Tsuna's day out

[part I: Never believe a stranger!]

Summary: TSUNA DICULIK! Dan Papa Giotto tahu siapa pelakunya. Komisaris Besar CEDEF, Alaude dan asistennya Inspektur Hibari mengejar sang pelaku penculikan yang sudah pasti tak dapat ditangkap dengan mudah!

Pairing: G27, 1869, GxAla, DaeAla, Dae69, 10027, 100xAla, 10018

Rating: K menjurus ke T

Disclaimer: KHR punya Amano Akira. Giotto punya saya #dicabik-cabik fangirls#

Warning: OOC dosis tinggi, typo (mungkin), abal, alay, gaje, jayus, tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, mengandung beberapa ucapan yang secara (tidak) sengaja menghina beberapa pihak yang bersangkutan, dapat menyebabkan ambeien(?), mual, muntah, stress ringan dan kebosanan kronis. Don't like don't read.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hai semuanya!

Author ini kembali dengan cerita yang—uph! #disumpel dinamit#

"banyak bacot lo ah!"

"Wo…." #nakol Gokudera pake dinamit bekas sumpelan# "ngapain lo disini? Biasanya yang ada disini si extreme-extreme itu."

"jangan ge-er. Ini semua karena Jyuudaime jadi tokoh utama."

"o..ooh, gitu. Yaudah lo duduk disini." #nunjuk batu gede ditengah kali#

"che! Baiklah."

.

.

.

.

.

.

.

.

Di apartemennya yang terletak dipusat kota, Giotto sudah berdiri didepan kompor gas dapurnya dengan apron dipinggang. Lengan kemejanya digulung hingga siku dan dasinya sedikit dilonggarkan. Ia mengaduk campuran terigu, telur, susu dan teman-temannya didalam sebuah mangkuk kaca dan memanaskan penggorengan teflon. Melihat aksi Giotto memasak mengingatkan kita pada chef master ganteng yang menjadi juri sebuah kompetisi masak di R*TI; yang lebih sering memberikan intimidasi dan cacimaki daripada motivasi #dibacok sang chef pake piso daging#

"waaah! Wanginya enaaaak!"

Dari salah satu kamar muncullah anak berusia lima tahun yang kelihatan sangat kawaii dan moe. Ia memakai seragam TK-nya dengan rapi lengkap dengan tas besar dan penuh isi yang membuatnya kelihatan seperi Kura-kura-Ninja-yang-topengnya-warna-oren. Anak itu merangkak naik kursi kayu dan takjub melihat tatanan meja makannya yang lengkap dengan fresh milk, orange juice, teh, kopi, nasi putih, cah kangkung, sayur asem, ikan asin jambal, sambal, lalapan, dan air kobokan(?)

"oh, ohayou, Tsuna!"

"ohayou, papa! Sedang masak apa?"

"papa memasak pancake dengan saus blueberry hari ini. Kau suka?"

"asyiiik!"

"hey, hey, Tsuna! Lihat ini! Huup!"

Giotto mengayunkan penggorengan teflonnya keudara, membuat adonan pancake setengah mengeras itu melayang diudara. Tsuna menatap kagum aksi papanya yang –aji-gile-itu-keren-banget-kayak-di-tipi-tipi itu dengan mata melebar dan mulut mengaga. Namun….

Pancake itu tidak pernah kembali lagi.

Krik.

Tsuna sweatdrop.

"papa, pancakenya mana?"

"hah?" Giotto menatap teflonnya yang kosong dengan muka bego. "eh? Euh…"

Giotto menatap langit-langit dan menemukan pancakenya nemplok dilangit-langit dapur apartemennya layaknya spiderman (?)

"pancakenya nyangkuuuut." Tsuna langsung memanyunkan bibirnya jauh-jauh dengan mata berkaca-kaca. "ba..bagaimana ini…hiks…hiks…"

"waaaa!" Tanpa pikir panjang Giotto melempar teflonnya dan langsung menggendong Tsuna didalam pelukannya. Bukan, bukan karena Giotto adalah ayah muda yang baik atau Giotto sangat menyayangi Tsuna, tetapi karena tangisan Tsuna efeknya lebih mengerikan daripada ledakan gunung Krakatoa ribuan tahun yang lalu(?)

"cup…cup….Tsu-chan jangan nangiiiis! Udah, udah….papa bikinkan yang lain, ya!"

"hiks…hiks…bener?"

"iya. Maaf, ya. Nah! Sekarang kamu minum dulu susunya."

Giotto memungut lagi teflonnya yang sudah sedikit penyok bekas kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan pemiliknya (?). Bermaksud menghidangkan pancake-nya lebih cepat, Giotto nekat menaikkan besar apinya. Dan hasilnya sudah bisa kita tebak, saudara-saudara. Pancake dengan saus blueberry buatan Giotto jadi batu bara saus blueberry yang bentuknya tidak dapat dideskripsikan.

"ini. Selamat makan, Tsu-chan." Ucap Giotto sambil menghidangkan batu bara saus blueberry itu dengan rasa pede meskipun bibirnya memble.

"papa…." Tsuna menatap papanya dengan pandangan tidak mengerti. "ini apaaa?"

"ini? Tentu saja pancake, Tsuna! Hahaha…hahaha…."

"pancake kok warnanya hitam, yaaa?" Tsuna menusuk-nusuk benda (?) itu dengan takut-takut kalau sewaktu-waktu benda itu bisa menggigit. "buatan Dino-nii bentuknya tidak seperti ini…."

"heh?" Giotto sweatdrop. "Di..Dino-nii kan tidak bisa masak. Se..sebenarnya bentuk pancake yang asli itu seperti ini. Nah, makanlah."

Tsuna memasukkan secuil benda itu kedalam mulutnya dan

"rasanya tidak enaaaak." Anak manis itu melepeh lagi kunyahan benda yang diakui papanya sebagai pancake saus blueberry itu.

"su…sudahlah. Ayo, sekarang kita pergi. Nanti kau bisa terlambat ke sekolah!"

.

.

.

.

.

.

.

.

Dari kejauhan ada sesosok semang—

"nufufufufufufu….kamu sudah pernah saya bacok?" #ditodong scythe#

"euh…..belom sih. Kayaknya." #watados#

"nufufufufufu….kalo begitu rasakan ini!" #ngejar-ngejar author pake scythe#

"GGYYYYAAAAAAAAAA!" #lari tunggang-langgang#

Karena si semangka itu selalu mengincam nyawa author; maka namanya kami ganti.

Sesosok lelaki dengan wajah beraksen british seperti Robert Patti*son sehabis diserang beruang grizzly itu memantau lelaki pirang tampan yang baru keluar dari apartemennya bersama seorang anak lima tahun yang nyaris membuatnya mimisan. Lelaki itu tersenyum manis dan kemudian menurunkan teropongnya.

"nufufufufufufufufufufufufufu….." lelaki itu tidak melakukan apa-apa selain ber-nufufu-no-fu selama 12 jam nonstop dan baru berhenti. Mungkin karena capek atau kehabisan nafas, lelaki itupun terdiam.

"nufufu, kau akan membayar semua ini, Ieyasu."

Dan diapun ber-nufufu-ria, lagi.

.

.

.

.

.

.

.

Tsuna menaruh tas besarnya dan duduk manis dibangku berwarna kuning didalam kelas salah satu taman kanak-kanak dikota itu. Tsuna duduk bersama anak perempuan manis yang baik hati bernama Sasagawa Kyoko dan anak murah senyum yang belakangan diketahui divonis mengidap idiot ringan bernama Yamamoto Takeshi.

"ohayou kyoko-chan, yamamoto!"

"ohayou, tsuna-kun."

"yo, tsuna. Hahaha…hahaha….. hari ini kita belajar melipat kertas, lho!"

"hah?" Tsuna terkejut lalu mengorek-ngorek tasnya dengan panik. Ia melemparkan semua barang-barangnya yang ada didalam tas. Ada buku, kotak bekal, botol air minum, bantal, selimut, tiker bambu, boneka Barbie(?), remote TV, buku telepon, IPhone, IPad, blackberry torch, sebungkus permen karet, kipas angin portable, kompor grill barberque, tenda kemah, makanan kalengan, sekop kecil sampai pupuk kompos.

Bingung mendengarnya?

Authornya juga bingung, sebenarnya si Tsuna ini mau sekolah atau pindah rumah?

"gawaaat! Aku tidak bawa kertas origami!" ucap Tsuna dengan muka horror.

"ahahaha….tidak apa-apa, kok! Nanti kertasnya dikasih dari Asari-sensei."

Lalu ketika bel berbunyi semua anak-anak berbaris dihalaman dan melakukan pelajaran baris-berbaris dengan penuh semangat oleh Collonelo-sensei.

"lonceng berbunyi baris dihalaman! Lalu jalan ditempat, kora kora kora….."

Musik masih mengalun dengan indah dari tape recorder, namun anak-anak TK yang ceria itu tidak mengikuti gerakan Collonelo-sensei yang lebih mirip seperti tarian pemanggil hujan daripada pelajaran baris-berbaris. Mereka bengong dengan mulut setengah mangap, beberapa ada yang ngeces-ngeces sambil ngobok-ngobok bak pasir ditaman bermain (?)

"ee…etto Collonelo-sensei kenapaaa?" Tsuna menarik lengan baju yamamoto dan menunjuk-nunjuk guru pirang penuh semangat yang sepertinya tak pernah mengenyam indahnya dunia taman kanak-kanak.

"mungkin dia belum minum obat." Sambung kyoko sambil mendekat kearah yamamoto dengan muka horror.

"mungkin saja. Tetapi kenapa dia selalu bilang kora—kora terus? Seingatku kora-kora itu peliharaannya Dino-nii."

"itu kura-kura, yamamoto ^^' " ucap Tsuna dan kyoko sweatdrop.

Lalu tape recorder dimatikan oleh lelaki berjas dengan jambang aneh dan seekor bunglon lucu yang bertengger diatas topi fedoranya. Dihantamnya kepala sang guru penuh semangat perjuangan 45x2=90 ini dengan sebuah martil raksasa.

"KOOORRAAAA!" itulah jeritan Collonelo sebelum menghembuskan nafas terakhirnya (?)

Semua anak yang ada disana menatap kagum sang kepala sekolah dan memberikan standing applause untuk aksi anarkisnya itu.

"kalian, cepat masuk! Yang ini biar aku yang urus." Ucapnya dengan nada gile-santai-mampus-padahal-abis-bantai-orang-gitu.

"baik, Reborn-senseeeei!" dan anak-anak itupun masuk. Sementara Reborn menggeret Collonelo yang antara sadar dan tidak kembali keruang guru.

"untuk sementara, TK Namimori aman dari gangguan orang-orang idiot." Gumam sang kepala sekolah dengan muka bete.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"nah, Kyoko-chan! Kamu suka yang mana?"

Asari-sensei menyodorkan lima pak kertas lipat dengan warna dan motif yang berbeda-beda. kyoko mengambil kertas lipat warna pink dengan motif bunga sakura. Sementara Tsuna memilih warna oranye bergambar chibi-chibi singa sementara yamamoto memilih warna biru muda dengan gambar lumba-lumba. Lalu guru ceria ini kembali kedepan kelas.

"anak-anak! Sekarang Dino-nii akan memperagakan bagaimana caranya membuat origami. Silakan, Dino-nii."

"euh, terima kasih, Asari-sensei." Dino-nii, anak SMU Sebelah Sana adalah guru keterampilan untuk TK ini yang bekerja part time pada hari senin dan jum'at. "nah….semua pegang kertasnya dengan baik, lalu lipat jadi dua seperti ini."

Semua anak-anak mengikuti instruksi Dino-nii dengan sangat baik.

"lalu ujungnya dibeginikan, dibalik lalu dibuka lipatan sebelah sini. Dibeginikan…begini…dan….YEAAAH! SELESAI! Bagaimana, anak-anak? Bagus, bukan?"

Yang dibuat Dino-nii adalah patung pancoran!

"baguuuuussss!" pekik anak-anak itu dengan kekaguman yang innocent.

"ahahaha….Dino-nii memang hebat. Tapi tampaknya patung pancoran terlalu susah untuk taraf anak TK." Asari-sensei menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"tidak apa-apa. Kalian semua bebas membuat lipatan kertas sesuka kalian!"

"yeei."

Pelajaran keterampilan yang penuh kegembiraan itu dilanjutkan dengan pelajaran matematika oleh G-sensei. Lelaki itu membuka bukunya dan mendiktekan soal cerita untuk anak-anak tersebut.

"G-sensei menjemur tujuh kaus, dan yang lima sudah kering. Pertanyaannya, siapa yang mencuri dua baju yang belum kering itu?"

"aku tahuu!" Yamamoto mengangkat tangannya dengan penuh semangat.

"ya? Apa jawabannya?"

"maling jemuraaan!"

"che, salah! Ada lagi?"

"tetangga sebelah!"

"salah!"

"a…ano, yang mencurinya Bel-senpai."

Semua orang menoleh kearah sumber suara. Seorang gadis(?) berambut hijau dengan muka sedatar triplek dan topi kodok nangkring dikepala.

"ushishishishishishi….pangeran tidak pernah mencuri, kodok jelek!" jawab Bel tidak terima.

"tapi…yang kau pakai ini jelas-jelas kaus bola G-sensei yang dipakai olahraga kemarin…." Balasnya sambil menunjuk punggung Bel.

"ooh! Jadi kamu pelakunya. Bel, BERDIRI KAMU DITENGAH REL KERTA!"

"cih, baiklah. Ushishishishishishi….."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Didalam sebuah mobil timor tidak jauh dari TK Namimori ada tiga orang pria yang sedang memantau keadaan target kecil mereka. Satu lelaki ganteng, tidak jauh berbeda dengan Freddie Highm*re setelah mukanya dilindas kereta Shinkansen. Rambutnya putih jabrik, bukan karena tua tetapi habis ketumpahan cat tembok tetangga sebelah rumahnya. Ada entah-itu-apa-diwajahnya, yang jelas kelihatannya bukan kutil atau panu yang berwarna ungu. Dan yang terakhir lelaki dengan mata bicolor. Ganteng rupawan seperti Justin B*eber, jika mukanya habis dicabik-cabik ikan hiu. Ada sesuatu yang menyembul dari kepalanya—dan dia kelihatan seperti buah tropis yang sering dimakan bersama bumbu rujak. Muka mereka bertiga sama-sama menyiratkan kemesuman tingkat dewa—mungkin pedophilia kelas kakap yang sedang mengintai mangsa.

"hyaaah, yang mana anaknya Ieyasu? Aku boring ini…." Si cowok-rambut-putih yang duduk dijok belakang menyenderkan kakinya kebangku pengemudi dan sukses mengenai muka rekannya tersebut.

"nufufufufu….cepat singkirkan kaki baumu itu, Byakuran!"si pengemudi mobil mulai mengeluarkan aura-aura kematian.

"abisnya pinggangku pegaaal! Abisnya ngapain sih pake mobil Timor? Kalo mau nyulik mah mobilnya yang kerenan dikit kek kayak Pajero atau Ferrari."

"kau ini mau menculik atau tebar pesona, Byakuran? Bodohnya, kufufufufu…" jawab si mata bicolor.

"hey, cepat kasih tau yang mana anaknya Ieyasu?"

"nufu…tak sabaran sekali. Cari saja yang paling kawaii dan moe. Aku saja hampir mimisan waktu memantaunya tadi pagi."

"dasar mesum." Si mata bicolor menyeplos lagi. "tapi, anaknya saja sudah hampir membuatmu mimisan. Bagaimana ayahnya? Mantan uke-mu ituuuu. Aku ingin tahu bagaimana seleramu. Kufufu…"

"heh, yang jelas….aku ingat pernah mendapat transfusi darah 10 kantong karena kebanyakan mimisan. Wajahnya benar-benar mengundang birahi. Nufufufufufufu….."

"aaah!" sirambut-putih-yang-namanya-Byakuran itu keluar dari mobil. "yang paling kawaii dan moe, kan? Kalo gitu mah biar urang cari sendiri."

Byakuran akhirnya berjalan-jalan disekitar TK sambil memakan sekantung marsmallow. Meskipun dia pedophilia, ia kurang tertarik dengan anak TK seperti layaknya dua rekan yang sedang berdiam diri didalam mobil timor itu. Jadi menurutnya mungkin sedikit agak susah mencari anak yang dimaksudkan itu.

"yamamoto, kyoko-chan! Sampai besoook!"

Ketika matanya menjelajahi setiap anak TK yang baru pulang sekolah itu, ia terperangah melihat seorang bocah berambut cokelat dengan matanya yang besar. marsmallow-nya tanpa sadar dijatuhkan, dan dia menatap bocah itu dengan mata melebar dan mulut terbuka selama semenit.

Sementara Tsuna, balas menatap pria tinggi berambut putih didepannya dengan wajah bingung seakan-akan lelaki itu datang dari planet lain. ia melotot menatap Tsuna dengan mulut yang terbuka-tertutup seperti ikan arwana. Lalu Tsuna mendekati pria itu dan menarik-narik kain celananya.

"oji-san! Oji-san mimisaaan!"

"hah?" Byakuran tersentak dan langsung menyadari baju putihnya sekarang ternoda oleh beberapa tetes darah yang mengalir deras dari hidungnya bagaikan air terjun Niagara Falls.

"ini! Buat oji-san." Tsuna mengulurkan sehelai tissue dan daun sirih dari dalam tasnya yang besar itu.

"daun sirihnya buat apa?"

"papaku juga suka mimisan tiba-tibaaa. Apa oji-san ini temannya papa?"

"ah? Bukan."

Tsuna diam sejenak lalu mundur beberapa langkah.

"papaku bilang aku tidak boleh bersama orang tidak dikenaaal."

"oh, kalo gitu kita kenalan dulu, dong." Byakuran berjongkok didepan Tsuna agar tinggi mereka seimbang. Dengan kedua lobang idung disumpel daun sirih dan tissue Byakuran merekahkan senyum pepsodent-nya.

"aku Byakuran." Ucapnya sambil menjabat tangan kecil Tsuna. "kalo kamu?"

"a…ano, aku Sawada Tsunayoshi. Douzo yorushiku, Byakuran oji-san."

"Sawada?"

"eh, he-eh."

Bingo.

"Tsu-chan, gimana kalo kita beli eskrim? Atau makan kue? Kebetulan aku baru gajian."

"mauuu! Tapi nanti papa mencarikuuu. Gimana dooong?"

"gampang. Nanti aku telponkan papamu. Oke?"

"okee!"

Dengan innocent-nya Tsuna menggandeng tangan Byakuran dan berjalan memasuki mobil tanpa curiga. Sebelum masuk mobil, Byakuran membekap mulut Tsuna dengan saputangan yang telah diolesi dengan bius dan membopongnya masuk kedalam mobil.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Apakah yang terjadi selanjutnyaaaaaaaaa?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ketik *123*99# dan dapatkan NSP Nufufu-no-fu by Daemon Spade, GRATIS! (?)

.

.

.

.

.

.

.

.

"UAPA?" #efek zoom in ala telenovela# "Jyuudaimeeeeee!"

"heh! Duduk disitu! Cicing wae, ah!" #goku dilempar author kembali ke batu kali#

"ta…tapi, Jyuudaime-ku yang kawaii dan moe bisa dinodai. Oh…T-I-D-A-K!"

"lebe banget #sweatdrop# Tenang aja…nanti ada hero-nya kok."

#didengusin goku langsung didepan muka author# "lagian lu bego, sih. bikin chapter sependek ini. Bikin gue panic at the disco aja."

"anjrit, bau naga lo, sumfeh." #nyumpel idung# "abis makan apa emangnya?"

"pete bakar, rendang jengkol sama duren."

"sikat gigi sana! Atau jyuudaime-mu tercinta bakal dinodai si nanas mesum!"

"UAPA? Osh! Jaga jyuudaime baik-baik, ya! aku mau gosok gigi dulu!"