Title : Bring Back . chapter 1

Author : Junya JuniYa

Cast : Oh Sehun . Huang Zi Tao. Park Chanyeol as Oh Chanyeol . Wu Yi Fan as Kris Wu. And other Exo member

Pairing : HunTao !

Genre : Fantasy Drama,

Rate : T

Length : Chapter

Disclaimer : all cast milik mereka, Tuhan, FF ini only my mine! Junya . Don't copy paste without my permission

Warning : Typo[s] . AU . cerita seperti ini ga ada di dunia nyata. Hati-hati bisa alergi


== Bring Back Chapter 1 ==

"Sehun-ah ! awassss!"

Criiiiiiiitttt

Braaaaakkkk

Kepalaku belum menoleh sempurna saat aku mendengar teriakan itu. Kugerakkan kepalaku kesamping menuju arah yang menyuruhku untuk awas.

Aku tak sempat berbuat apapun saat melihat sebuah truk container sudah berada di depanku. Aku tidak sempat menghindar.

"Aakh"

Tubuhku terangkat, yang dapat kurasakan hanyalah remuk di sekujur tubuhku, aku melayang diudara bagai kapas yang ditiup angin. Membuat pandangan mataku menjadi tidak jelas, banyak kunang-kunang dan cahaya putih, tetapi aku yakin itu hanya semu. Lalu terdengar suara teriakan histeris yang tak kukenal.

Bruuukkk

Tubuhku terempas pada permukaan yang keras, lalu bergelinding beberapa kali. Aku tidak bisa lagi melihat dan mengingat. Gelap. Semua gelap saat aku belum sempat menyadarinya.

Aku.. apakah ini akhirnya?

.


.

Pemuda bertubuh jangkung itu terduduk lesu saat mata kepalanya menyaksikan bagaimana tubuh adiknya terlempar jauh beberapa meter, bergelinding di aspal, sebelum akhirnya tertidur tak sadarkan diri setelah ditabrak oleh truk container bejat itu. Bunyi decik rem dan roda yang beradu kuat untuk berhenti pada aspal membuat nafasnya memburu. Dadanya naik turun bersamaan dengan liquid bening yang langsung mengalir deras dari belahan matanya. Bibirnya bergetar hebat, jemarinya yang panjang ikut terangkat menutup mulutnya sendiri. isaknya tertahan dan terlalu sakit jika dilepas. Beberapa orang pejalan kaki yang melihat kecelakaan adiknya mulai berhamburan ke tengah jalan tempat tubuh adiknya itu terhempas.

Oh Chanyeol, tak pernah menyangka dia melihat sendiri adiknya tertidur dibadan jalan itu dengan bersimbah darah.

Dia sangat merutuki keterlambatannya memperingati sang adik yang hendak menyebrang itu, jika tau begini kejadiannya dia tidak akan mau mengajak adiknya untuk bercanda, menggelitiki pinggang sang adik yang membuat dia berlari menuju badan jalan disaat lampu rambu lalu lintas masih menyala hijau, karena adiknya itu menghindari candaannya.

Oh Chanyeol. Dia tidak akan memafkan dirinya setelah ini.

Matanya masih terpejam, namun silaunya cahaya dari balik kelopak matanya yang tertutup itu memaksa dia sedikit demi sedikit membuka matanya.

Kelopak matanya masih mengerjap beberapa kali menyesuaikan pedihnya cahaya yang menusuk irisnya.

Satu titik focus membawa remaja itu berangsur bisa melihat, kepalanya mulai bergerak untuk memeriksa keadaan, dimana matanya memandang hanya terlihat hamparan ruangan kosong yang luas dengan cahaya putih terang. Dia sempat berfikir bahwa dia buta. Tetapi kalau dia buta tentu dia hanya melihat sekelilingnya dengan warna gelap.

"Hey, gwaenchana?" suara lembut itu membuat remaja tampan itu duduk tegap, kepalanya menoleh mencari sumber suara. Namun dia tidak bisa melihat karena seluruh yang dia lihat di depannya hanya berwarna putih terang.

"Disini…" sentuhan pada pundaknya yang berasal dari arah belakang membuat pemuda itu kembali menoleh.

Matanya membulat saat seorang pemuda berambut hitam legam itu tersenyum lembut padanya. Memamerkan bibirnya yang unik seperti kucing.

Untuk beberapa saat dia tidak dapat mengerti dengan apa yang sedang dia rasakan. Apakah pemuda yang sedang dia lihat ini hantu.. atau malaikat? Dia tidak tau.

Otaknya belum bekerja sempurna untuk menelaah apa yang menimpa dirinya. Ingatannya terakhir adalah saat sebuah truk container besar itu menghantam tubuhnya, ingatan tentang kejadian ekstrem itu dia kaitkan dengan keberadaannya di ruangan bercahaya putih ini. Apa ini di surga? Apa dia— sudah mati?

Matanya membesar setelah berhasil mengingat kejadian itu "Dimana ini?" tanyanya cepat tidak sabaran pada pemuda disampingnya, dia yakin dengan jelas bahwa tadi kecelakaan itu menimpa dirinya –dihantam truk, Sorot matanya focus pada pemuda itu, menjelaskan kebingungannya. Beribu pertanyaan telah memenuhi otaknya.

Pemuda berambut legam itu kembali mengulum senyum, ia mengerti maksud pemuda dengan kulit putih itu, lalu mulai duduk di depan pemuda yang bernama lengkap Oh Sehun tersebut.

"Tenang saja, kau belum mati, saat ini kau berada di dunia roh"

Iris oranye itu membulat lebih besar dengan mulut yang sedikit terbuka. "A..apa? Dunia roh?"

Ini gila –pikirnya.

"Ne, Oh ya, perkenalkan, namaku Huang Zi Tao, kau bisa memanggilku Huang, ZiTao, atau Tao saja. Kau pasti Oh Sehun bukan?" pemuda itu tak menjelaskan pertanyaan Sehun tentang keberadaannya di dunia roh. Padahal sangat jelas wajah lugu Oh Sehun masih menyiratkan kebingungan dan jutaan pertanyaan yang akan dia ajukan pada pemuda bernama Huang Zi Tao itu, tentang keberadaannya disini. Pasti pemuda itu tau lebih darinya.

"Ba..bagaimana kau tau namaku?" tanyanya gugup. Bagaimana bisa pemuda itu tau namanya?

"Itu.." pemuda bersenyum kucing itu menunjuk layar besar yang berada di tengah ruangan putih. dari tulisan berkedip yang sedang berjalan ditengahnya terpampang..

'Roh Yang Datang Selanjutnya Oh Sehun' –seperti itulah tulisan tersebut.

"Waah Daebak" gumam Sehun melihat namanya sendiri yang sedang berjalan dilayar itu.

"Ayo bermain, Hun"


"Chanyeol-ah, pulanglah nak, mandi dan makanlah, biar eomma yang menjaga Sehun. tolonglah" suara lembut nyonya Oh tak digubris sedikitpun oleh pemuda tampan bernama Chanyeol itu. tangannya masih setia menggenggam tangan lemah adiknya. Matanya tak lepas mengawasi tubuh adiknya yang terbaring lemah dengan berbagai macam kabel dan alat yang menempel ditubuh kurus sang adik untuk menopang hidupnya. Chanyeol, sorot matanya begitu layu, pipinya lebih tirus dari biasanya, kulitnya pucat seperti tak tersentuh cahaya matahari, penampilannya yang dulu keren dan rapi kini lebih acak-acakan dengan rambut yang ikut-ikutan tak tersisir rapi, tak ada bedanya dari mayat hidup. Yah sepertinya dia menghukum dirinya sendiri selama 5 tahun ini.

Apa? 5 tahun?

"Chanyeol-ah, dengarkan eomma-mu, ini sudah 5 tahun, kau tak pernah melepas sedikitpun Sehun, kita harus bisa melepaskannya Yeol-ah"

"Andwae!" pemuda itu berteriak, lalu menatap ayahnya yang tadi berucap sedang berdiri disebelah ibunya yang duduk diseberang ranjang Sehun. "Jadi appa juga berfikir bahwa Sehun sudah mati? Lihatlah, dia masih bernafas appa" tunjuk Chanyeol pada adiknya. Mengerti maksud ucapan ayahnya itu yang 'harus melepaskan' adiknya. Itu gara-gara ucapan dokter beberapa waktu yang lalu.

Dulu rambut lelaki itu masih hitam sempurna, namun kini beberapa helai yang tersisir rapi kebelakang itu sudah mulai memutih. Oh Suho, lelaki paruh baya yang dipanggil Appa oleh Chanyeol itu mendongakkan kepalanya, sebagai upaya agar cairan bening tak kembali mengalir di pipinya.

Chanyeol menatap sebentar ayah dan ibunya, lalu dia kembali menolehkan seluruh pikirannya pada adiknya ini.

Lihatlah tubuh adiknya itu yang dulu masih sedadanya kini terlihat lebih panjang walau dia selalu berbaring selama ini. Jika dia terbangun dan berdiri disebelah Chanyeol, pasti pemuda itu sudah setelinganya.

5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu seseorang sadar dari komanya. Chanyeol menyaksikan langsung walau adiknya koma, dia melalui masa pertumbuhannya dengan baik, jika dia tidak koma pasti adiknya ini sudah berada ditingkat dua di universitas, sedangkan dia sendiri berada ditingkat 3. Namun sejak peristiwa yang merenggut kesadaran adiknya Chanyeol memutuskan untuk berhenti sekolah. Dia ingin menghabiskan waktunya menanti adiknya ini kembali sadar. Walau dia sendiri tak tau kapan adiknya ini bisa membalas genggaman tangannya.

Namun ini sudah 5 tahun, bersyukur Suho, ayah mereka memiliki kekayaan yang berlebih sehingga tak memberatkan membiayai segala macam pengobatan agar Sehun kembali pada kesadarannya, segala macam cara yang juga disarankan oleh orang lain juga sudah dia turuti. namun segala upaya itu tak membuahkan hasil hingga sejauh ini. Dokterpun seolah menyerah dan menyarankan keluarga Oh itu melepaskan putra bungsu mereka. Menanggalkan semua alat yang selama ini menopang hidupnya, dan membiarkan Sehun pergi dari dunia ini. Tak ada orang tua yang tak terpukul mendengar kalimat menyerah dari seorang dokter yang memvonis anak mereka, namun Suho tau benar, jika memang sudah menjadi takdir, mungkin sudah saatnya mereka menyerah dan melepaskan Sehun, karena tak ada tanda-tanda si bungsu itu akan kembali pada mereka.

Yixing, wanita paruh baya itu menyentuh punggung tangan suaminya yang berada dipundaknya, meminta suaminya untuk membantunya berdiri, Suho mengiyakan dengan menggenggam tangan istrinya yang terulur dan membantu Yixing berdiri. Kini kedua orang paruh baya itu berjalan perlahan meninggalkan ruangan yang penuh dengan dengungan pertempuran antara mesin penghangat ruangan dengan alat-alat medis itu. meninggalkan dua orang putra mereka disana.

Ceklek.

Chanyeol tak terpengaruh oleh suara pintu yang ditutup oleh kedua orang tuanya, dia kembali menggenggam tangan adiknya yang hangat, walau diluar sedang musim dingin dan turun salju, namun tangan adiknya ini selalu hangat. Dia suka itu. apa-apan dokter sialan yang mengatakan bahwa adiknya akan mati? Buktinya tangan Sehun selalu hangat.

"Hoon-ah, bangunlah, apa kau tak merindukanku? Ayo bangunlah Hun, sebelum mereka memisahkan kita" Chanyeol menunduk, dia tidak sanggup menceritakan hal yang dia dengar dari dokter mengenai kondisi adiknya ini. Walau Sehun koma, tapi Chanyeol percaya bahwa adiknya ini dapat mendengarnya.

"aku berjanji jika kau bangun aku akan selalu menemanimu naik bianglala dan membelikanmu bubble tea hingga kau kembung seperti yang kau ingin dulu. Ayo, bangunlah Hun-ah"

Tesss

Satu titik bening jatuh di punggung tangan Sehun, Tak hanya kali ini saja Chanyeol menangis saat dia tinggal berdua dengan Sehun, dia tak pernah menunjukkan airmatanya saat menjaga Sehun jika kedua orang tuanya berada disana, agar kedua orang tuanya mengira dia hanya menunggui Sehun saja, tanpa diliputi perasaannya sendiri. namun dugaan itu salah, dia lebih suka memendam rasa bersalahnya sendiri. Chanyeol amat menyesal dan selalu berusaha membangunkan Sehun dari tidur panjangnya, mengajaknya bicara dan mengobrol atau menyuruhnya untuk bangun. namun adiknya ini selalu terpejam, tak membelasnya walau itu hanya berupa gerakan kecil dari jarinya sebagai tanda dia mendengar Chanyeol.

"Maafkan aku Hun.. jika aku tidak mengajakmu bercanda kau pasti tidak seperti ini. Maafkan aku,, maafkan aku Hun. Ayo.. bangunlah saeng. Hiiks" Chanyeol menangis dengan menggenggam tangan Sehun lebih erat. Kepalanya dibenamkan pada tangannya dan tangan Sehun yang terpaut. Menangis disana.

…Tak berapa lama setelahnya, Chanyeol tertidur.

dia tidak mengetahui, jari telunjuk Sehun bergerak dengan sangat perlahan. Sebagai jawaban dia mendengar Chanyeol.

.


"Apa kau serius membawa Tao ke Amerika Kris?" Kyung Soo menatap pemuda tinggi yang bernama Kris itu dengan Khawatir. Dia menyaksikan dari ambang pintu kamar, pemuda tampan itu sedang sibuk mengemasi barang-barang putranya dalam sebuah koper besar.

Kyung Soo, ibu dari pemuda bernama Tao masuk ke dalam kamar putranya berniat untuk membantu Kris.

"Tentu, Umma tau sendiri bukan Amerika itu sangat maju dalam bidang medisnya, semoga Tao bisa cepat sadar jika menggunakan medis disana" Kris tersenyum sebentar pada Kyung Soo lalu berjalan menuju lemari besar dalam kamar itu.

Kyung Soo ikut tersenyum, duduk ditepi ranjang dan mulai melipat baju-baju yang diserakkan oleh Kris diatas kasur dengan rapi.

"Aku bersyukur Tao bertunangan denganmu Kris, mungkin orang di luar sana tidak akan sanggup menunggu orang yang sudah koma selama 6 tahun ini kembali sadar, pasti mereka akan meninggalkannya" Kyung Soo mendesah. Kris menoleh pada laki-laki yang sebenarnya ibu angkat tunangannya ini . -kemudian ia mengambil beberapa lembar celana Tao dan pakaian kecil lainnya.

"Ya. Karna aku sangat mencintai putramu umma. Kau tau kan seperti apa aku mencintainya, jadi apapun cara akan aku lakukan agar Tao kembali kepada kita"

Ada perasaan bangga dan bahagia saat Kyung Soo mendengar kalimat itu dari Kris, sudut matanya berair karena haru, tangannya dengan cepat menghapus jejak samar itu sebelum Kris menyadari dia menangis.

"Ya sudah, aku percayakan padamu. Jaga ZiTao ku dengan baik ne?"

Kyung Soo berdiri setelah dia menyusun dengan rapi semua pakaian yang dia lipat ke dalam koper besar , kemudian dia melangkah keluar.

Setelah Kyung Soo pergi, Kris ikut menghentikan sejenak kegiatannya, dilihatnya pada meja nakas ditepi ranjang, ada sebuah figura yang menyimpan gambar dua sosok pemuda tampan yang sedang berangkulan. Yah. Itu adalah fotonya dengan foto pemuda panda bernama Tao itu.

Mereka memang sudah bertunangan, sebelum kejadian Tao koma pastinya.

Pikiran Kris melayang pada kejadian yang merenggut kesadaran Tao, dia menyeringai misterius. Lalu mengambil figura itu dan melemparnya masuk ke koper.

.


Dua pemuda itu melayang-layang kesana kemari seperti bermain kejar-kejaran. Tak ada rasa lelah pada mereka dan terus saja saling mengejar dan bersembunyi di balik pohon. seperti anak kecil yang belum puas bermain saja. mereka saling tertawa. Merasa tak perlu memikirkan hal lain dan hanya menghabiskan waktu bersama.

Pemuda panda itu akhirnya menyerah. Dia tidak sanggup lagi mengejar pemuda albino di depannya dan menghempaskan tubuhnya di rerumputan.

Sehun, dia menoleh karena merasakan Tao tak lagi mengejarnya, dilihatnya laki-laki bersurai legam itu sudah berbaring di rerumputan dengan membentangkan kedua tangannya. Sedikit jauh dari posisinya saat ini. Dada pemuda itu naik turun seperti sedang memasok oksigen sebanyak mungkin.

Dia mulai melayang, mendekati pemuda panda yang kini berstatus sebagai kekasihnya !.

"Wae?" Tanya Sehun memelas tak terima permainan kejar-kejaran mereka terhenti.

"Hosh hosh .. nafashhku.. hhabisshhh" Tao, dia terengah-engah sambil terus merentangkan kedua tangannya.

Alis Sehun menyatu, bingung dengan sikap Tao "Kenapa? Aku tidak merasakan apa-apa. Kenapa kau mudah lelah akhir-akhir ini sih?" protesnya.

"Molla .."

Setelah merasa sedikit baikan, Tao mendudukkan tubuhnya untuk sejajar dengan Sehun. Makhluk albino yang sekarang menjadi kekasihnya. Sehun terlihat sedang serius menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya, entah apa yang dia lihat sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Apakah… kau akan kembali ke dunia?" Tanya Sehun tiba-tiba, tak melepas pandangannya di depan.

Tao, dia membulatkan matanya mendengar itu, lalu menunduk, sepertinya dia tidak yakin. "Entahlah. Wae?"

"Bodoh, itu artinya aku akan terperangkap disini dan akan kesepian jika kau kembali" lanjut Sehun berujar sesantai mungkin, padahal sebenarnya hatinya diliputi kekhawatiran jika hal itu benar-benar terjadi diantara mereka. Dia tidak sanggup jika berpisah dengan pemuda bernama Huang Zi Tao itu.

Keduanya saling diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Yah walau tidak yakin, sepertinya keadaan Tao seperti itu menunjukkan bahwa dia bisa saja tersadar dari tidur panjangnya dan kembali pada dunia yang sebenarnya. Entah apa yang dipikirkan Sehun dia seperti tak terima jika Tao kembali, bagaimana dengan dia nanti? Apakah dia akan berpisah dengan kekasihnya ini? Sehun tidak mau itu. dia sudah mencintai Tao!

"Aku tau.. bagaimana kalau kita melihatnya sendiri? aku penasaran dimana tubuhmu Hun" Tao tiba-tiba bersorak gembira memamerkan mulut kucingnya,

Sehun mengangkat sebelah alisnya. "Ah benar juga. Kenapa tidak terpikirkan olehku. Aku juga. kajja" ajak Sehun bangkit dan meraih tangan Tao agar ikut berdiri.

Merekapun mulai melayang. Berharap dapat melihat dimana keberadaan jasad mereka dari layar besar itu.

'Hooonnnn~'

"Chankaman" Sehun tiba-tiba berhenti saat dia mendengar sebuah suara berat yang memanggilnya. Membuat Tao ikut berhenti dan menatap Sehun dengan memiringkan kepalanya bingung.

"Ada apa" Tanya Tao.

"Ssssttt.. jangan bersuara. Coba dengar" Sehun meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh Tao juga ikut diam, "Apa kau mendengar suara itu?" lanjut Sehun.

Setelah beberapa saat terdiam untuk mendengarkan, "Ani." Jawab Tao enteng lalu kembali melayang.

'bangunlah, apa kau tak merindukanku? Ayo bangunlah Hun, sebelum mereka memisahkan kita…. aku berjanji jika kau bangun aku akan selalu menemanimu naik bianglala dan membelikanmu bubble tea hingga kau kembung seperti yang kau ingin dulu. Ayo, bangunlah Hun-ah….. Maafkan aku Hun.. jika aku tidak mengajakmu bercanda kau pasti tidak seperti ini. Maafkan aku,, maafkan aku Hun. Ayo.. bangunlah saeng. Hiiks..'

Sehun kembali mendengar suara itu.. mulutnya terbuka karena mengenal pemilik suara bass itu yang terdengar seperti sedang menangis. Sepertinya suara itu hanya dia seorang yang dapat mendengar.

"Hyung~" lirih Sehun "bagaimana bisa aku hampir melupakanmu Hyung" ucapnya lagi. Terjebak di dunia roh membuat dia hampir melupakan keluarganya sendiri, dan terlena di dunia roh ini. Dia mendongak menatap langit. Sepertinya suara itu berasal dari sana.

Dan tanpa terduga, Sehun dapat melihat wajah Chanyeol yang sedang menunduk ditangannya dan menangis disana. Kenapa tiba-tiba dia bisa melihat Chanyeol?

"Hyung~ uljima.. uljimayo" Sehun berbicara sambil mendongak ke sana, berusaha meraih bayangan Chanyeol pada awan diatas sana yang terlihat sedang menangis. Dia tak dapat menahan rasa panas dikedua bola matanya saat melihat wajah Chanyeol yang kurus.

"Aku.. aku akan berusaha kembali Hyung. Tunggu aku.." Sehun mengepalkan tangannya.

Yang secara tak langsung berpengaruh pada tubuh aslinya.

"Sehunnn-ah~~ ppaliwa" teriak Tao dari ujung sana

Sehun tersentak, beriringan dengan air matanya yang menetes "Ne, aku datang"

TBC

Okke sampe disini dulu untuk chapt 1 nya . alurnya cepat eoh ? hahaha biarin . kayaknya FF ini ga panjang kok

Give me respond positif ^^

Annyeong

#bow

Jun