Remember Me
by ferrahetalia

Shingeki No Kyojin © Isayama Hajime

Rated T

Romance, Hurt/Comfort

Warning! OOC, mungkin typo, ShoAi!, bahasa tak sesuai EyD, RivEren

Do Like Do Read, Don't Like also Do Read 8"D

Enjoy

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Eren Jaeger hari ini akan bertemu dengan Rivaille—kekasihnya—sejak 3 bulan lalu di taman belakang sekolah untuk sekedar conversation ringan seperti biasa. Yah, semacam dating. Tapi untuk bagian hangout, seperti makan bareng, shopping bareng dan lain-lain—belum pernah sekalipun mereka lakukan. Saling menelfon-pun belum pernah. Sejujurnya Eren agak terganggu akan keadaan mereka yang terus seperti ini, tapi selama ada Rivaille, itu sudah cukup bagi Eren.

Rivaille ternyata sudah menunggu di bangku langganan mereka untuk berbincang-bincang. Ia berpangku tangan sambil membaca novel—lengkap dengan kacamata baca hitamnya. So hawt—batin Eren.

"Rivaille-san—" Eren mendaratkan pantatnya ke bangku panjang berwarna hitam tersebut.

"Hm?" Rivaille menolehkan kepalanya menghadap Eren dengan tatapan lembut yang—mungkin—hanya Eren yang bisa melihatnya. Semburat pink lantas medarat di pipi tembam Eren. Eren sontak mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Ah.. Itu. Sebentar lagi ujian 'kan selesai. Gimana kalo kita hangout kemana gitu—"

"Boleh." jawab Rivaille singkat sembari membalikkan halaman novelnya tanpa menoleh ke Eren.

"Eh? Se-serius?"

Rivaille melepas kacamata bacanya—menggantungnya di saku dan menoleh lagi menghadap Eren. "Kau bosan 'kan, dengan aktivitas kita yang cuma duduk di sini setiap harinya? Jadi jawabanku tetap ya."

Semburat pink hadir lagi di pipi Eren. "Ja-jadi besok malam minggu, ya?"

Rivaille mengangguk tanda setuju. Seketika terlihat di sekitar Eren terdapat bunga-bunga imajiner bertebaran.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Eren senang bukan main. Secara, gitu—first date. Kali ini ia memakai kaos putih yang bertuliskan 'I am Sexy' pemberian Mikasa untuknya pada ulang tahunnya dulu dan kemeja kotak-kotak abu-abu-hitam. Ia memakaikan parfum khusus pria yang baru saja ia beli. Setelah persiapan diri dan mental selesai, Eren segera menuju halte bis—tempat Rivaille nanti menjemputnya dengan motor.

Sesampainya di halte bis, Eren tampak cemas karena Rivaille belum datang. Ia melihat arlojinya—17:44.

"Ah, pantas. Aku ternyata datang satu jam lebih cepat. Habisnya aku sudah tidak sabar dan sangat cemas. Bagaimana jika Rivaille-san bosan menungguku saking lamanya?" Eren merutuk dirinya sendiri karena kebodohannya dengan bicara sendiri sambil mondar-mandir hingga ia tidak sadar bahwa orang-orang memperhatikannya dengan tampang heran.

18:18. Rivaille tak kunjung datang. Ia terlambat hampir 45 menit. Eren menyisir rambut coklatnya—lagi—yang mungkin sudah kelima kalinya ia lakukan. Ia juga menyemprot kembali dirinya dengan parfum. Eren akhirnya duduk dengan mirisnya di halte bus itu. Tanpa sadar ia tertidur—di tengah-tengah orang-orang penunggu bis kota. Ampun, Eren.

18:27. Motor Rivaille datang menjemput Eren. Inginnya sih, Rivaille ingin disambut dengan tampang khas Eren yang ceria. Berhubung Eren terlihat terbujur pulas di bangku halte, maka pupuslah harapan Rivaille. Dengan terpaksa, ia turun dari motor dan duduk di samping Eren. Dilihatnya baik-baik raut muka Eren yang sedang tertidur.

"Eren.." Rivaille membisikkan nama Eren dengan lembut nan menggoda di telinga Eren. Yang sedang tertidur pulas sontak bangun karena bisikan Rivaille yang sangat merangsang telinganya. Rivaille yang terlihat puas karena Eren sudah bangun, langsung menaiki motornya dan menepuk-nepuk jok di belakanganya—pertanda Eren harus duduk di situ.

"Ah—Ma-maaf!" Eren segera berlari kecil dan menaiki motor Rivaille.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sunyi. Benar-benar sunyi. Keadaan di atas motor Rivaille sekarang benar-benar awkward. Eren tak tahu harus apa. Yang terdengar hanya suara angin dan kendaraan lalu-lalang. Eren memutar otaknya, memikirkan topik yang sekenanya.

"Ri-Rivaille-san. Tadi siang Mikasa, mantanku, datang kepadaku. Katanya kita berdua tidak cocok. Hubungan kita bakal berakhir. Haha, aneh kan? Aku tahu dia hanya cemburu terhadap kita." Eren tertawa hambar di sana. Suasana makin awkward. Rivaille yang mendengar hanya membisu. Eren berfikir bahwa Rivaille tidak mungkin mendengar obrolan yang seperti ini. Jadi, ia tidak mungkin membalasya.

Ah—sepertinya Eren salah.

"Oh ya? Kalau begitu aku tidak peduli. Karena sekarang kamu hanya milikku. Titik."

Milikku.
Hanya Milikku.

Kata-kata Rivaille barusan terngiang di pikiran Eren dan membuat waktu serasa diformat menjadi slow motion.

"A-aku suka Rivaille-san." aku Eren sambil mengeratkan tangannya di pinggang Rivaille.

Rivaille kaget dan mulai ada rasa senang. Yah, walaupun tidak ia curahkan. Saking senangnya, ia tidak tahu lampu lalu lintas yang berwarna hijau tiba-tiba berubah jadi merah, sehingga Rivaille terus menerobosnya tanpa mengetahui ada truk melaju kencang dari samping, dan—

BRUAK!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Rivaille membuka matanya. Mendapati ia sedang berada di sebuah kamar pasien di rumah sakit, sontak ia sadar bahwa ia dan Eren baru saja mengalami kecelakaan—berkat dirinya. Rivaille menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat tidur Eren.

Nihil.

Rivaille lantas pergi keluar kamar itu—tidak peduli lagi dengan kaki-nya yang diperban, ia berjalan dengan pincangnya.

"Ah—A-apa ada yang bisa saya bantu?"

Seorang suster berambut oranye kecoklatan dan beriris kuning, tiba-tiba menghampiri Rivaille.

"Kau tahu dimana ruangan Eren Jaeger?" tanya Rivaille to the point.

"Oh—Anda yang mengalami kecelakaan motor barusan itu? Ah, anda belum boleh keluar kamar!"

Suster itu hendak mendorong dan menyeret Rivaille kembali ke kamarnya tetapi Rivaille menghindar dan mulai mengamuk, "Cepat katakan di mana kamarnya! Tsk."

"E-Eren Jaeger—Di-dia ada di ruang VIP. Barusan uhm.. sepertinya temannya minta ingin dipindah kamar. Sebelumnya dia ada di kamar yang sama dengan anda." Suster itu mulai ketakutan, lebih-lebih ketika tatapan Rivaille mulai menatap tajam.

"Ah—Begitu. Terimakasih."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Rivaille segera masuk ke lorong di mana ruang VIP berada. Ia segera menelusuri pintu ruangan yang bertuliskan Eren Jaeger.

Kamar 007.

Rivaille membuka pintunya dengan agak kasar. Memperlihatkan mimik mukanya yang super khawatir akan Eren. Dan di sana terlihat Mikasa sedang duduk tepat di sebelah kasur Eren yang masih belum sadarkan diri.

"Oh, halo, Rivaille." Mikasa menyambut Rivaille setengah sopan namun diakhiri dengan senyum iblisnya. Entah kenapa ia memasang wajah itu.

Rivaille tidak menggubris tatapan maupun senyuman itu. Ia hanya langusng menghampiri dan duduk di sebelah Eren, seperti Mikasa.

Tak lama kemudian, tangan putih Eren mulai bergerak dengan pelan. Diikuti dengan matanya yang mulai membuka. Mikasa dan Rivaille-pun sontak senang karena akhirnya Eren sadarkan diri.

"Uhn.."

"Eren! Kau jangan bicara dulu. Kau perlu istirahat." ujar Mikasa tiba-tiba. Eren menatap Mikasa—dan tersenyum tipis.

"Mikasa."

"Aku di sini."

Eren mengalihkan perhatiannya dari Mikasa, berganti kepada pria di samping kanannya. Ya, Rivaille.

"Dan.. kamu—"

"Maaf, kamu siapa?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tiba-tiba Rivaille merasa ingin menghilang dari dunia selama-lamanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued.

A/N Note : YATTAAA AKHIRNYA KELAR JUGA NIH FANFICT. Sumpah OOC banget ya, terutama Rivaille, astaga. Juga ini saya nggak tahu harus kasih genre apa, soalnya belom ketahuan ini jadinya Sad Ending atau Happy Endin *ditendang* Untuk sementara Hurt/Comfort ajala h..

Tiba-tiba niat bikin Fanfict sedih-sedih gara-gara habis baca SnK chap 50. The feels bro.. Menyentuh banget /33 Hannes-san~~ *mewek*

Yah, mohon kripik pedas dan sarannya di review ya u,u soalnya barusan bikin yang Hurt/Comfort.

Thank You.

ferrahetalia