Poison
.
Adegan sex β Vulgar β Kata kasar β Lemon
Silakan baca dan dosa ditanggung sendiri
.
Menulis hanya untuk kesenangan semata
.
No Plagiat!
.
Hinata memang jalang. Dirinya mengakui bahwa ia adalah wanita muda binal yang menyukai seks bebas. Bukan hal umum lagi jika perempuan itu memasukkan penis ke dalam mulutnya. Namun ya, hanya sebatas itu. Atau lebih intim lagi, ia akan memainkan penis lawan mainnya dengan payudaranya. Sebinalnya Hinata, sama sekali ia tidak pernah membiarkan laki-laki manapun memasuki lubang sucinya. Kerap beberapa kali, ia dipojokkan oleh pelanggannya yang sudah sangat bernafsu ingin memasuki Hinata. Namun gadis itu selalu bisa melawan. Ia adalah perempuan ahli Taekwondo yang memegang sabuk hitam tingkatan DAN-4. Maka untuk bertarung bukanlah hal yang sulit baginya.
Memperoleh pekerjaan tidak semudah membuat pelanggannya ereksi, butuh keahlian dan pengalaman. Dan Hinata tidak menyukai hal-hal menyulitkan seperti itu. Ia lebih menyukai pekerjaannya yang seperti ini. Hanya membuat pelanggannya mengeluarkan sperma dan ia akan mendapatkan uang yang lumayan. Hinata juga tidak peduli dengan omongan masyarakat jika nanti para tetangganya mengetahui apa pekerjaannya. Hinata adalah tipe wanita yang individual. Selagi mereka tidak mengganggu kehidupan Hinata secara fisik, kenapa ia harus peduli.
Cara kerja Hinata adalah menerima panggilan melalui email. Ia tidak bodoh memberikan nomor ponselnya atau alamat-alamat sosial medianya pada para pelanggannya. Walaupun dirinya bukan gadis baik-baik dimata para pelanggannya, setidaknya ia ingin menutup rapat-rapat pekerjaannya. Gadis itu juga tidak menerima pelanggan dari daerahnya. Ia melayani pelanggan diluar kota untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dan persayaratan lainnya adalah, ia hanya melayani para pemuda. Tidak untuk pria-pria tua. Sungguh membayangkan saja Hinata jijik.
Pagi ini Hinata memasuki kamar hotel, diatas ranjang sudah ada lelaki yang menatapnya penuh nafsu. Dengan cepat pemuda itu menarik Hinata dan menyuruhnya menunduk didepan penisnya yang ereksi. Tanpa berkata apapun, pemuda itu memdorong penisnya hingga memenuhi mulut Hinata. Dan dengan cepat ia menarik dan mendorong kembali penisnya dalam mulut Hinata.
Hinata melepaskan kulumannya, ia tersenyum menggoda pada pelanggannya. "Biar kupuaskan Tuan, anda hanya menikmati saja". Gadis itu kembali memasukkan penis pemuda itu, lidahnya bermain didalam. Pelanggannya mendesah keras, ia menopang tubuhnya diranjang dengan kepala mendongak.
Hinata masih menjilat penis itu, memasukkan dan mengeluarkannya. Ia menggunakan giginya untuk menggaruk penis pemuda itu. Lidahnya ia putar pelan hingga membuat pemuda itu mendesah panjang. Tangannya tidak diam, keduanya bermain dengan telur pemuda itu. Meremasnya dan memijatnya. Hingga tak lama kemudian sperma pemuda itu keluar mengotori wajah Hinata.
Walaupun sudah ejakulasi, penis pemuda itu masih tetap ereksi. Hinata dibuat kagum, ini pertama kalinya pelanggannya mempunyai stamina seperti itu. Gadis itu berdiri, membuka kaitan kancing bajunya menggoda didepan pemuda yang menatapnya menyeringai.
"Biar aku bantu sayang". Dengan cepat pemuda itu menarik Hinata dan menindihnya. Ia segera melepas pakaian Hinata dan bra gadis itu. Pemuda berambut hitam itu menjilat bibirnya. Ia tidak pernah melihat payudara sebesar ini, tangannya yang gatal segera meremas payudara Hinata kencang. Selain besar, payudara gadis ini juga kenyal. Tidak mengecewakan. Ia menjilati pinggiran payudara itu, berjalan hingga bermain dengan puting merah muda yang menantang. Memainkannya tanpa bermaksud memasukkannya dalam mulut. Hinata yang tidak sabar meraih kepala pemuda itu, memasukkan putingnya pada mulut pemuda tersebut.
"Nggh". Hinata mendesah, ia dibuat kepanasan karena mulut pemuda itu dan tangan pemuda itu yang tidak berhenti memerah payudaranya seperti memerah susu sapi. Sungguh nikmat namun benar-benar sakit secara bersamaan.
Gadis itu dibuat terkejut saat penis pemuda itu menggesek kemaluannya. Ia mendorong pemuda itu dan menindihnya. "Wow kau tidak sabar rupannya sayang"
Hinata mengabaikannya. Ia kembali beraksi dengan menundukkan tubuhnya. Mendekatkan payudaranya pada penis pemuda itu. Hinata membuka lebar paha pemuda itu tanpa melepaskan seutuhnya celana yang dikenakan pemuda tersebut. Hinata memasukkan penis pemuda itu diantara payudaranya dan menekannya.
"haa.. ah". Hinata menyeringai, ia bangga pada payudaranya yang selalu bisa memberikan kepuasan pada pelanggannya. Gadis itu memulai aksinya dengan menggesekkan payudaranya pelan. Ia juga menggesekkan putingnya di penis pemuda itu.
"Lebii-ah cepat". Hinata menambah kecepatan payudaranya yang mengguncang hebat penis pemuda itu, lidahnya menjilat ujung penis pemuda itu seperti menjilat permen. Dalam hati Hinata berdecak sebal, ia yakin jika celana dalamnya basah sekarang.
Hingga beberapa menit Hinata kembali dibuat takjub karena pemuda itu tidak segera ejakulasi. Gadis itu menggoyangkan payudaranya kekanan dan kekiri tanpa mengurangi gerakan keatas dan kebawah. Hingga beberapa saat kemudian pemuda itu mendesah panjang dengan sperma yang keluar sangat banyak dipayudara Hinata.
"Kau luar biasa sayang". Pemuda itu menarik Hinata dan menindihnya kembali. Ia membersihkan payudara Hinata dari sperma miliknya. Menjilat dan menggigit payudara itu. Setelah bersih ia memasukkan puting gadis itu dalam mulutnya dan menyedotnya keras.
"nggh ah"
Tangan pemuda itu meremas vagina Hinata dari luar celananya. Hinata tentu terkejut. Ia segera mendorong pemuda itu hingga terjatuh di lantai.
"Sudah cukup, anda sudah mengetahui peraturan yang saya buat". Pemuda itu terkekeh. Ia berdiri dan menggambil jasnya. Merogoh dompetnya dan mengeluarkan bebrapa lembar uang.
"Ya baiklah aku tau". Pemuda itu mendekat kearah Hinata yang sedang memakai bra seksi-nya. Ia meletakkan uangnya diranjang sisi Hinata. "Hei apa kau tidak ingin mengetahui namaku?"
Hinata meliriknya sekilas, "Tidak"
"Kau perempuan yang dingin ternyata". Pemuda itu mengamati Hinata. Ia melihat seluruh tubuh Hinata dan menyeringai.
"Hiromi, apa kau mau mendapatkan uang yang lebih banyak?". Ya. Hinata memang dan harus menggunakan nama palsu untuk pekerjaannya.
"Tidak terimakasih". Gadis itu akan memakai pakaiannya, namun pemuda itu mencegahnya dan merebut pakaian itu. Hinata mendelik dan akan meraih pakaiannya.
"Tidak tunggu, aku tidak akan berbuat lebih. Aku hanya ingin menawari pekerjaan". Hinata terdiam menatap pemuda bersurai hitam legam itu.
"Aku memiliki usaha kecil yang membutuhkan seorang model untuk berfoto dan beradegan nakal". Pemuda itu melihat ekspresi Hinata, ada sedikit rasa terkejut dimata gadis itu.
"Dan kupikir kau akan sangat lelah dengan pekerjaanmu ini, pindah dari kota ke kota benar?". Hinata tetap diam mendengarkan, "Jadi jika kau merasa sangat lelah dengan pekerjaanmu ini datanglah padaku". Pemuda itu menyelipkan kartu nama diantara payudara Hinata.
"Tenang saja, pekerjaan ini aman tentunya. Hanya butuh telanjang dan berfoto tanpa beradegan memasukkan penis ke dalam vagina". Pemuda itu mendekatkan wajahnya ditelinga Hinata, mendesis layaknya ular berbisa yang menakutkan. "Bagaimana?"
"Aku tidak terβ"
"Aku yakin kau akan menyukainya, percaya padaku. Pekerjaan ini lebih aman dibandingkan dengan pekerjaanmu sekarang". Pemuda itu meremas payudara Hinata.
"Pertimbangkan dulu sayang, kau tidak akan menyesal. Dan percayalah padaku". Setelahnya pemuda itu mengecup payudara Hinata dan berbalik. Menginggalkan Hinata yang diam memandang punggung pemuda itu.
.
.
.
.
Sudah beberapa hari semenjak kejadian waktu itu Hinata merenung, ia berdiam diri dirumahnya dan mengabaikan email dari pelanggannya yang masuk. Gadis itu jelas tak melupakan permainan pelanggannya yang hampir membuatnya melupakan peraturan yang ia buat. Pemuda itu sungguh panas dan menggairahkan. Hinata memandangi kartu nama yang ia pegang. Mulutnya tidak berhenti melafalkan nama pemuda itu. Ia teringat kembali bagaimana bibir pemuda itu dengan lihai memainkan putingnya. Sungguh tidak ada pelanggannya yang mampu membuat dirinya seperti ini.
Hinata berdiri, ia meraih mantelnya dan membawa tasnya keluar dari rumahnya. Ia juga menggenggam erat kartu nama ditangan kirinya.
"Semoga aku bisa mempercayaimu.. Sasuke"
.
.
.
.
Sorry for typos
.
.
Tbc
