasanya badannya begitu lemas seketika, Sakura dan Sai menahan tubuh Naruto. "Mereka akan menjelaskannya, Naruto. Bersabarlah." Ucap Sakura pelan, mengerti akan keadaan sahabatnya ini. "Apapun itu penjelasannya, aku masih tidak paham." Shikamaru memutar otak jeniusnya.
.
.
"ITACHI?!" Pekik Naruto keras ketika mereka berempat memasuki ruangan yang lebih khusus itu. Terlihat seseorang terbujur kaku di atas sebuah tempat tidur yang samping-sampingnya ditutupi oleh kaca seperti sebuah akuarium dan beberapa selang infus berada di tubuhnya. "Hanya dia satu-satunya yang baru bernapas walaupun masih kesulitan sehingga membutuhkan alat bantu. Serta detak jantungnya masih begitu lemah." Orochimaru menyerahkan berkas laporannya pada Tsunade dan Kakashi. Walaupun terlihat di keningnya Kakashi yang tanpa hitai ate itu mengernyit masih tidak mengerti tapi dia mencoba untuk tetap tenang.
"A-apa ini maksudnya, Orochimaru-sama? Tsunade-shishou? Kenapa.. kenapa mereka yang sudah mati.. ada di dalam tabung itu?" tanya Sakura terbata-bata. Otak cerdasnya sama seperti Shikamaru tidak paham dengan maksud semua ini. Tsunade menghela napas pelan,
"Orochimaru mengembangkan jutsu edo tensei dengan teknologi modern. Namun ini berbeda dengan jurus terlarang itu, apabila salahsatu dari mereka sadar—seperti Itachi, mereka tidak akan ada dalam pengaruh edo tensei tetapi layaknya manusia yang baru lahir pada awalnya." Jelas Tsunade. Shikamaru berjalan maju, "Pada awalnya? Apa maksud perkataan Anda, mereka akan kembali pada pribadi awal mereka seiring berjalannya waktu?" tebak Shikamaru.
"Benar, Nara-san. Bukan hanya pribadi, fisik mereka benar-benar seperti mereka saat sebelum meninggal. Tapi, itu hanya perkiraan riset kami pada awalnya saja dan belum terbukti selama Itachi belum benar-benar sadar." Terang Orochimaru. "Apa tujuanmu?" tanya Kakashi, sang Hokage akhirnya bersuara,
"Hanya ingin menebus dosa-dosaku yang lama, Hokage-sama. Dan, memuaskan rasa keingin-tahuanku. Itu saja." Orochimaru berjalan mendekati box Itachi. Memerika monitor di sebelahnya sebelum matanya membelalak kaget melihat Uchiha yang terbaring di dalam sana telah membuka matanya menampilkan iris onyx kelamnya. Satu kata yang keluar dari mulutnya sebelum kembali menutup matanya,
"Sasuke.."
.
.
.
Bersambung..
A/N : Hallo, lama tidak berjumpa, minna-san! Apa kabar? Hehehe.. Semoga fanfic ini tidak membosankan ya minna-san! Hanya ingin membuat fanfic dengan alur yang berbeda hehe..
[1] Shogi : Permainan Catur ala Jepang
[2] Mendokusei : Merepotkan
