Sacrifice

By: Marchioness Phantomhive

Rate: T

Ini pertama kalinya saya membuat fanfic. Mohon maaf bila terdapat kesalahan. Selamat menikamti! :D

"…" kata-kata yang diucapkan

'…' pikiran

Disclaimer: Ini adalah fanfic dari karya Toboso-sensei: Kuroshitsuji.

.

.

Elizabeh Midford, seorang gadis bangsawan yang akan berulang tahun kelima belas. Tunangannya, Ciel, mengadakan pesta dansa kecil di manor house-nya. Saat sedang menikmati pesta yang menyenangkan itu, terjadi sesuatu yang akan mengubah segalanya…

-Sacrifice-

Prologue:

Aku… aku sangat menyukai Ciel. Aku menyukai senyumnya yang menawan. Kami selalu bersama sejak kami masih kanak-kanak. Aku sangat menikmati hari-hari indah itu. Walaupun lebih tua satu tahun darinya, aku tidak peduli. Yang penting Ciel bahagia, itu sudah cukup.

-Sacrifice-

Bab 1: Persiapan Pesta Dansa

"Cepat Paula! Cepat!" teriak gadis berumur 14 tahun kepada pelayan pribadinya, Paula.

"Baik, Nona Elizabeth!" jawab Paula sambil berlari tergesa-gesa menuju kereta yang berada di luar gerbang Midford Manor House.

"Cepat, nanti kita terlambat!" kata Elizabeth, "perlu waktu 3 jam penuh untuk ke Phantomhive Manor!"

"Hup!" Paula melompat naik ke dalam kereta. Jarang sekali seorang maid dapat melompat dengan lincah seperti Paula. Kusir melecut kudanya. Kereta kuda pun meluncur menyusuri jalan panjang dipenuhi pepohonan rindang menuju Phantomhive Manor yang letaknya lumayan jauh.

"Semua sudah lengkap, Paula?" tanya Elizabeth kepada pelayannya yang duduk di hadapannya.

"Sudah, nona," jawab Paula tenang dengan senyum senang, "anda sangat menanti-nanti datangnya hari ini."

"Tentu saja!" jawab Elizabeth. Matanya berbinar-binar seakan-akan melihat sebuah gaun cantik yang dirancang oleh Nina Hopkins, designer tersohor pada zaman itu. "Sudah beberapa bulan aku tidak bertemu dengannya."

"Betul," jawab Paula sambil tersenyum. Ia sangat menghormati nonanya. Menurutnya, Elizabeth adalah seorang gadis yang hebat dan tak tertandingi kecantikannya dan bakatnya dengan gadis-gadis lain.

"Tetapi, jarang sekali Ciel mengadakan pesta dansa seperti itu," kata Elizabeth sambil melihat pepohonan rindang yang berjejer rapi menyegarkan mata. Mata hijau fancy sapphire-nya terlihat kosong, "pasti ia sedang melakukan tugasnya sebagai anjing penjaga ratu."

"Tetapi, nona diundang," kata Paula sambil berpikir, "tidak mungkin Tuan Ciel mengundang nona ke pesta dansanya jika pesta dansa itu dimaksudkan untuk melaksanakan tugas sebagai anjing penjaga ratu. Itu akan membahayakan nona. Pasti, Tuan Ciel memikirkan dulu resiko yang akan terjadi jika ia mengundang nona ke pesta yang berbahaya seperti itu."

Mendengar itu, wajah Elizabeth memerah. Ia senang Ciel memikirkannya. Paula tersenyum senang melihat nonanya bertambah antusias dengan pesta yang diadakan tunangannya. Kereta melaju dengan mulusnya melewati jalan yang berliku-liku.

'Hari yang menyenangkan,' pikir Elizabeth dengan hati yang berbinar-binar.

-Sacrifice-

"Semua persiapan sudah selesai, Sebastian?" tanya seorang remaja lelaki 13 tahun kepada butler-nya, Sebastian. Jika seseorang pertama kali melihatnya, ia pasti mengira remaja ini pasti remaja yang egois, angkuh, dan sinis. Walaupun wajah tampannya menyiratkan bahwa remaja ini adalah seseorang yang baik hati dan periang, tetapi ekspresi menyeramkannya mengubah total pendapat itu, ditambah penutup mata hitam seperti bajak laut di mata kanannya menambah kesan bos mafia kecil yang bermartabat.

Remaja ini adalah Earl Ciel Phantomhive, kepala keluarga Earl Phantomhive yang bekerja sebagai C.E.O Funtom Company dan anjing penjaga ratu (pekerjaan ini dirahasiakan dari hadapan public). Ia juga mengatur dunia hitam yang kerap dijuluki Underground Society, menjaga eksistensi dunia ini agar tidak terekspos di dunia putih.

"Sudah selesai, tuan muda," jawab Sebastian sambil membungkuk dengan menangkupkan tangan kanannya di dada. Ia pun berdiri tegak. Mata Spinel si butler bertatapan dengan mata Blue Sapphire tuan mudanya.

"Kalau begitu, cepat keluar. Aku ingin menikmati ketenangan sejenak sebelum menghadapi kebisingan yang menanti," kata Ciel datar.

"Tuan muda pandai sekali berbohong," kata Sebastian sambil terkekeh kecil. Ciel yang baru saja membuka koran pagi langsung menurunkannya den mendelik sinis kepada Sebastian. Ada rona merah kecil di sekitar pipinya.

"Apa maksudmu?" tanya Ciel dengan sinisnya.

"Tidak ada," jawab Sebastian sambil tersenyum penuh arti. Ia pun melanjutkan, "Jarang sekali tuan muda mengadakan pesta dansa jika tidak ada perintah dari Yang Mulia Ratu."

Ciel terdiam sejenak. Ia memikirkan kalimat-kalimat singkat dan terdengar ketus untuk menjawab pertanyaan butler-nya. Ia tidak ingin perasaan yang sebenarnya terekspos, walaupun ia tahu Sebastian mengetahui yang sebenarnya.

"Itu tugasku untuk membuat tunanganku senang," kata Ciel datar.

"Oh," kata Sebastian tersenyum yang lebih tampak seperti seringai, "anda perhatian sekali terhadap Nona Elizabeth."

Ciel tidak dapat membalas kata-kata Sebastian. Ia memutar kursinya hingga memunggungi Sebastian dan mengangkat korannya. "Bawakan aku Elevenses. Aku lapar."

"Baik," jawab Sebastian sambil membungkuk rendah seperti yang sering ia lakukan. Ia pun keluar dari ruang kerja Ciel, meninggalkan Ciel yang mengumpat-umpat parau.

-Sacrifice-

Toplak… Toplak…

Suara sepatu kuda terdengar semakin lama semakin keras. Mey Rin, Finny, dan Bard berteriak kegirangan mendengar itu.

"Akhirnya tamu-tamu kita datang!" teriak Bard girang, "aku sudah membuat makan siang yang spektakuler, bahkan Sebastian akan tercengang-cengang melihat apa yang telah kubuat!"

"Aku telah membersihkan seluruh manor house!" kata Mey Rin tak mau kalah, "Nona Elizabeth pasti kaget dengan kilauan dari perabot yang kubersihkan!"

"Taman yang sudah kupangkas tidak akan kalah dengan segala sesuatu yang kalian kerjakan!" kata Finny dengan mata menantang, "White Rose yang tuan muda sukai sudah kubenahi hingga taman itu terlihat lebih indah dari yang Sebastian kerjakan!"

"Ho ho ho," terdengar tawa dari Pak Tanaka di ujung ruangan sambil menyeruput teh hijau ala Jepang yang sangat ia senangi.

"Kalau begitu, kerjakan dan buktikan itu sekarang," terdengar suara berat sinis berbicara dengan keras dari arah pintu dapur. Bard, Mey Rin, dan Finny bergidik mendengar suara itu. Mereka perlahan menoleh ke arah pintu dapur. Sebastian berdiri tegak dengan kaku di ambang pintu.

"Halo, Sebastian," kata Bard takut-takut. Mey Rin dan Finny hanya bisa tersenyum takut-takut. Mereka berkeringat dingin.

"Persiapan sudah selesai," kata Sebastian. Ia berjalan mendekati mereka bertiga. Wajah Mey Rin menjadi merah padam, kedua temannya tidak menyadari perubahan ini. Mey Rin dengan segenap tenaganya menahan dirinya untuk tidak berteriak.

"Kalau kalian sedang senggang," kata Sebastian bergetar menahan emosi, "bersiaplah untuk menyambut tamu-tamu kita! Khususnya Nona Elizabeth yang menjadi tamu utama kita!"

"Baik!" jawab ketiga pelayan itu dengan segera. Mey Rin langsung berkeringat dingin, jantungnya tidak lagi berdebar kencang. Langsung saja, mereka bertiga berlari meninggalkan dapur menuju kamar mereka masing-masing untuk mengganti pakaian mereka dengan yang terbaik. Sebastian menghela napas panjang melihat mereka bertiga.

"Pak Tanaka dapat melakukan apa yang anda mau," kata Sebastian, "atau anda juga ingin menyambut tamu-tamu?"

"Ho ho ho," jawab Pak Tanaka sambil berjalan keluar membawa gelas tehnya menuju kamarnya, seperti yang lain, mengganti pakaiannya dengan yang terbaik.

"Baiklah," kata Sebastian, "saatnya membuat Elevenses. Apa sebaiknya saya membuat Gateau Chocolate kesukaan tuan muda?"

Setelah berpikir sebentar, Sebastian memutuskan apa yang akan ia buat. Ia mulai mengeluarkan bahan persiapan untuk Elevenses tuan mudanya. Setelah itu ia berjalan menuju Hall dan menyambut tamu-tamu pesta dansa. Elizabeth belum juga datang. Sebastian tahu itu, karena Elizabeth sangat senang membeli gaun baru untuknya dan Ciel. Sebastian mengantar tamu-tamunya ke Guest Room yang telah ditentukan. Ia pun melanjutkan pembuatan Elevenses-nya.

.

-Bersambung-

.

Sedikit kesan dari penulis:

Howaaaaa, ini pertama kalinya saya membuat fanfic. Terima kasih karena sudah membaca fanfic kecil buatan saya *membungkuk rendah dan berlutut bahagia*.

Saya tahu ada banyak kekurangan dari fanfic saya, tolong beri kritik dan saran kepada saya agar saya dapat mengembangkan cerita ini.

Sebenarnya banyak yang saya mau tulis, tapi ya, segini saja dulu. Terima kasih banyak!

PLEASE REVIEW