"Lapor. Kami divisi distrik 7 bagian Tenggara Korea Selatan, Ilsan. Telah berhasil menangkap salah satu anggota dari organisasi berbahaya. Kami masih belum bisa mengidentifikasi apa saja motif dibalik pergerakannya, namun kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberantas kasus ini hingga tuntas, Sajang-nim."
"Laporan diterima. Kalian boleh kembali ke markas besar."
"Baik, sajang-nim! Kami mohon permisi." Para pasukan khusus Korea mengambil langkah besar pergi meninggalkan ruangan tuan mereka.
"Hm.. jadi, salah satu anak dari unggas berbahaya itu telah tertangkap ya?" bisik sang tuan besar pasukan khusus intelegensi rahasia korea selatan sembari memutar kursi kebesarannya menghadap jendela ruangan pribadinya. Ditatapnya pemandangan diluar gedung tinggi kebesarannya dengan seulas senyum lebar diwajah. "Tunggulah sebentar lagi.. sedikit lagi, akan aku selesaikan semua kekacauan ini."
.
Total Destruction
Fanfiction present © by A Cup of Honey
Desclimer : Fiction ini murni milik saya. Tapi ide awal dan karakter dan segala isinya bukan milik saya sepenuhnya
Exo/bts/svt Fiction
Warning : Absurd ga jelas gajeness, Kekerasan, Pembunuhan, Fiksi, Unsur berbau Sci-Fi, Kejahatan yang tidak boleh ditiru dll
No bash, plagiat, or copas, please
.
Chapter 1
.
My pleasure, white crow and black pigeon
.
Ruang rahasia bawah tanah terbesar intelegensi Korea Selatan. Distrik 7, Ilsan.
Ctak!
Bruagh!
"Gyah! Hoekss"
"Cepat katakan dimana markas persembunyianmu dan beritau padaku motif dibalik organisasi kalian?!"
Ctak!
Bruagh!
"Cih."
"CEPAT KATAKAN SEMUANYA PADA KU SEKARANG, UNGGAS BRENGSEK!"
CTAK!
"Akh—" lagi dan lagi. Sayatan demi sayatan tali rantai terus menghujam kulit demi kulit sang pemiliki mata oniyx yang begitu jernih. Hingga memperlihatkan bekas luka lebam yang sedikit demi sedikit mulai memperlihatkan noda kemerahan yang begitu kental.
CTAK!
Lagi, kembali para penjaga dengan baju tembaga yang membungkus tiap inchi kulit mereka mengayuhkan cambuk besi mereka ketubuh sang pemilik mata oniyx.
CTAK!
BRUAGH!
"Uhuk!"
"CEPAT KATAKAN BRENGSEK!"
"Agen 30, sudah cukup." Hingga disaat satu kali lagi cambukan akan kembali terayun, seseorang dengan jas hitam dan topi yang senada datang bersama dengan sebatang rokok dibibirnya yang setipis mata pisau. Namja yang memperlihatkan tatapan tajam itu juga mulai meremas pundak Agen 30 yang dipanggilnya barusan dengan tatapan serius. Seakan tak memperlihatkan bahwa ancaman yang akan dilontarkannya kali ini bukanlah sebuah guyonan anak-anak. "Bagaimanapun pimpinan menyuruh kita untuk membiarkan buronan itu tetap hidup. Jadi berhentilah bermain-main dengannya, Agen 30." Bisik namja dengan tatapan setajam pedang itu meski dalam ekspresi datar tanpa minat.
"Cih! Diam kau, Sugar. Jangan berlagak tua disini!" teriak sang namja rambut panjang berantakan dengan nada sarkastik. Bahkan namja yang disebut sebagai Agen 30 itu mulai menghentakkan bahunya keras agar tangan sang namja berjas hitam berantakan didekatnya itu berada jauh darinya. "Aku tidak butuh ceramah dari mulut asap sepertimu. Minggir!" teriakan kedua kembali terdengar. Bahkan sang Agen 30 itupun semakin memperlihatkan raut marahnya dengan gigi-gigi yang bergemeletuk tajam.
"Baiklah." Namja dengan setelan jas hitam itu mengalah. Sebenarnya bukan mengalah, lebih tepatnya malas untuk meladeni tingkah laku Agen 30 yang seperti biasa, selalu kekanakan. Ditariknya tangan yang sebelumnya mencengkram pundak agen 30, dan digerakkannya untuk menarik batang rokok yang kini sudah tinggal setengah dari bibirnya. "Fuh~" hingga kemudian digerakkannya bibir tipisnya sedikit, hingga asap-asap kebul mulai terlihat keluar dari sana. "Terserah apa yang mau kau lakukan kalau begitu, Agen 30. Tapi jika pimpinan sampai tau apa yang sedang kau rencanakan pada mangsa kesayangannya itu, aku tidak mau ikut campur." Desis namja bermata tajam itu sembari kembali menyelipkan rokoknya diantara kedua bibir tipisnya yang selalu tak berekspresi. Kemudian digerakkannya satu tangannya lagi untuk menurunkan letak topi hitam yang dikenakannya. "Ah ya. Dan ingat satu hal lagi, Agen 30. Berhenti memanggilku dengan sebutan Sugar. Atau aku akan mengecat ulang rambut oranye karamelmu itu menjadi warna hot pink."
"YA! AGEN 9! LIHAT SAJA AKU PASTI AKAN MEMBUNUHMU SETELAH URUSANKU SELESAI MANUSIA ASAP! CUIH!" berada diambang kekesalan namja dengan rambut oranye berantakan itu mulai menggeram. Bahkan dia pun tak segan-segan membanting mainan kesayangannya keatas tanah hingga menimbulkan bunyi 'prang!' yang sangat keras disana. "GRRHHHH" dan bahkan meskipun Agen 30 sudah membanting mainan kesayangannya keatas tanah dan menginjak-injaknya dengan brutal dan sadis, kelihatannya kemarahannya masih juga belum mereda.
Dan pemandangan konyol dihadapan sosok tahanan dengan surai rambut pirang dan wajah seputih salju membuat dirinya melempar tatapan malas sekaligus meremehkan. "Ah," namun baru saja namja seputih salju itu menggerakkan wajahnya sedikit, entah kenapa luka lebam disekitar matanya malah berdeyut dan menimbulkan rasa nyeri dan perih yang teramat sangat. Bahkan bulir-bulir kental kemerahanpun terasa keluar sedikit demi sedikit memenuhi area wajahnya. "Haah, sepertinya wajah tampanku akan memudar~" desah namja itu kemudian sembari menyandarkan punggung dan lehernya yang berwarna merah gelap dan dipenuhi luka sayatan.
"Hh, rupanya unggas ini masih juga bisa bercanda ya. Kau mau aku patahkan tulang-tulang diseluruh tangan dan kakimu hah?! Cepat katakan dimana markas besar White Crow padaku, sebelum aku semakin marah!" menyadari sandraan agensinya masih dapat berbicara dengan lancar bahkan bersandar dengan santainya meski diseluruh tubuhnya terdapat luka sobek dan darah kental baik yang sudah mengering maupun yang baru mengalir disana, Agen 30 kembali memusatkan tatapan tajam penuh hinaannya dan haus akan darah pada buronan didepannya.
Namun seperti yang sedari tadi dilakukan oleh namja berwajah seputih salju, dia hanya diam dan memandangi wajah Agen 30 dengan senyum merendahkan. Sama sekali tidak memperlihatkan raut takut, maupun kesakitan diwajahnya. Dan juga sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda bahwa dirinya akan buka mulut dan membocorkan semua rahasia organisasinya begitu saja sekalipun nyawa menjadi taruhannya.
"Ya! Jangan buang-buang waktu dan katakan semuanya padaku, binatang liar!" teriak Agen 30 yang masih juga termakan emosi. Namun, karna tahanan yang berada didepannya ini adalah namja yang sangat bermuka tebal. Jadi semua kemarahan tersebut takkan berbuah manis, malah sangat sia-sia. "Kh! Kau benar-benar mau menantangku ya? Baiklah, aku akan meladeni keinginanmu untuk bermain-main denganku hari ini, Oh Sehun anggota no 3 White Crow.." desis Agen 30 kemudian dengan siluet amarah juga raut dipenuhi kesadisan yang mengerikan diwajahnya.
Membuat namja tahanan yang ternyata bernama Oh Sehun itu mulai melempar senyum lebarnya ditengah wajahnya yang bonyok dan babak belur sehabis dihajar dengan brutal. "Baiklah, Kim Taehyung. Dengan senang hati." Bisik namja kulit deputih salju itu tak kalah sadis dan mengerikannya dari sang Agen 30 yang ternyata bernama Kim Taehyung.
"Cih."
CTAAAK!
"GYAAH!"
.
Total Destruction
Enjoy it
.
Di sebuah sekolah ternama Daejon, Distrik 6.
"White Crow dan Black Pigeon adalah sebuah organisasi pembunuh dan penghancur terbesar yang ada dipenjuru Korea Selatan. Bahkan beberapa tahun belakangan ini, dua organisasi itu sempat meluncur ke kancah internasional setelah mereka melakukan aksi pembantaian besar-besaran di Oslo dan beberapa kota terkenal lainnya yang ada di Eropa. Bukan hanya itu, bahkan pihak keamanan Jepang, Taiwan, hingga Indonesia dan benua Afrika pun mengaku bahwa bulu-bulu pembantaian yang ditinggalkan White Crow dan Black Pigeon sempat terlihat disana. Dan seperti yang terdengar, semua kekacauan yang mereka timbulkan dengan sengaja dan motif yang belum diketahui kejelasannya tersebut benar-benar sangat merugikan negara kita, Korea Selatan ini. Membuat banyak negara-negara luar yang awalnya menjadi sekutu kita, berubah menjadi mengisolasi negara kita ini. Bisa dikatakan juga, bahwa saat ini Korea Selatan mengalami isolasi besar-besaran dari negara luar. Tidak ada satupun yang berani menaruh kerja sama pada negara kita."
"Hm, Songsangnim-eun! Maaf memotong ucapan saem, tapi, apa aku boleh bertanya?" hingga ditengah-tengah penjelasan sang guru, terlihat seorang murid dengan kacamata besar bertengger diwajahnya yang mungil dan menggemaskan mengacungkan tangannya tinggi-tinggi kelangit-langit ruang. Dari wajah dan penampilannya yang cukup berantakan dan tak terurus—namun beruntung yeoja itu memiliki perawakan wajah yang begitu cantik—blasteran turki-korea—membuatnya tetap terlihat begitu menawan meskipun orang biasa menyebutnya sebagai seorang kutu buku—bisa terlihat bahwa ia adalah yeoja terpintar yang ada dikelasnya saat ini.
Bahkan sang guru yang awalnya sibuk berjalan dengan malas mondar-mandir mengelilingi kelas dengan buku sejarah super tebal diatas tangannya sampai rela berhenti dan menoleh—bahkan langsung mengangguk antusias—begitu melihat siapa muridnya yang melemparkan pertanyaan tadi. "Ya, Choi Heeyeon, silahkan utarakan pertanyaanmu." Perintah sang guru muda itu terdengar membuat gadis dengan rambut strawberry blonde sepunggung itu melempar anggukan senang. Yah, meski kebahagiaannya sama sekali tidak terlihat diwajahnya yang terkesan serius dan kelam tersebut.
"Begini, Park songsangnim. Berbicara tentang organisasi berbahaya dengan status mendunia. Black Pigeon dan White Crow. Bisakah saem terangkan pada kami apa sebenarnya perbedaan diatara kedua organisasi tersebut? Jika memang keduanya adalah organisasi berbahaya yang dicari oleh seluruh pasukan khusus Intelegensi Korea Selatan. Mengapa kedua organisasi tersebut tidak memperlihatkan adanya kerja sama diatara keduanya? Khamsahabnida, songsaenim." Heeyeon mulai kembali menarik tangannya dan duduk dengan rapih dibangkunya begitu ia menyelesaikan pertanyaan panjangnya. Yeoja itu bahkan mulai menatap sang guru dengan tatapan serius, pertanda akan dirinya sangat menanti jawaban dari mulut guru sejarah paling cerdas se Korea Selatan tersebut.
"Hm, cukup berat juga pertanyaanmu, Nona manis. Tapi untuk menghargai tindakan beranimu atas pertanyaan penting tersebut, aku akan menjawabnya dengan seluruh pengetahuan yang aku miliki." Jawab sang guru dengan kacamata bulat yang menjadi ciri khasnya tersebut. Kedua tangannyapun mulai bergerak menutup lembaran buku tebal yang ada disana. Bahkan kini kedua kakinya mulai melangkah-langkah dengan asal kembali menelusuri tiap sudut-sudut ruag kelas tempatnya mengajar.
Mendengar jawaban sang guru, Heeyeon mulai terlihat senyum-senyum senang.
"Seperti yang kau katakan sebelumnya, Nona Choi. White Crow maupun Black Pigeon adalah dua organisasi bahaya tingka dunia yang saat ini sedang sangat-sangat diburu keberadaannya. Meskipun begitu, meski keduanya adalah organisasi yang sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu menebarkan kehancuran dan kerusakan, tapi sejatinya kedua organisasi itu bermusuhan." Jawab sang guru dengan tatapan serius sembari membenarkan letak kacamata bulatnya yang sedikit merosot.
"Bermusuhan?"
"Mwo?"
Hingga setelahnya mulai terdengar banyak respon bisikan-bisikan ricuh atas keterkejutan para murid mendengar penjelasan guru mereka.
Dan suara riuh ricuh yang mulai terdengar itu diam-diam membuat sang guru melempar senyuman bangganya. "Ya, tentu saja. Baik White Crow maupun Black Pigeon memiliki tujuan dan rencana teror yang sama. Namun sejak awal keduanya ditakdirkan dan sepertinya terbentuk atas dasar permusuhan. Menurut hasil riset yang sempat aku kumpulkan beberapa tahun belakangan, aku berasumsi bahwa kedua organisasi itu memang awalnya terbentuk atas dasar permusuhan. Hingga akhirnya keduanya saling bersaing demi memperlihatkan kehebatan mereka pada pihak lawan masing-masing. Dan sayangnya, akibat dari tindakan yang mereka lakukan itu sangat merugikan bagi negara kita, sehingga para pihak kepolisian maupun badan intelegensi negara mulai campur tangan untuk menghentikan kekacauan yang selama ini terjadi karna ulah dua organisasi tersebut. Dan sayangnya, meskipun negara sudah semakin memperkuat pertahanan, kelihatannya kedua organisasi itu masih tetap berada jauh diatas pertahanan yang dibuat pihak pemerintah negara. Sehingga sama sekali belum membuahkan hasil yang lebih baik." Terang sang guru yang kini sudah kembali berada dibangku singgasananya didepan kelas.
Mulai duduk, sang guru kini melempar tatapan matanya yang serius pada seisi kelas tempatnya mengajar yang ternyata juga memandanginya dengan tatapan yang sama seriusnya dengannya. Yah, meski tidak semua murid terlihat tertarik dengan pembicaraannya—karna kenyataannya sang guru masih dapat menemukan satu muridnya yang sedang membuang wajah dan bahkan kini mulai membaringkan kepalanya dengan malas keatas meja belajarnya. Sang guru sempat mengerutkan dahinya kesal, sebelum kembali terfokus pada murid-muridnya yang terlihat antusias dengan ceritanya.
"yah meskipun semua itu terdengar sangat menyedihkan karna sampai saat ini dua organisasi berbahaya itu belum juga bisa ditaklukan oleh negara. Namun setidaknya, saat ini para pihak kepolisian dan badan intelegensi terkemuka Korea Selatan sudah berhasil menahan salah satu anggota White Crow dipenjara tahanan terbesar di Distrik 7, Ilsan."
"MWOOO PENJARA TERBESAR DI ILSAN?"
"Benarkah itu saem?"
"Salah satu anggota White Crow telah tertangkap?"
"Howaa daebak! Anggota Intelegensi Korea Selatan memang hebat!"
Hingga riuh ricuh kembali terdengar membuat sang guru mulai tertawa-tawa pelan bahagia karna muridnya bisa seantusias ini saat membicarakan soal organisasi berbahaya—padahal biasanya muridnya akan langsung melempar ekspresi malas dan mengantuk saat dia mulai mengajar sejarah. "Ya tentu saja. Tapi kalian harus berjanji untuk merahasiakan semua ini arra?" jawab sang guru yang mulai melepas kacamatanya sembari melempar senyuman manis. "Nah karna jam mata pelajaranku telah habis, jadi kita sudahi dongeng sejarah panjang kita hari ini. Dan untuk Nona Heeyeon, terima kasih banyak atas petanyaannya." Ucap sang guru lagi, masih memperlihatkan senyum manisnya, yang langsung disambut anggukan cepat Heeyeon. "Jadi kita sudahi pelajaran sejarah hari ini. Untuk kalian semua langsung pulang kerumah, ne karna sekarang langit sudah mulai berubah menjadi oranye. Dan terakhir, untuk Nona Kim Hahyo, anda bisa ikut keruangan saya segera setelah semuanya selesai membereskan kelas. Khamsahabnida yorobeun, annyeong!" ucapan terakhir yang guru terdengar. Dan itu cukup membuat seorang yeoja yang baru saja namanya disebut membuang napas kesal.
"Lagi-lagi aku." Decaknya sembari memasukan seluruh buku pelajarannya dengan asal kedalam loker meja. Dan tindakan penuh amarah yang dilakukan seorang Hahyo cukup membuatnya jadi pusat perhatian sementara sebelum akhirnya yeoja itu melenggang pergi dengan cueknya meninggalkan teman-temannya yang masih juga menatapnya dengan ragam ekspresi berbeda-beda.
"Hahyo.."
.
.
Ngiik.
"Ada apa sampai memanggilku kemari?" ucap Hahyo—yeoja dengan surai hitam legamnya yang terurai hingga pundak—yang masuk begitu saja kedalam ruangan pribadi seorang Park Jimin—sang guru, tanpa mengetuk pintu ataupun sekedar mengucapkan kata permisi tanda hormat pada gurunya tersebut.
Melihat murid yang satunya itu memang selalu bersikap tidak sopan seperti biasa, Jimin membuang napas banyak-banyak. "Kalau saja kau bukan adik dari teman dekatku di Ilsan, aku pasti sudah memberikan ratusan poin hukuman padamu, Nona Kim." Terang Jimin dengan hembusan napas beratnya. Hahyo yang menganggap ucapan gurunya barusan tidak terlalu penting, hanya diam tak menyahut. Dan lagi-lagi sikap acuh yang diperlihatkan Hahyo—muridnya—membuat Jimin membuang napas banyak-banyak. Bersabar. "Baiklah, langsung saja. Sebagai teman cukup dekat kakakmu, Kim Taehyung. Aku ingin kau menyampaikan pesan dariku untuknya besok." Terang Jimin kemudian yang sudah memperlihatkan raut seriusnya sembari meletakkan sebuah amplop putih berisi surat diatas meja kerjanya.
Hahyo yang memang aslinya bermuka datar hanya diam sembari meraih amplop putih tersebut. "Tapi besok aku ada jam sekolah. Perjalanan dari Daejon menuju Ilsan bukanlah perjalanan yang mudah. Apalagi jika dua organisasi itu mencium pergerakanku. Aku bisa tebak isi amplop ini sangat berharga bukan? Dan semakin berharganya suatu hal maka perjuangan untuk mempertahankannya juga akan semakin sulit." Ucap Hahyo dengan raut datarnya sembari kembali meletakkan amplop putih ditangannya itu keatas meja kerja Jimin. "Aku menolaknya. Lagipula bukankah Daejon memiliki satu orang penjaga kuat yang dikenal sebagai Agen 12? Kenapa kau tidak minta tolong saja padanya. Agen 12 itu pasti mengenal Kakakku, kan?" ucap Hahyo lagi masih dengan raut tidak pedulinya.
Jimin rasanya benar-benar ingin menimpuk Adik kandung teman dekatnya itu yang sangat menyebalkan dan berbanding jauh sangat terbalik dengan Taehyung yang penuh ekspresi. Yah meskipun Jimin akui kedua saudara adik-kakak itu memiliki sikap impolite yang sama persis. Tapi tetap saja sikap sang adik yang tak acuh dan tidak sopan jauh lebih menyebalkan dari sikap sang kakak yang cerewet dan tidak sopan. "Haah.. aku mengerti saranmu itu, Nona es. Tapi masalah besarnya adalah aku tidak kenal dekat dengan Agen 12. Bahkan aku mendengar rumor kalau Agen 12 adalah tipikal orang yang dingin dan mengisolasi dirinya dari dunia diluar kewajibannya. Kau mengerti kan maksudku?" jawab Jimin sembari melipat kedua tangannya didepan dadanya sembari bersender dipunggung kursi putarnya. "Maksudku adalah Agen 12 itu mirip sekali denganmu, nona es. Haah"
Hahyo terdiam, yeoja itu benar-benar tidak berminat untuk membantu teman dekat Kakaknya ini yang terbilang cukup menyebalkan karna tukang suruh, sedikitpun. Seorang Park Jimin yang selalu menjadikan alasan jika dirinya adalah seorang Adik dari teman dekatnya dan kemudian memanfaatkan posisinya itu untuk menyuruhnya ini-itu soal Taehyung maupun urusan kepolisian dan Badan Intelegensi Korea Selatan. "Aku tidak peduli. Urus saja urusan kalian semua sendiri." Jawab yeoja itu akhirnya sembari membalik tubuhnya hendak pergi. Hahyo sejujurnya sudah benar-benar malas ikut campur dalam urusan kepemerintahan negara. Yeoja itu benar-benar kehilangan ketertarikan.
Tok! Tok!
Hingga baru saja Hahyo hendak membuka pintu ruang kerja gurunya. Suara ketukan pintu terdengar.
"Silahkan masuk." Dan Jimin yang saat itu sedang bersandar sembari memijat keningnya yang terasa mau meledak menjawab dengan suara parau. Sedangkan Hahyo mencoba bergeser sedikit agar ia tidak ditabrak daun pintu yang kelihatannya mulai terbuka.
"Chogiyo.. Park Songsangnim-eun.. ini aku, Choi Heeyeon." Ucap pemilik suara yeoja manis yang barusaja membuka daun pintu dan masuk. Mendengar bahwa yang datang berkunjung adalah murid kesayangannya, Jimin langsung menoleh dan melempar senyuman manis pada yeoja pemilik surai strawberry blonde tersebut.
"Ada apa sampai datang kemari, Nona Choi? Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku, atau hal lain?" tanya Jimin kemudian dengan raut ramah dan tertarik seperti biasanya. Bahkan kelihatannya raut marah dan lelah yang sebelumnya terlihat kini mulai sirna. Membuat Hahyo memandang Jimin dengan tatapan malas, dan kembali memutuskan untuk keluar secepatnya dari ruangan sumpek ini.
"Sebelumnya, aku minta maaf karna telah menguping pembicaraan diantara kalian, tapi.. aku ingin menawarkan bantuan untukmu, saem." Ucapan Heeyeon yang terdengar membuat Jimin membulatkan kedua matanya lebar-lebar. Begitu juga Hahyo yang mulai menghentikan tangannya untuk membuka kenop pintu. "Sejak dulu, aku selalu tertarik pada kedua organisasi berbahaya itu dan juga Badan Intelegensi.. jadi aku merasa kali ini aku punya kesempatan untuk bertemu dengan mereka. Bisakah aku saja yang mengantar surat itu, Saem?" ungkapan kedua Heeyeon lagi-lagi membuat Jimin terkejut sampai sulit menelan ludahnya sendiri.
Sedangkan Hahyo langsung memutar tubuhnya dan memandangi Heeyeon dari belakang. "Apa kau gila? Kau sudah bosan hidup ya, Nona kaca mata besar? Baik White Crow maupun Black Pigeon bukanlah organisasi biasa. Keduanya sangat berbahaya. Bahkan orang yang menyandang predikat kolonel maupun prajurit tingkat S pun tetap saja mati ditangan anggota organisasi tersebut dan mayatnya hilang tak bersisa. Apa kau tidak mengerti bahaya sebesar itu, hah?" umpat Hahyo dengan tatapan tajamnya yang menusuk tiap sudut diwajah Heeyeon yang tak memperlihatkan rasa takut sedikitpun, malah yeoja itu balas menatap Hahyo dengan tatapan serius. Dan raut menyebalkan yang diperlihatkan Heeyeon benar-benar membuat Hahyo muak bahkan sampai berdecih sebal.
"Aku bukan yeoja yang lemah seperti yang kau ucapkan tadi, Nona Kim. Dan aku bukanlah yeoja pengecut sepertimu yang takut berperang sebelum mencoba. Lagi pula aku memiliki satu alasan kuat bagiku untuk bertemu dengan para anggota Intelegensi Negara, karna itu saem, izinkan aku mengemban tugas besar ini.. aku mohon saem, aku siap membantumu kapanpun." Ungkapan Heeyeon yang terdengar begitu yakin dan dipenuhi keteguhan benar-benar membuat Jimin tak percaya bahkan lagi-lagi terkejut. Namja itu sama sekali tidak menyangka bahwa sosok Choi Heeyeon yang biasanya hanya tertarik pada pelajaran dibanding hal lain, kini bisa sangat tertarik dengan Pemerintahan dan juga kedua organisasi berbahaya tingkat SSS diseluruh dunia.
Sedangkan Hahyo sendiri yang tengah dilecehkan setelah ia melecehkan yeoja kutu buku didekatnya itu membuang napas berat dan mendecih. "Kau pikir semuanya semudah itu, Nona Choi?" desis Hahyo dengan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya. Bahkan saat Jimin melihatnyapun namja itu sampai merasakan suatu dejavu diwajah Hahyo, dan teringat begitu saja ekspresi teman dekatnya—Kim Taehyung saat sedang marah. "Jangan anggap remeh kedua organisasi berbahaya tersebut. Akan aku pastikan kau menangis ketakutan saat sudah bertemu dengan mereka berdua." Desis Hahyo kemudian,
Blam!
Dan setelahnya terdengar suara berdebum keras dari daun pintu yang ditutup dengan kencang dan penuh emosi. Jimin yang sudah paham kenapa Hahyo bisa bersikap semarah ini mulai membuang napas berat ditengah senyuman lebarnya. "Tolong maafkan temanmu itu, Nona Choi. Hidup yang dilewatinya akhir-akhir ini begitu berat, jadi tolong maklumi saja, arra?" bisik Jimin lembut begitu merasakan sosok Hahyo sudah jauh pergi. Heeyeon yang awalnya masih menatap daun pintu dimana Hahyo menghilang dan pergi penuh emosi dengan raut khawatir, kini mulai memandangi Jimin—sang guru dengan senyum manisnya.
"Arrasseo, saem. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan yeoja itu. Lagipula, dulu kami pernah bersekolah disekolah yang sama saat SMP. Jadi aku sedikit paham perasaannya.." jawab Heeyeon masih dengan senyumnya, membuat Jimin hanya mengangguk paham. "Ah ya, saem. Bagaimana dengan permintaanku? Apa aku bisa membantu saem untuk melaksanakan tugas berharga ini?"
.
.
BLAM!
"Wah, wah, ada apa gerangan Nona es? Kelihatannya wajahmu suram sekali hari ini, huh?"
"Diam kau, Mingyu. Jangan banyak bicara. Atau aku akan merobek bibirmu." Desis Hahyo penuh emosi pada sosok namja dengan jaket berkupluk yang menutupi nyaris seluruh kepalanya dan juga sebuah earphone yang terpasang dikedua telinganya. Kim Mingyu—namja yang disebut Hahyo tadi hanya melempar tawa lebarnya sembari mengangguk-angguk dan kembali memfokuskan dirinya pada sebuah buku komik ditangan sembari berbaring dengan santainya diatas sebuah balok semen berisi mesin pendingin dan penghangat ruangan yang ada diatas loteng.
Hahyo yang sudah mendapatkan situasi sunyi dan nyaman yang diinginkannya mulai menyandarkan tubuhnya disisi pinggiran balok semen yang diatasnya terdapat sosok Mingyu. Yeoja itu bahkan mulai menarik kedua lutut kakinya dan menyenderkan kepalanya diatas sana serta memeluk kedua kakinya itu erat-erat.
"Aku hanya ingin kedamaian dinegara ini. Kenapa semua itu sulit sekali terjadi.." bisik yeoja itu akhirnya sembari menenggelamkan wajahnya dalam di kedua sela-sela lututnya.
Mingyu yang kelihatannya sedang mendengarkan musik dan sangat asik membaca komik ditangannya mulai tertawa-tawa, "Buh! Dasar namja ini bodoh sekali! Dia sedang berperang melawan raksaksa! Hahaha, bodoh! Apa dia tidak tau bahwa raksaksa itu bukanlah tandingannya?! Boahahaha!" ucap Mingyu kemudian dengan gelak tawa yang sangat keras. Bahkan rasanya suara tertawa Mingyu akan terdengar keseluruh penjuru dunia saking kerasnya namja itu berteriak tertawa-tawa.
Hahyo yang merasa dunia disekitarnya kembali terdengar berisik dan tidak nyaman membuat yeoja itu berdecih kesal sembari menarik kepalanya untuk menengadah keatas dimana asal suara berisik itu berada.
"Ahahahaha! Bahkan para pemerintahan juga berniat untuk mengalahkan raksaksa itu?! Ah apa mereka semua tolol sekali ya?! Boahahahaha! Dasar para manusia tidak punya otak! Gyahahahahahaha!" dan teriakan tawaan Mingyu kembali terdengar lebih nyaring membuat Hahyo mulai menutup kedua telinga dengan tangannya erat-erat.
"Dasar namja sialan.." desis Hahyo setelahnya dengan gigi-giginya yang bergemeletuk keras. Mingyu yang tentu saja tidak mendengarnya—karna terlalu asyik tertawa-tawa keras dengan earphone ditelinganya, tetap asik dengan kegiatannya. Dan rasanya, sependengarannya Hahyo, suara tawa Mingyu yang semakin lama semakin keras membuat otak yeoja itu memanas menahan emosi. Belum lagi Mingyu selalu membicarakan soal pemerintah dan manusia-manusia bodoh yang mencoba menghancurkan sesosok raksaksa. "Dasar pengganggu. Kau bahkan sekarang terlihat seperti namja busuk dari salah satu anggota White Crow yang dulu pernah aku temui, Kim Mingyu jelek." Desis Hahyo lagi-lagi mengeluarkan emosi kekesalannya karna Mingyu terus saja berteriak dan tertawa-tawa memaki tokoh-tokoh yang ada dalam komik yang dibacanya.
"Ahahahaha kalian memang bodoh sekali! Membuat aku muak saja! Aah~" hingga setelahnya sebuah helaan napas berat terdengar dari mulut seorang Kim Mingyu, Hahyo mulai tergelak kaget dan langsung menenggelamkan wajahnya kedalam kedua sisi lututnya lagi untuk berpura-pura tidur atau apapun. Karna yeoja itu sangat yakin kalau Mingyu baru saja melepas earphone dan juga meletakkan komik yang dibacanya. "Manusia itu benar-benar makhluk yang menyusahkan bukan, Kim Hahyo?" bisik namja dengan kulit tanned dan surai abu-abu itu dengan suara parau seakan sedang berdesis tajam.
"Hey, Mingyu."
Hahyo yang mendengar Mingyu mengajaknya berbicara hanya diam. Yeoja itu mengangkat kepalanya pelan, dan memusatkan pandangan matanya lurus kedepan, dimana terdapat sosok yeoja dengan surai rambut yang terlihat seperti warna ice cream, ikut menatap kearahnya dengan sebuah polesan bibir plumnya yang melengkung kebawah membentuk huruf n dan terlihat kesal. Hahyo mulai memicingkan kedua matanya tajam, "Siapa dia, Mingyu? Aku rasa yeoja itu bukan murid disekolah kita." Ujar Hahyo dengan suara pelan. Mendengar pertanyaan tersebut, Mingyu mulai mengoles senyum dibibirnya.
"Yah, entahlah Hahyo. Bukankah seharusnya kau sudah mengenalnya sejak lama?"
Deg!
Baru saja yeoja itu mencoba untuk bangkit, tiba-tiba ia sudah dikejutkan dengan sosok wajah bertopeng yang dulu pernah ditemuinya namun memiliki suara yang sangat persis dengan namja yang berada dibelakangnya saat ini. Dan yang lebih membuat Hahyo kaget bukan main, sosok wajah bertopeng itu kini memperlihatkan matanya yang hitam legam bagaikan sesosok hantu juga dengan taring-taring giginya yang tajam. "Kau.." desis Hahyo tercekat saat melihat apa yang selama ini paling tak disukainya kini kembali berada didepan kedua matanya.
"Halo, anak bungsu dari keluarga kepolisian Kim terkenal. Masih ingat padaku?" bisik namja bertopeng putih corak merah setengah wajah tersebut dengan senyuman lebar. Membuat Hahyo kembali membulatkan kedua matanya dengan debaran jantung yang semakin cepat ketika kilatan-kilatan memori masa lalunya melesat dengan cepat menguasai ingatannya. "Nyaha! Dan dari ekpresimu itu menjelaskan bahwa kau masih mengingatku! Gyahahaha! Dasar manusia lemah! Seharusnya sejak dulu ku bunuh saja kau dan kakakmu yang brengsek itu!" gertak Mingyu kemudian dengan raut amarah dan taringnya yang semakin tajam. Bahkan kini kuku-kuku jarinya pun mulai memanjang membentuk sebuah cakar setajam pedang.
"Nomor 5, hentikan. Bukankah ketua menyuruh kita untuk membawa tubuh yeoja itu hidup-hidup? Berhentilah bermain kasar dan masukan kembali shield mu. Kau membuat sandera kita ketakutan." Suara intrupsi terdengar, membuat Mingyu mulai mengambil alih tangannya kembali ketempatnya juga kembali menghilangkan sosok sebenarnya dari seorang Kim Mingyu yang baru saja ia perlihatkan. Meskipun sosok Mingyu kini sudah kembali terlihat seperti manusia, namun kelihatannya raut kaget dan ketakutan akan trauma masa lalu masih belum sirna diwajah seorang Kim Hahyo.
"Baik baik! Terserah apa katamu nomor 6. Geh, apa dimana-mana perempuan itu tukang perintah ya?" dengus Mingyu sembari namja itu menggerakkan telapak tangannya tepat didepan wajah Hahyo. "Baiklah, nona es. Sudah waktunya bagimu untuk tidur siang~" hingga kemudian sebuah cahaya kemerahan muncul dari telapak tangan Mingyu, membentuk sebuah lingkaran transparan dan akhirnya Hahyo mulai memejamkan kedua matanya, terlelap dengan raut ketakutan.
To be continue
Notes: ini fanfiction pertama aku di maaf kalau ga memuaskan minna! Tapi aku mohon review dikiit aja hehe aku akan sangat menghargai komentar kalian nyan! Salam manis dari ku ^^
