**Destiny**
Cast : Kagamine Len, Kagamine Rin, Shion Kaito
Genre : Drama, Romance
FF ini sebenarnya main storynya dari Evil Prince. awalnya aku bikin emang sengaja Yaoi. Tapi karena aku suka banget karakter Rin di FF ini makanya aku bikin side storynya LukixRin. Maap kalo bahasanya gak formal. soalnya lagi males bikin FF yang bahasanya kaku. Gomennasai Minna
"NANIIIII!? O_O?" begitulah kiranya teriakan seorang laki-laki yang sebentar lagi akan dinistakan oleh author. Kagamine Len hanya bisa melongo mendengar ucapan kakak perempuanya beberapa detik yang lalu.
"Pokoknya kau harus menggantikanku kencan besok. " deklar Rin sang kakak mutlak pada adik laki-lakinya itu.
"Apa? Tapi kenapa harus aku? Dan kencan sedang siapa? Oneechan sudah punya pacar?"
Sebuah jitakan sadis mendarat dikepala sang adik. Len mengaduh kesakitan. Pertanyaanya barusan benar bukan? Setahunya Rin tidak punya pacar. Jadi mau kencan dengan siapa?
"Tentu saja kan aku memilihmu karena kau itu adikku dan lagi wajahmu itu persis mirip denganku. Aku juga ingin kau punya pacar."
"Aku? Tapi menggantikan oneechan kencan? Oneechan kencan dengan sesama gadis? Aku tidak tau ternyata..."
Pletak!
Lagi, benjol satu tumbuh seribu. Mungkin begitulah pepatah untuk Len sekarang. Harusnya ia lebih berhati-hati dalam bicara kalau berurusan dengan kakaknya yang satu ini.
"Tentu saja tidak. Kau akan kencan dengan cowok."
"O_O! What The F*ck! Bagaimana bisa?"
=Flashback=
Kagamine Rin, gadis manis itu duduk dihalte bus sendirian sambil membaca manga yaoi favoritnya. Begitu hikmat dia menikmati setiap gambar menyesatkan itu. Beberapa kali juga dia terkikik, tapi kadang dia berteriak apa! Lalu bergumam sendiri mengomentari isi cerita manga itu dengan berapi-api. Tapi naas kegiatan menyenangkanya itu harus terinterupsi oleh suara benda logam yang menggelinding kearahnya. Rin menatap kebawah dan menemukan sebuah cincin dibawah kakinya. Ia memungutnya kemudian karena iseng dia mencoba memasangnya dijari manisnya. Sangat pas... Dan indah sekali.
"Maaf..."
Rin menoleh kearah sumber suara itu. Dahinya mengernyit mendapati seorang pemuda bersurai biru tengah menatapnya dengan wajah bahagia(?).
"Cincin itu milikku." ujar pemuda itu.
"Ahh... Maaf aku tidak bermaksud mau mencurinya. Tadi aku menemukanya menggelinding kesini." jelas Rin segera takut dikira dirinya maling.
"Aku mengerti. Tadi aku sempat menjatuhkanya."
"Oh... Kalau begitu akan aku kembalikan." Rin hendak melepas cincin itu dari jarinya. Tapi keburu dicegah pemuda bersurai biru itu.
"Tidak perlu. Itu untukmu."
"Benarkah? Kau serius? Wah terimakasih ini bagus sekali...!" seru Rin girang mendapat cincin gratis, bagus dan kelihatanya mahal itu. Matrenya kumat -_-
"Siapa namamu pemuda baik hati?" tanya Rin manis.
"Shi-Shion Kaito."
"Nama yang bagus. Kaito-san namaku Kagamine Rin. Salam kenal dan terimakasih cincinnya.^^" ujar Rin disertai senyum mautnya yang sukses bikin cowok bernama Kaito itu melting.
"Tapi, anu... Bisakah besok kita bertemu lagi?" Rin menatap pemuda itu bingung. Untuk apa? Apa cowok yang satu ini naksir Rin?
"Kenapa?"
"I-itu. Kau mau kencan denganku?" Rin tersenyum geli melihat wajah cowok didepanya yang sudah merona dan gugup.
"Tentu saja aku mau!"
=Flashback end=
"WHAT THE..."
"Pletak!"
Lagi Len mengusap kepalanya yang benjol semakin besar karena lagi-lagi menjadi sasaran keganasan kakaknya.
"Lennn! Berhenti bicara kotor didepan kakakmu sendiri. Kau harusnya lebih lembut sepertiku!" Mual, begitu yang Len rasakan mendengar kenarsisan kakaknya. Lembut? Galak seperti singa begitu dibilang lembut? Kakaknya pasti sudah salah kaprah menilai apa itu arti kelembutan sebearnya. Lol...
"Aku akan berhenti bicara kotor kalau kakak berhenti melakukan hal-hal gila seperti menyuruh adiknya kencan dengan sesama laki-laki. Apa kakak ingin aku jadi HOMO?" teriak Len kesal.
"Hiks...hiks...hiks... Len adikku yang selama ini aku sayangi ternyata tidak menyayangi kakaknya sendiri. Dia jahat! Tega membiarkan kakaknya kencan dengan seorang pria asing yang baru ketemu dihalte bus kemaRin. Apa dia tidak berpikir bagaimana kalau seandainya kakaknya yang cantik ini diperkosa? Dirampok atau diculik oleh pria asing itu? Hiks...hiks..." gumam Rin mojok disudut kamar sambil nangis sesegukan ala mellow drama. Len memutar bola matanya malas melihat adegan lebeh dan sinetron sang kakak yang sudah terlalu sering terjadi.
Dia sudah tidak bisa mengelak kalau begini ceritanya.
"Oke. Tapi sekali saja." ujar Len akhirnya pasrah dengan nasib yang akan menimpanya setelah ini
"Yey!" teriak Rin berubah ceria dalam sekejap.
Len sering mendengar orang-orang memujinya cantik, beberapa orang bahkan sering mengira dirinya adalah wanita. Apalagi jika berjalan berjejeran dengan Rin saudara kembarnya. Orang-orang pasti berkomentar mereka adalah 2 anak gadis tercantik yang pernah mereka lihat sepanjang hidup. Apes, begitu pikir Len. Dia selalu menganggap gurauan kata "cantik" dan "wanita" adalah lelucon belaka. Eh? Siapa sangka sekarang 2 kata keramat itu benar-benar menjadi semakin nyata, bahkan menjadi kenyataan pahit untuknya yang notabene laki-laki tulen(?). Ya, sekalipun wajahnya cantik dan feminim serta tubuhnya yang bisa dibilang pendek untuk ukuran cowok tapi pada faktanya dia tetap saja cowok. Masih suka cewek, dia normal... Dia juga masih suka memperhatikan gadis-gadis cantik pake rok mini. Tapi emang dasar apes, mungkin karma gara-gara keseringan ngegodain cewek-cewek pake rok mini sekarang malah dia yang harus pake rok mini warna pink pula. OMG! Hancur sudah harga dirinya sebagai cowok! Mungkin setelah ini dia bakalan tobat jadi cowok nakal yang demen ngegodain cewek. Dia bakal jadi cowok alim. Tapi plis, tolong selamatkan dia sekarang juga...
"Maaf Rin-chan sudah lama menunggu ya?" Len tersadar dari ratapanya barusan. Ia mengerjap menatap halte tempatnya duduk yang sekarang mulai ramai. Padahal 10 menit yang lalu waktu pertama dia datang suasananya masih sepi. Tersadar ada yang tadi manggil nama kakaknya, Len menoleh menatap seorang pemuda tampan bersurai biru dengan seikat bunga mawar merah ditanganya. Oh~ mungkin dia ini yang dimaksud kakaknya. Tidak buruk juga. Lumayan cakep. Eh?
"Tidak lama. Aku baru saja datang." ujarnya dengan suara cewek. Jangan dikira Len ini abal-abal soal nyamar menyamar jadi Rin. Dia udah berulang kali menyelamatkan(?) kakaknya lolos dari maut(?). Jadi wajarlah, kemampuan mengelabuinya ini tidak bisa diragukan lagi. Tapi jangan kira sering menyelamatkan artinya pake rok loh... Dia enggak pake rok. Dia biasanya pake celana sekalipun nyamar. Tapi emang dasar kakaknya kadi ini resenya minta ampun. Dia dipaksa pake rok. DIPAKSA pemirsa! DIPAKSA!
"Benarkah? Tapi tetap saja aku terlambat i-ini aku belikan bunga sebagai permintaan maaf."
Len menerima bunga mawar merah itu ia memasang wajah manisnya.
"Arigatou.. Kaito-san. Bunganya indah sekali.^^"
"Tapi bunganya kalah indah dengan kecantikanmu hari ini Rin-chan" Len tersenyum mendengar pujian itu. Dalem hati dia ngedumel "gombal! -_-"
"Ano... Rin-chan hari ini kita mau kemana?"
"Aku terserah padamu Kaito-san. Kau kan mengajakku." jawab Len masih dengan senyuman.
"Uhm... Apa tidak ada tempat yang ingin kau datangi?" Len berpikir sejenak. Tempat yang sangat ingin dia datangi sekarang ya?
"Sebenarnya ada..."
Suasana gedung stadium olahraga itu begitu ramai. Maklum saja hari inikan ada pertandingan sepakbola antar sekolah. Para suporter dari kedua kesebelasan tampak memadati stadium. Mereka duduk rapi dibagian kursi penonton dengan membawa spanduk dan ornamen kesebelasan favorit mereka. Len dan Kaito, sepasang sejoli(?) itu juga ikut terbawa histeria penonton. Apalagi Len yang paling heboh teriak gaje karena hari ini kesebelasan sma favoritnya yang bakalan tanding.
"Go! Go! Go! Ayo berjuaaaannnggg!" begitu teriaknya heboh sendiri, sifat cowoknya mulai nampak. Dia bahkan lupa kalau sekarang dia sedang menyamar jadi cewek, jadi harusnya lemah lembut dan kalem. Enggak kayak sekarang. -_-
Tapi emang dasar cinta itu buta. Bukanya curiga, Kaito malah seneng liat cewek disebelahnya heboh sendiri. Baginya Rin lebih menarik dari cewek manapun kalau dalem mode gituan(?). Unik, jarang-jarng ada cewek demen nonton bola. Jujur saja dia pecinta bola sejati. Dan nemu cewek yang juga suka bola itu benar-benar kebetulan yang indah. Apa ini takdir?
"Kaito-san kenapa diam? Kau tidak suka kita datang kesini? Kalau tidak suka kau harusnya bilang dari awal. " kata Len yang baru sadar kalo cowok disebelahnya ntu dari tadi diem.
"Tidak. Aku diam karena aku terlalu senang bisa menonton pertandingan favoritku bersama gadis secantik Rin-chan. ^^"
Blush! Entah kenapa pujian Kaito kali ini sukses membuat Len merona mendengarnya. Kalau pujian Kaito waktu dihalte terdengar gombal. Sekarang efeknya terasa begitu berbeda ketika Kaito mengatakanya dengan tulus. Merona, Len otomatis memalingkan wajahnya gugup.
"Rin-chan pertandinganya sudah mulai." ujar Kaito.
Dan begitulah Keduanya menikmati acara kencan pertama mereka, dengan nonton sepak bola sambil sesekali curi-curi pandang satu sama lain. LOL
Hari mulai beranjak siang ketika Len dan Kaito keluar dari stadium. Mereka tidak berhenti berdiskusi sepanjang jalan tentang jalanya pertandingan olahraga tadi. Keduanya benar-benar nyambung dan terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Beberapa orang bahkan sempat tersenyum-senyum gaje melihat betapa cocoknya mereka.
"Nah, Kaito-kun kita kemana sekarang?" tanya Len bingung ketika mereka sudah menjauh dari stadium.
"Bagaimana kalau kita makan? Rin suka makan apa?"
"Sushi."
"Sushi? Didekat sini ada restoran sushi. Ayo kita kesana." ajak Kaito bersemangat. Ia tanpa sadar menggandeng tangan gadis(?) pujaanya itu menuju keresto sushi. Eh? Ia baru sadar kehilafanya itu ketika mereka sampai didepan pintu resto.
"Ah... Rin maaf. Aku terlalu bersemangat tadi. Aku tidak bermaksud kurang ajar." ujarnya gugup seraya melepaskan tangan gadis itu. Len tampak sama gugupnya dengan Kaito. Wajahnya saja sampai merona digandeng seperti itu.
"Tidak apa-apa Kaito-kun." Ujarnya. Kemudian keduanya masuk kedalan resto. Harumnya makanan menyambut kehadiran keduanya. Mereka duduk dimeja satu-satunya yang kosong siang itu karena suasana resto yang benar-benar ramai pengunjung. Seorang pelayan menghampiri keduanya meminta pesanan.
"Menu istimewa hari ini apa?" tanya Kaito bingung melihat daftar menu. Maklum sekalipun dia sering melewati resto ini tapi belum sekalipun dia berkunjung kesini.
"Sushi udang saos manis tuan." jawab sang pelayan.
"Aku mau itu satu. Minumnya jus jambu saja." sang pelayan kemudian mencatat pesanan Kaito.
"Rin mau makan apa?"
"Aku alergi udang. Aku mau sushi ikan tuna saja. Minumnya sama dengan Kaito."
"Satu sushi udang saos manis, satu sushi ikan tuna, 2 jus jambu. Ada yang lain?" tanya sang pelayan sopan. Keduanya menggeleng kompak kemudian sang pelayan meminta mereka menunggu. 15 menit menunggu, pesanan mereka pun tiba. Keduanya segera melahap makanan mereka masing-masing dengan ganas. Maklum saja mereka kan sudah sangat kelaparan. Apalagi Len yang sejak pagi belum makan apapun karena diharuskan bersiap oleh kakaknya untuk kencan.
" Ano... Rin.. Ada itu..." Len mengernyit melihat Kaito menunjuk-nunjuk wajahnya. Alamak! Jangan-jangan makanya belepotan kayak cowok? Panik Len meraba pipinya sendiri. Tapi tetap tidak menemukan apa-apa. Gemas Kaito membantu Len yang ternyata ada nasi nyangkut dipipi sebelah kiri.
Blush! Nah loh kan, Len merona lagi malu digituin. Dia jadi beneran mirip cewek deh kalo
sikapnya gitu.
"Arigatou..." ujarnya dengan nundukin kepala. Takut Kaito liat wajahnya yang merah. Kaito cuma bisa senyum lembut liat betapa imutnya Rin kalo lagi mode malu-malu macam gituan. Lol
Sehabis perut kenyang, keduanya mutusin buat lanjutin kencan. Mereka pergi ke taman hiburan atas usul Kaito. Tadi kan udah nurutin kemauan Rin nonton bola, nah sekarang gantian. Setelah membeli karcis keduanya langsung nyerbu wahana yang ada. Apa ajha dijabanin lah pokoknya. Jujur saja Len yang paling semangat soalnya dia paling suka ke taman bermain. Sedangkan Kaito cuma ngebuntutin ajha kemana kemauan Rin. Tapi naas, dirinya yang emang enggak biasa naek wahana macam gituan berakhir dengan mutah-muntah sehabis naik wahana tornado yang disarankan Rin bakal seru. Eh enggak taunya malah jadi dia yang teler. Tapi tidak apa-apa asalkan Rin seneng, dia ikut seneng kok.
"Aduh, Kaito-kun maaf harusnya kau bilang kan tidak kuat main wahan itu." ujar Len cemas seraya bantuin mijet tengkuk Kaito biar mualnya cepet ilang.
"Aku baik-baik saja Rin. Asal Rin senang, aku juga senang kok."
DEG! Begitu baiknya cowok ini. Len jadi merasa bersalah sudah ngibulin Kaito dengan nyamar jadi Rin, bagaimana kalau Kaito tau dia bukan Rin? Dia cowok? Apa Kaito akalan masih tetep baik sama dia?
"Rin kok melamun?"
"eh? Maaf, aku kepikiran sesuatu. Aku harus pulang sekarang."
"Yasudah ayo kita pulang."
Sepanjang berjalanan Kaito cuma bisa heran ngeliat perubahan sikap Rin yang tiba-tiba jadi pendiem banget. Dia sudah berusaha ngajak ntu cewek ngobrol tapi cuma dapet balesan singkat banget. Dia benar-benar bingung dan cemas, apa dia melakukan sesuatu hal yang salah sama Rin sampe ntu cewek marah?
"Ehm... Rin." nah kan Rin jadi aneh, dia malah kaget Kaito memanggilnya.
"Y-ya?"
"aku berbuat sesuatu yang salah ya?"
"Tidak. Kenapa?"
"Ah... Tidak aku kira aku melakukan kesalahan yang membuat Rin jadi murung seperti sekarang."
"Itu tidak benar Kaito-kun. Aku hanya lelah."
"Oh begitu." keduanya melanjutkan perjalanan pulang dengan saling diam, hanya terdengar langkah kaki keduanya yang mengisi keheningan. Kaito sempet curi-curi pandang pada cewek disampingnya itu, bisa apa dia kalau Rin tidak mau menceritakan apapun padanya?
Waktu menunjukkan pukul 5 sore ketika mereka sampai dihalte tempat mereka bertemu tadi pagi.
"Kaito-kun terimakasih hari ini benar-benar menyenangkan. Ja, sampai ketemu lagi." ujar Len membungkuk hendak melangkah tetapi terhenti ketika Kaito menarik Lenganya. Rin berbalik menatap cowok yang lebih tinggi darinya itu.
"Kaito-kun ada apa?"
"aku pulang..." seru Len lesu memasuki rumah. Ia melepas sepatunya dan menggantinya dengan sendal rumah yang nyaman. Haus, ia memutuskan pergi kedapur sebentar untuk minum segelas air dingin. Len mengernyit merasakan rumahnya begitu horror. Terlalu sepi, sekalipun mereka tinggal hanya berdua karena ayah dan ibu mereka harus bekerja diluar negeri tetapi biasanya rumah ini sedikit ramai dengan kehebohan kakaknya ketika dia pulang. Tapi ini? kemana kakaknya gerangan berada? Penasaran dan cemas, Len menuju kamar kakaknya dilantai atas yang bersebelahan dengan kamarnya. namun ternyata kosong dan berantakan seperti biasa. Len semakin cemas, apa jangan-jangan terjadi hal buruk pada kakaknya selama dia pergi. Eh? Tapi tunggu sayup-sayup Len mendengar suara TV menyala dari kamarnya. Len segera berlari menuju kamarnya dengan ekspresi cemas.
"ceklek!"
kenop diputar dan derit pintu terbuka, Len shock melihat kakaknya menangis sesegukan didepan tv. Lembar-lembar lisu kumal berserakan disekitarnya. cemas Len menghampiri sang kakak.
"Oneechan kenapa?" tanya Len panik melihat kondisi mengenaskan sang kakak yang udah kayak korban pemerkosaan.
"Len... Hiks..hiks..." Rin makin mewek.
"Kenapa?"
"Len... Kenapa usagi begitu jahat?" Len mengernyit, usagi? Usagi siapa? Setahunya gak ada tuh yang namanya Usagi, baik temen kerabat ataupun tetangganya gak ada yang namanya Usagi. Jadi wajar ajha waktu Rin nangis sambil nyebut-nyebut Usagi Len kebingungan setengah hidup!
"Usagi siapa?" tanya Len bingung. Masih dengan ekpresi meweknya Rin menunjuk layar datar didepanya membuat Len cengo dan ingin menjedotkan kepalanya ketembok segera. Jadi ternyata Rin nangis sesegukan cuma gara-gara nonton sinetron yaoi? Lol!
"sudahlah oneechan berhenti bersikap lebay..." ujar Len kesal, ia menghempaskan tubuhnya dikasur. Nyaman sekali rasanya dia ingin tidur. Tapi oh tidak! Ternyata kakaknya yang otaku sesat itu tidak berkenan diabaikan pemirsa.
"Len... " panggil sang kakak manja.
"hm..."
"Kencan tadi bagaimana?" tanya Rin kepo. Ia sudah membersihkan wajahnya dari linangan aer mata dan sekarang sudah nangkring ditempat tidur Len dengan manis siap dengerin adeknya cerita. Len tidak menjawab dia masih tetep ajha enjoy tiduran tengkurep cuekin kakaknya.
"Len~" Bujuk Rin manja sambil cubitin kaki Len bikin ntu cowok berteriak kesakitan.
Pluk
Rin refleks menangkap sesuatu yang dilempar Len. Sebuah gelang ternyata.
"Dari mana kau dapat ini Len?" tanya Rin kepo sambil mengamati ntu gelang ternyata bagus banget.
"Kaito..."
=Flashback=
"Ada apa Kaito-san? " Len menatap cowok yang lebih tinggi daRinya itu dengan heran bercampur takut. Siapa tau sekarang saatnya Kaito melancarkan aksi bejatnya? Suasana kan sedang sepi. Jangan2 ntu cowok mau perkosa dia? Eh? Tapi pikiran negatifnya Len mendadak Lenyap ketika Kaito mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketnya kemudian memasangkan sesuatu ditangan kananya, Sebuah gelang.
"Kaito-kun..." Gumam Len specless.
"ini untuk Rin. Kenang2an agar selalu ingat hari ini. dan aku punya satu lagi surprise untukmu. Tapi kau harus tutup mata."
Len menatap cowok didepanya itu dengan perasaan campur aduk, senang, menyesal, kecewa dan takut. Takut semuanya berakhir begitu saja. Ahhh~
"pejamkan matamu Rin." Len mengikuti perkataan Kaito. Dia menutup matanya, dengan jantung yang berdebar2 menunggu apa yang akan terjadi.
Cup
eh? Len refleks membuka matanya ketika merasakan ada yang mengecup bibirnya. Shock itulah yang dirasakanya mendapati wajah Kaito begitu dekat dengan wajahnya. Kaito menciumnyaaa? O_O omg! Len... Dia yang cowok berciuman dengan cowok? Berkecamuk benak ren saat itu. Tapi mungkin hatinya tidak bisa bohong. Ia tidak bisa mengelak dari hatinya yang berdebar saat itu. Dia tidak menolak ciuman itu dan hanya memejamkan matanya meresapi betapa tulusnya perasaan Kaito pada Rin. Rin? Ya, yang disukai Kaito adalah Rin. Bukan dirinya... Kagamine Len...
=flashback end=
"Kyaaaa~!" Len otomatis menutup telinganya mendengar jeritan kakaknya yang cetar membahana sehabis mendengarkan ceritanya.
" Lennn... So sweet sekaliiii... " Rin banjir mimisan.
"Kalau begitu ini gelangnya untukmu saja." Rin menyodorkan lagi gelang itu pada Len.
Len ragu2 mengambil kembali gelang itu. Ia menatap wajah kakaknya yang tengah tersenyum mengerikan(?).
"Percayalah Len... Kaito pasti akan balik menyukaimu. Aku janji! Nah sekarang sudah malam. Saatnya tidur. Sampai besok..." ujar Rin kemudian keluar dari kamar Len. Len kembali merebahkan dirinya dikasur. Hari yang benar-benar sangat panjang. Tapi apa benar yang dirasakanya pada Kaito itu cinta? Tapi mana mungkin mencintai seseorang dalam sehari? Kedengaranya konyol. Menurut buku yang Len pernah baca*emang Len pernah baca buku? -_-. Seorang yang sedang jatuh cinta akan merasa berdebar dan ingat dengan orang yang dicintainya ketika melihat benda pemberian orang itu. Len menatap gelang ditanganya dengan galau, kemudian meletakanya didadanya. Deg...deg...deg... Jantungnya berdetak dengan cepat. Kaito, Kaito Kaito... Ciuman tadi sore,,, Blush! Seketika wajah Len memerah sempurna mengingat kejadian itu. Dia~ benar2 menyukai Kaito?
TBC
