Before Sunrise You Are Mine
Sequel Enchanted
Disclaimer: I Own Nothing
Multi Chapter
Review and Enjoy!
.
.
.
.
Bagian 1
Gemerlap lampu gantung menghiasi ruang mewah itu. Alunan music jazz pun menggema di seluruh sudut ruangan. Sekumpulan orang-orang menggunakan gaun dan tuxedo mahal sedang tertawa dan berbagi sampanye. Tidak jauh dari kumpulan orang itu, seorang pemuda dengan tuxedo putih tampak kurang nyaman dengan suasana di sekitarnya. Sesekali dia merenggangkan kerah leher kemejanya. Sekelilingnya tampak silau, entah itu karena perhiasan yang digunakan wanita-wanita di pesta ini atau karena alkohol yang tadi diminumnya. Pemuda itu mencoba mencari sosok sahabatnya di antara kerumunan orang-orang 'fasis' ini. Ia berjalan sambil celingak-celinguk mencari pemuda dengan rambut gelap. Merasa tidak berhasil menemukannya, ia lalu duduk di kursi yang terletak di pinggir ruangan. Sesekali melihat ponselnya. Memeriksa jam.
"Ah, di sini kau rupanya," ujar suara baritone yang berat. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat sosok yang sangat dipujanya.
"Paman Iruka,"
Pria itu lalu mengambil tempat di sampingnya dan mengangkat jarinya sebagai isyarat pada pelayan untuk mengambilkan mereka minuman.
"Di mana tunanganmu?" Tanya pria itu.
"Dia tadi ikut Sakura ,sedang berbincang bersama wanita-wanita sosialita itu," ujarnya lalu meraih gelas yang ditawarkan pelayan dari nampan.
Iruka memandangnya lama. Ada sesuatu yang ia sedang pikirkan. Dan tentu saja mengenai pemuda di sampingnya itu.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya.
Pemuda itu lalu menatapnya heran, "Tentu saja, kenapa tidak?"
Iruka lalu menatap lurus ke depan. Menyaksikan orang-orang dihadapannya saling bercengkrama.
"Entahlah," ujarnya akhirnya. "Ada sesuatu yang sepertinya mengganggumu,"
Naruto tertawa hambar dan menyesap sampanyenya. "Tidak, hanya agak gugup saja. Dalam beberapa bulan aku akan menikah,"
"Yah, pastinya kau gugup. Tapi, kau menikahi wanita impianmu," ujar Iruka lagi.
'Ya, wanita impian,' pikir Naruto sambil menatap kilauan dari cairan yang baru saja diminumnya.
'Ah, memang benar aku minum terlalu banyak sampanye,' pikir pemuda itu. Ia harus cepat-cepat pulang. Setelah sekian lama duduk dan berbincang dengan Iruka, ia pun memutuskan untuk mencari tunangannya itu. Ia melihat ke kanan dan ke kiri. Mencari sosok yang terus menemaninya selama beberapa tahun terakhir ini. Sayangnya ia tidak menemukan sosok itu. Ia masuk terlalu dalam di kerumunan orang-orang. Ia merasa agak pusing. Namun, pandangannya tiba-tiba fokus. Seakan-akan langsung sadar dari perasaan pusing itu. Sekilas ia melihatnya. Ia sangat yakin itu dia. Dengan gaun berwana putih. Naruto pun mengikuti jalan yang tadi dilewati perempuan itu. Sedikit menyambar orang yang menghalangi. Tentu saja ia tidak lupa untuk meminta maaf, jika ia tidak melakukannya bagaimana reputasinya nanti. Naruto terus berjalan sampai akhirnya ia tiba di depan pintu keluar. Ia menghela nafas singat. 'Tentu saja itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,' pikirnya. Sesaat ia ingin berbalik, sebuah tangan kecil menyentuh pundaknya perlahan. Dia agak terkejut, walaupun tanpa ia ingin akui sedikit sedih melihat sosok dihadapannya.
"Hei, kau baik-baik saja?" Tanya perempuan itu. Perlahan jemari kecilnya turun dari pundak dan menggenggam tangannya sendiri. Naruto menatap jemari mereka yang sedang bertautan. Ia melihat cincin di jari manis perempuan itu. 'Ya, benar. Aku memilih untuk menikahi wanita ini,' pikirnya. Ia pun tersenyum. Jemarinya perlahan membelai helaian rambut wanita itu lalu menangkupkan telapaknya di pipinya. Wanita itu tersenyum. Senyuman yang sangat ia sukai.
"Aku akan pulang dengan Sakura sekalian mencoba gaun pengiring pengantin di apartemennya. Aku tahu kau masih ada urusan di sini, karena aku tidak ingin mengganggu Sakura menawarkan untuk pulang bersamaku," kata wanita itu.
Naruto mengangguk mengerti. Ia pasti aman bersama Sakura.
"Baiklah, hati-hati ya," ujarnya lalu mengecup lembut kening wanita itu. Kecupan di kening itu disambut dengan kecupan malu-malu di pipi Naruto. Dan dengan itu, wanita kesukaannya itu menghilang di antara kerumunan orang.
Naruto kembali masuk ke dalam ruangan. Sesekali bercengkrama dengan para pebisnis di tempat itu. ia tersenyum sopan. Mengamati perbincangan dengan serius. Namun, fokusnya buyar seketika melihat di sudut lain ruangan perempuan bergaun putih itu sedang memandang sekeliling ruangan, meletakkan gelas sampanye, dan berangkat dari tempat itu menuju pintu keluar. Tidak ingin kehilangan kesempatan seperti tadi, ia segera pamit dan melangkah cepat mengikuti wanita itu. Ia melihatnya sedang menuju sebuah sedan hitam. Ia pun berlari menyusulnya, sebelum perempuan itu masuk ke dalam mobil.
Ia sampai tepat waktu, sesaat wanita itu membuka pintu mobil tangan besarnya menahan pintu itu. Membuat si wanita sedikit terkejut. Ia pun berpaling menatap siapa yang menahannya itu. Sekeita seulas senyuman menyinggung wajah wanita itu. Naruto pun tersenyum melihatnya. Senyuman yang sangat familier tapi juga sangat asing. Senyuman yang ia rindukan.
"Hei," ujar Naruto.
"Hai," balas wanita itu.
Dun Dun DUUUNNNNN
Yah, pasti kalian bisa menebak siapa wanita itu. Tentu saja sih, alur ceritanya agak "keju". Anyway ini Sequel dari Enchanted. Maaf kalau bagian ini sangat amat super duper pendek. Itu karena aku masih kesulitan menemukan ide untuk melanjutkan cerita ini. But anyway, mohon di review ya kawan-kawan. Review kalian adalah semangatku (tjiee). Do not forget to enjoy the story.
TEEHEE
