A/N: Fic ini merupakan projek yang memadukan 2 webnovel bergenre issekai [A Realist Hero's Kingdom Reconstruction Chronicle & Modern Weapons Cheat in Another World]. Adapun kemiripan plot yang dimiliki oleh Fic ini merupakan murni penyesuaian. Sedangkan untuk even-even yang terjadi di Fic ini merupakan ide dari Ane. Selebihnya merupakan sumber referensi yang Ane gunakan untuk kepentingan Fic ini.

.

.

.

Kekacauan semakin merebak.

Pasukan [Krisna] & [Blok Barat] saling bertukar serangan. Letusan artileri terjadi hampir setiap jam, dan meninggalkan kerusakan yang tidak sedikit.

Lebih dari 6 ribu tank, 10 ribu meriam sihir, 3 ribu [Wyvern Knight] dikerahkan oleh [Rasis Barat], untuk menginvasi [Krisna]. Sementara itu, [Krisna], yang telah menerima informasi dari seorang mata-mata yang berbasis di [Ayyubiya], telah mengantisipasi serangan tersebut.

Setelah berhasil merebut [Dinding Mizorom], yang merupakan batas wilayah antara [Krisna] dengan [Ayyubiya], 160 divisi tempur [Blok Barat] hampir dipaksa mundur oleh Pasukan [Krisna]. Sedikitnya, lebih dari 30 ribu orang terbunuh, belasan ribu luka-luka, dan sisanya hilang.

Namun, hal itu tidak menyurutkan niat [Rasis Barat] untuk menguasai seluruh wilayah [Krisna]. Mereka terus merangkak maju, melibas sisa-sisa pasukan lawan, dan mulai menjarah desa maupun kota, yang mereka lewati.

Akan tetapi, ada satu hal yang sangat tak terduga bagi [Rasis Barat]. Ketika pasukan mereka berhasil mencapai desa atau kota, mereka langsung disambut oleh lautan api yang sangat dahsyat & membakar habis semua ada di dekatnya. Setelah padam, mereka malah tak menemukan satupun mayat di dekat reruntuhan maupun puing bangunan. Dan saat mereka lengah, ratusan proyektil artileri pun langsung 'menghantam' mereka dari segala arah.

Sulit menjelaskan berapa banyak korban jiwa di pihak musuh. Namun yang jelas, mereka menderita kerugian yang tidak sedikit.

Para pemimpin [Rasis Barat] dibuat murka. Mereka memberi perintah kepada semua bawahannya untuk membunuh siapapun yang mereka tangkap. Namun lagi-lagi, mereka tidak berhasil menemukan satupun warga sipil di wilayah yang berhasil mereka kuasai.

Di lain pihak, 'Raja Namikaze', yang baru memerintah selama 6 bulan, mulai menerapkan kebijakan 'levée en masse'.

'Levée en masse' atau 'mass army' merupakan konsep wajib militer berskala nasional atau universal, yang dimana setiap elemen dalam masyarakat harus berkontribusi—demi kepentingan perang.

Pria dalam rentang usia tertentu, khususnya yang masih sehat, menjadi tentara. Sedangkan sisanya, harus mendukung kepentingan perang tersebut dengan membuat senjata, pakaian perang, maupun kebutuhan logistic militer yang lainnya.

Berkat kebijakan itu, [Krisna] dalam waktu yang singkat, mampu memiliki kekuatan militer dalam jumlah yang besar & mampu menandingi kekuatan negara adidaya yang lainnya, seperti [Kekaisaran Indra] maupun [Persemakmuran Kerajaan Asura].

Di awal bulan ke-7, tahun 766. Pasukan [Blok Barat] yang dipecah menjadi 3 kekuatan tempur, berhasil mencapai salah satu kota penting di [Kerajaan Krisna]. Dan mereka terus bergerak maju dengan kekuatan penuh.

Di lain sisi, perlawanan rakyat [Krisna] menjadi semakin kuat. Dan ketika pasukan [Blok Barat] hendak menyerang kota, kejutan tak menyenangkan pun menunggu mereka. Ratusan peluncur roket yang merupakan versi upgreat dari [BM-13], [Neo-Katyusha], menghujani pasukan [Blok Barat] hingga bertubi-tubi.

Bagi tentara [Blok Barat], suara proyektil yang melesat dari moncong [Neo-Katyusha] amat menakutkan karena saat menghantam daratan, fragment yang berasal dari roket tersebut menyebarkan serpihan logam ke berbagai arah & itu cukup efektif untuk menghancurkan tank lapis baja atau kendaraan taktis milik musuh.

Namun, tak ada yang bisa menghentikan invasi [Blok Barat] ke wilayah [Krisna].

Pada pertengahan bulan ke-6, mereka telah mencapai [Kota Vulga], sebuah kota yang dilalui oleh sebuah sungai yang memisahkan dua daratan utama di [Kerajaan Krisna].

Selama hampir 1 bulan, kota ini digempur habis-habisan oleh [Rasis Barat]. Namun, rakyat [Krisna] tak mau menyerah begitu saja. Mereka tetap berjuang di antara puing-puing rumah & reruntuhan kota yang telah ditinggalkan.

Meskipun mereka berhasil menghancurkan sebagian besar fasilitas yang ada di dalam kota, pasukan [Blok Barat] masih kesulitan untuk menguasai kota tersebut.

Desingan peluru, deburan roket, dan ledakan keras mengiringi perseteruan di antara kedua pihak. Mereka saling menyerang dari jarak dekat, maupun menengah. Infanteri melawan infanteri. Kematian yang terjadi di lapangan lebih banyak disebabkan oleh tembakan, granat, mortal, atau roket. Bahkan, tank terbesar pun masih belumlah cukup untuk membalik keadaan.

Perang semakin meluas.

[Kota Vulga], yang dulu dikenal sebagai salah satu kota yang paling toleran di [Kerajaan Krisna], seketika rontok oleh kedua kekuatan. Tak ada yang berani menghentikan mereka.

Meski belum ada korban jiwa di pihak sipil, tetapi perseteruan di antara kedua kekuatan itu membuat siapapun menjadi ngeri. Tak hanya di [Krisna], tapi juga di belahan dunia lain. Takut jika perang ini berubah menjadi konflik yang jauh lebih besar, dibandingkan sekarang.

[Krisna] makin mencekam.

Dunia hanya bisa terdiam.

Dan Tuhan pun berpaling.

...

...