Jangan Takut, Aku Disini Untukmu. . .
Setiap hari, aku melihat bungaku menangis, penyebabnya adalah orang itu, ya, dia membuat Sakura-ku, menderita sepanjang hari. Aku mungkin bisa saja membunuhnya pada saat itu, asalkan Sakura tidak menghalangi tujuanku itu.
Aku begitu kasihan melihat bungaku, menangis Cuma karena dia itu, si pengkhianat Konoha, yang sekarang telah tewas dalam perang shinobi ke 4. Naruto-lah yang mengalahkannya, bukan aku. Aku senang begitu mendengar berita itu, tapi Sakura tidak.
2 minggu setelah perang, aku melihat dia keluar dari rumah, berlari dari antara kerumunan orang. Aku mengikutinya sampai dia berhenti di tempat latihanku.
Aku cepat-cepat sembunyi di antara semak-semak.
Sedang apa dia disini?
Waktu itulah dia mulai menitikkan air mata. Dia menangis rupanya.
Karena tidak tahan melihat dia terus menderita, aku keluar dari tempat ku bersembunyi. Dia kaget awalnya dan mengatakan kenapa kau ada disini. Aku menjawab,
"Aku sedih melihatmu terus menderita seperti itu."
". . . !"
"Tapi. . .,", aku memeluknya dengan halus dan pelan-pelan.
"Jangan takut. Aku disini untukmu."
Aku menantikan jawaban yang sangat melukakan hatiku dan mendengar suara teriakkan yang juga membuatku frustasi. Aku juga menantikan dorongan dari pelukanku. Tapi, tidak ada. Ini membuatku bingung juga panik.
"S-S-Sakura?"
Dia tidak menjawabku, dia justru mempererat pelukannya. Air matanya membasahi bajuku, tapi mulut yang biasanya terus tertutup dan hanya mengartikan kesakitan. . . tersenyum.
Dia mendongakkan kepalanya, melihat kearahku. Tentu aku dengan pipi merah, menatap balik juga.
Senyum tulusnya, wajah bekas menangisnya, terpancar kepadaku. Dia mendorongku jatuh ketanah, dengan dia yang berada di atasku.
Cuup.
Dia menciumku. Tepat di bibirku.
"Terima kasih, Lee."
