Melodi itu mengalun lembut.
Melodi alam dengan semua kealamiannya.
Seluruh alam seakan bersenandung pilu bersamanya.
Bersuka cita di balik alunan sendu itu.
Bukan,
Bukannya ia sedang bersedih.
Ia hanya menikmati lantunan sendu yang indah itu
..
..
..
BTS YOONMIN STORY
MY SUN
JiminxYoongi.
Boys Love, Mpreg, Fluffy, Absurd, I already warn you guys, so Don't Like Just Don't Read.
..
..
..
..
Ia hanya bisa termenung memandang langit sendu nan kelabu. Luka lama kembali mengiris pilu hatinya kala kenangan itu kembali mengisi kepala pirangnya. Kenangan tentang masa lalunya, tentang cintanya. Cintanya yang salah meski cinta itu sendiri tak pernah salah. Dan akibat dari kesalahan itu yang membuatnya menderita di masa lalunya. Ia bahkan sudah meminta maaf akan hal yang bukan sebuah kesalahannya. Ia menangis meraung atas ketidak-adilan itu. Ia terluka akan hujaman kata kasar dan perilaku kasar yang diterimanya, ia bahkan sekarat karena dikucilkan. Namun kini setelah dipikirkannya, alangkah percumanya ia bersikap sendu seperti sekarang. Matahari indahnya telah memunculkan pelangi setelah hujan. Matahari indahnya sedang tersenyum di hadapannya dan sedang memandangnya.
"Oh ayolah Yoongi hyung, besok sudah hari pernikahan kita dan kau bersikap melankolis seperti gadis perawan saja."
BUUGHH!
Sebuah bantal melayang tepat ke kepala si matahari yang kini meringis sakit.
"Hyung! Kau ini… lama-lama benar juga apa yang dikatakan Taehyung, aku jadi masokis bila bersamamu." Gerutu sang matahari.
"Lalu apa? Kau menyesal bersamaku dan mau meninggalkanku?!"
Uh-oh, agaknya Yoongi memang sedang melankolis dan sensitif, buktinya kini ia sudah menatapi mataharinya dengan kedua bola mata yang berlinangan air mata.
"Hyung… Min Yoongi…" panggil sang matahari dan menatap kekasih hatinya itu penuh pengertian lalu kemudian memeluk tubuh mungil kekasih pirangnya. "Sudah kah aku mengatakan untuk berhenti berpikiran buruk dengan kepala mungilmu ini? Kepala mungil yang keras kepala, sudah berapa kali kupastikan padamu bahwa aku takkan melakukan kesalahan yang sama dengan masa lalu milikmu itu. Aku, Park Jimin takkan pernah meninggalkan Min Yoongi mungil yang keras kepala yang akan selalu menjadi pemenang hatiku sampai maut memisahkan kami." Jimin mengelus pelan punggung Yoongi yang kini sudah berhenti bergetar.
"Apa kau sedang berlatih kata-kata untuk di depan pastur nanti?" kini kedua mata yang sudah berhenti mengeluarkan air mata itu mengerjap polos menatap kekasih hatinya yang termenung mendengarkannya.
"Hari ini perasaanmu sedang campur aduk ya? Sensitif, marah, merasa akan ditinggalkan dan sekarang kau bertingkah menggemaskan seperti ini…" perlahan tangan Jimin beralih ke perut rata Yoongi dan mengelus perut rata itu penuh sayang. "Begitu besarnya pengaruh bayi kita akan suasana hatimu." Dan Jimin terkekeh geli di akhir kalimatnya.
"Maaf…" gumam Yoongi.
"Tak apa, aku mengerti." Jimin masih saja asik dengan kegiatannya.
"Tapi tadi aku kasar sekali." Yoongi mulai merengut sedih saat Jimin masih saja belum melihat ke arahnya.
"Kalau kau bersungguh-sungguh, kecup aku." Sebenarnya tadinya Jimin hanya akan meminta dielus saja, tapi melihat bibir yang mengerucut sedih itu membuat Jimin tak tahan ingin dikecup.
Yoongi, dengan wajah yang merona matang itu kini mendekat dan dengan perlahan mengikis jarak antara dirinya dan Jimin untuk mengecup bibir kekasih hatinya yang terasa begitu pas di bibirnya.
"Aaa! Yoongiku manis sekali!" setelah dikecup dan melihat rona kemerahan itu Jimin dengan gemasnya memeluk tubuh Yoongi. "Nah, sekarang ceritakan padaku apa yang membuatmu menangis dan murung sedari pagi tadi." Pinta Jimin yang memang sudah memerhatikan wajah murung Yoongi sedari pagi.
"Entah, kau tahu 'kan kalau hujan itu selalu penuh dengan kenangan… kenangan dengan pacar terakhirku kembali menyeruak begitu saja dan kau tadi berkata seolah akan meninggalkanku… dan aku menangis begitu saja." ujar Yoongi dengan terbata-bata dan sedikit malu mulai menyergap.
"Ah Yoongiku. Aku bersumpah dengan setiap aliran nafasku, aku akan berada di sampingmu, mencintaimu dan selalu merengkuhmu dan juga anak-anak kita di masa depan. Jadi berhenti berpikiran yang rumit dan kembali masuk ke pelukanku!" ujar Jimin dengan nada tak mau dibantah di akhir kalimatnya.
Kalimat penenang yang membuat Yoongi kembali meringkuk nyaman di dalam pelukan Jimin, entahlah… persiapan pernikahan, pesta yang akan diadakan besok, kehamilannya dan juga hujan sialan yang membangkitkan kenangan membuat Yoongi terlalu sensitif. Tapi setidaknya Jiminnya, matahari cerahnya akan selalu di sampingnya untuk menghangatkan dan menenangkannya.
"Oh rasanya aku begitu bodoh telah berpikiran seperti itu." Yoongi yang kembali didera rasa malu makin melesakkan dirinya ke dalam pelukan Jimin.
"Memang. Dan sudah cukup untuk hari ini, kita harus beristirahat sekarang juga karena besok kita memiliki hari penting yang akan melelahkan untuk dilalui jika kita tak segera tidur." Jimin semakin menyamankan pelukannya terhadap Yoongi.
"Tapi aku tak mau tidur di sofa, kasihan anak kita…" ujar Yoongi mengingatkan Jimin jika mereka masih berada di atas sofa di ruang tamu.
"Oh iya, anak kita." Jimin yang sebenarnya sudah nyaman itu malas berpindah ke kamar mereka namun benar juga apa yang dikatakan Yoongi, calon buah hatinya butuh tempat yang lebih nyaman lagi untuk beristirahat, maka dari itu Jimin kini merengkuh tubuh mungil Yoongi untuk membawanya masuk ke dalam kamar mereka.
"Kau tak perlu menggendongku seperti ini, aku masih bisa berjalan." Gerutu Yoongi.
"Anggap saja aku sedang latihan untuk besok." Jimin hanya tersenyum kecil menanggapi gerutuan Yoongi.
"Dengan lengan sekekar ini? Dan dengan tubuhku? Oh Park Jimin, kau lucu." Gerutuan itu makin berlanjut.
"Terima kasih atas pujiannya sayangku, aku tahu aku kekar dan kau pun tahu jika dirimu mungil. Ah! Mengerucut seperti itu lagi, kugigit kau!" Jimin makin terkekeh kala melihat Yoongi melirik sinis padanya sembari menutupi bibirnya.
"Kugigit balik!" Yoongi makin sinis.
"Seperti berani saja." Balas Jimin.
"Oh, kau lupa kalau aku sanggup melakukan kekerasan apapun padamu." Sahut Yoongi.
"Dan menjadikanku masokis karenanya. Lebih baik kita berhenti sayang, kita butuh tidur." Dan begitu mereka memasuki kamar mereka, Jimin dengan perlahan membaringkan tubuh Yoongi dan menyusul untuk berbaring bersama Yoongi. "Selamat tidur, Yoongiku dan buah hati mungilku." Jimin menarik selimut untuk menyelimuti tubuh keduanya.
"Selamat tidur juga Jiminku, dan buah hatiku." Sahut Yoongi yang menyamankan letak selimut sembari satu tangannya menyusup masuk ke selimut untuk menggenggam tangan Jimin yang sudah terlebih dahulu mengelus perutnya.
Ah, mari biarkan mereka beristirahat.
..
..
..
FIN, END, KKEUT!
..
..
..
Ahahahahaha *ketawa canggung*
Tiba-tiba aja saya kepengen nulis cerita ini setelah foto fansign Yoongi pakai wedding veil, Yoongi sakit, terus terus Yoongi yang bawain jas Jimin di perfom Gayo kemarin. Emang sih absurd, tapinya delulu saya bersinar terang, Yoongi kelelahan, hamil *plak* dan istri yang baik! *dipiting*
Ehiya, saya ada bilang lagi nulis cerita BTS yang gak kelam dan gak sedih 'kan? Bukan yang ini ya ceritanya, ini serius fresh from the oven, baru selesai ketik pake banget.
Jadi, selamat menikmati!
